BELAKANGAN ini sejumlah daerah terus melaporkan penurunan kasus covid-19. Angka kesembuhan terus meningkat. Perkembangan tersebut tentu saja menggembirakan. Bahkan, beberapa pihak sudah terjangkit euforia untuk bersiap-siap memperlakukan covid-19 sebagai endemi, bukan lagi pandemi.
Kepercayaan diri pemerintah Inggris yang menghapus berbagai pembatasan terkait covid-19, termasuk tidak lagi mewajibkan isolasi mandiri dan tes untuk syarat perjalanan, mulai menular. Indonesia juga sudah bersiap-siap menghapuskan kewajiban karantina bagi warga negara Indonesia maupun asing yang masuk ke Indonesia dari luar negeri.
Sebelum euforia memperlakukan covid-19 sebagai endemi ikut menjangkiti pemerintah Indonesia, kita perlu mengingatkan beberapa hal. Pemerintah hendaknya tetap berhati-hati dalam melakukan pelonggaran-pelonggaran serupa Inggris.
Satu hal mendasar yang menentukan kemenangan melawan covid-19 ialah pencapaian kekebalan kelompok melalui pemenuhan target vaksinasi covid-19. Situasi di Inggris berbeda jauh dengan Indonesia. Inggris tidak hanya sudah memenuhi target vaksinasi, tapi juga sudah melampauinya.
Bila dicermati, Indonesia belum juga mencapai target vaksinasi terhadap 208,3 juta penduduk. Vaksinasi dosis pertama tercatat 91,7% dari target, sedangkan vaksinasi dosis dua masih cukup jauh dari target, yakni baru sekitar 69,4%.
Capaian vaksinasi itu memang berhasil membuat Indonesia terhindar dari tsunami kematian jilid dua akibat sapuan gelombang covid-19. Akan tetapi, ternyata tidak cukup kuat untuk mencegah angka kematian harian menembus angka 300-an jiwa.
Di sisi lain, ada perkembangan yang cukup mengkhawatirkan dari pelaksanaan vaksinasi. Laju pertambahan vaksinasi kini begitu lambat. Bila sebelumnya vaksinasi menyentuh 1 juta dosis per hari, kini tidak sampai 5.000 suntikan per hari.
Progres vaksinasi berkejaran dengan masa berlaku vaksin. Ada jutaan dosis vaksin saat ini dalam kondisi menjelang kedaluwarsa. Bukan hanya itu, program vaksinasi juga terancam penurunan drastis kekebalan penerima vaksin.
Tidak kurang dari 21 juta penerima vaksinasi harus suntik ulang dosis pertama karena terlalu lama melewatkan suntikan dosis kedua. Kelengahan dalam mengawal jadwal vaksinasi telah membuat puluhan juta suntikan dosis covid-19 menjadi sia-sia. Sungguh sangat disayangkan.
Situasi laju perkembangan vaksinasi yang anjlok tidak bisa dipandang sepele. Apalagi, nyaris sudah tidak ada hambatan kecuali kesungguhan mengawal dan memenuhi target vaksinasi.
Dengan penyuntikan dosis pertama yang hampir mencapai 100%, dapat dipastikan ketakutan masyarakat untuk disuntik vaksin bukan lagi menjadi kendala. Itu juga menandakan kendala geografis bisa teratasi.
Kecepatan vaksinasi mencegah Indonesia mandek berputar-putar di tempat dalam penanganan covid-19. Lebih berbahaya lagi bila yang terjadi malah kemunduran karena begitu lambatnya progres vaksinasi. Tidak usah kita bicara mempercepat vaksinasi penguat alias booster, memenuhi target vaksin dua dosis saja hanya mimpi.
Jangan sampai Indonesia tertinggal memberikan kontribusi kuat untuk mengubah status covid-19 dari wabah global menjadi endemi. Bersiap-siap dengan berbagai rencana kebijakan pelonggaran boleh-boleh saja, tapi langkah agresivitas dan pengawalan penyuntikan vaksinasi mesti tetap prioritas utama.