Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Merindukan Sosok Pak Topo

08/7/2019 05:05

USIA hanyalah bilangan. Begitulah, usia cuma angka bila tak diisi secara bermakna. Prinsip itu kiranya dipegang teguh Sutopo Purwo Nugroho.

“Hidup itu bukan panjangpendeknya usia, tapi seberapa besar kita membantu orang lain,” kata Sutopo kala berjumpa dengan Presiden Jokowi di Istana Bogor, Oktober 2018. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana itu betul-betul mengamalkan perkataannya itu. 

Perkataannya konsisten dengan perbuatannya. Tidak lebih dan tidak kurang. Sutopo tetap mendedikasikan diri membantu orang lain, bahkan ketika ia menderita kanker stadium empat. Ia satu kali 24 jam 7 hari sepekan memberi informasi kebencanaan kepada media. Dari media, masyarakat bukan cuma tahu informasi tentang terjadinya suatu bencana, melainkan kiranya juga memahami mitigasinya.

Bisa dihitung dengan jari orang di negeri ini yang perkataannya konsisten dengan perbuatannya seperti Sutopo. Di negeri ini kebanyakan orang, terutama elite politik, yang perbuatan mereka melenceng jauh dari perkataan mereka. Di sini, tak sedikit orang yang pagi omong kedele, sore bicara tempe. Lihatlah bagaimana elite parpol yang semasa pilpres dulu menyerang kini coba-coba menyeberang.

Di sini, di negeri ini, terutama di institusi negara, hanya segelintir orang yang berdedikasi  sebagai pekerja humas seperti Sutopo. Kebanyakan orang di negeri ini menganggap humas posisi buangan, jabatan terpinggirkan. Walhasil, mereka ogahogahan mengamalkan pekerjaan humas.

Akan tetapi, Sutopo, di tengah perjuangannya melawan penyakit kanker yang diidapnya tetap bersemangat mengamalkan posisi humas. Namun, kita harus kehilangan sosok hebat bernama Sutopo Purwo Nugroho. Sutopo menghela napas terakhir, Minggu (7/7) dini hari, di satu rumah sakit di Guangzhou, Tiongkok, setelah sekitar satu setengah tahun berjuang melawan kanker yang menggerogoti tubuhnya.

Kita ‘menangisi’ kepergiannya. Warganet, warga biasa, hingga wartawan, mengungkapkan belasungkawa atas kepergiannya. Selebritas, pejabat humas, politikus, hingga Presiden memanjatkan doa untuknya. Tagar #ripsutopo jadi trending di Twitter.

Apakah kehebatan seorang pejabat humas bernama Sutopo sehingga kita menangisi kepergiannya seperti kita menangisi kepergian Ibu Negara tempo hari? Tidak lain karena dedikasinya dan konsistensinya yang tinggi. Kita tak cukup menangisi dan mendoakan kepergian Sutopo. Kita mesti menjadikannya inspirasi supaya kepergiannya membawa sejuta makna.

Para pejabat humas harus meniru dedikasi Sutopo ketika mengamalkan posisi dan pekerja humas. Para elite mesti mencontoh konsistensi Sutopo mengamalkan perkataannya. Selamat jalan Pak Topo. Indonesia merindukan sosok sepertimu.



Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik