Menghadapi 2020, Optimisme saja tidak Cukup

01/1/2020 05:00
Menghadapi 2020, Optimisme saja tidak Cukup
Ilustrasi(MI)

Manusia biasanya menyesali masa lalu sekaligus mengkhawatirkan masa depan. Sebagai bangsa kita semestinya mensyukuri masa lalu dan optimistis menghadapi masa depan.

Berbekal pencapaian di masa lalu, bangsa ini selayaknya optimistis menghadapi tantangan zaman. Pencapaian bangsa ini tahun lalu begitu banyak. Kita antara lain sukses melewati Pemilu Presiden 2019.

Rakyat telah menentukan presiden dan wakil presiden yang akan memimpin bangsa ini lima tahun ke depan. Tantangan terjadinya polarisasi di masyarakat akibat kerasnya politik identitas semasa Pemilu Presiden 2019 sungguh mencemaskan kita.

Akan tetapi, kita berhasil melaluinya sehingga perpecahan bangsa yang sempat mengganggu tidur lelap kita tidak terjadi. Di tengah polarisasi di berbagai negara akibat politik identitas dan populisme semasa pemilu presiden, Indonesia tetap utuh dan relatif rukun sebagai sebuah negara-bangsa.

Kita wajib hukumnya mensyukurinya. Nikmat mana lagi yang akan engkau dustakan? Kita juga mencapai banyak kemajuan di bidang ekonomi. Kita sukses mempertahankan pertumbuhan ekonomi di kisaran angka 5%.

Kita juga berhasil mengurangi jurang kesenjangan ekonomi menjadi 0,382 pada Maret 2019, terendah sejak 2011. Pun kita bisa mengurangi tingkat pengangguran dari 0,534% pada Agustus 2018 menjadi 0,528% pada Agustus 2019.

Di tengah kondisi ekonomi global yang sangat labil, kondisi ekonomi Indonesia bisa dikatakan tetap stabil. Tidak ada guncangan berarti di bidang ekonomi yang menyebabkan ekonomi kita morat-marit serupa yang  terjadi di sejumlah negara Amerika Latin.

Bangsa ini patut mensyukurinya. Nikmat mana lagi yang akan engkau dustakan? Akan tetapi, segala kesuksesan di tahun 2019 itu tak lantas membuat kita menepuk dada, merasa hebat. Itu karena tantangan di tahun 2020 tidak makin ringan dengan adanya berbagai pencapaian tersebut, melainkan bisa dibilang kian berat.

Di bidang politik, kita salah satunya menghadapi pemilihan kepala daerah serentak tahun ini. Kita menyelenggarakan pilkada serentak di 270 daerah dengan rincian 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 37 kota. Kita sukses menyelenggarakan pilkada serentak pada waktu-waktu lalu. Oleh karena itu, kita optimistis kita bakal sukses pula melalui pilkada serentak 2020.

Akan tetapi, tantangannya bukan terletak pada suksesnya penyelenggaraan, melainkan apakah pilkada melahirkan kepala daerah berintegritas dan berkapabilitas. Pilkada dikatakan sukses bila menghasilkan kepala daerah berintegritas, tidak korupsi kelak, serta mampu membawa kemajuan bagi daerahnya.

Oleh karena itu, optimisme saja tidak cukup. Kita mesti melakukan berbagai persiapan. Revisi berbagai aturan perundang-perundangan terkait pilkada merupakan kemestian. Partai politik hendaknya mengubah pola pikir yang semula mengusung kandidat yang membeli parpol sebagai perahu politik menjadi mengusung kandidat yang benar-benar mumpuni.

Pun rakyat mesti mendapat pendidikan politik untuk memilih kandidat yang punya integritas, kapasitas, dan kapabilitas. Di bidang ekonomi, situasi ekonomi global yang tak menentu akibat perang dagang AS-Tiongkok masih menjadi sumber tantangan terpenting di 2020.

Tantangannya ialah bagaimana mempertahankan pertumbuhan ekonomi di angka 5%. Tantangan lainnya ialah mengurangi defisit neraca perdagangan. Pun, meningkatkan investasi menjadi tantangan yang tidak kalah penting.

Kita optimistis mampu menjawab tantangan ekonomi tersebut serupa kita mampu menjawabnya di tahun lalu. Akan tetapi, tantangan sesungguhnya ialah mempertahankan atau bahkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

Oleh karena itu, optimisme saja tidak cukup. Berbagai persiapan mesti kita susun, segala langkah yang diperlukan harus kita ayunkan. Penyusunan omnibus law merupakan salah satu persiapan dan langkah kongkret untuk menjawab tantangan di bidang ekonomi tersebut.

Bangsa ini berulangkali dihadapkan pada berbagai tantangan, dan sejarah membuktikan kita cukup resilient, tangguh, menghadapinya.

Itu menjadikan kita bangsa yang optimis menghadapi tantangan yang menghadang di hadapan. Akan tetapi, sekali lagi, optimisme saja tidak cukup. Kita mesti mengubah optimisme yang abstrak itu menjadi persiapan kongkret supaya kita sungguh-sungguh tangguh menghadapi seribu tantangan sekali pun.



Berita Lainnya