Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

AI Gemini: Robot Pelukis Lanskap Tinta Tradisional yang Menggabungkan Seni dan Teknologi

Thalatie K Yani
27/5/2025 08:58
AI Gemini: Robot Pelukis Lanskap Tinta Tradisional yang Menggabungkan Seni dan Teknologi
Seniman Victor Wong menciptakan AI Gemini, robot yang dilengkapi kecerdasan buatan untuk melukis lanskap tinta tradisional Tiongkok.(Victor Wong)

Pada 2018, Christie’s mengadakan lelang pertama karya seni yang dihasilkan  kecerdasan buatan (AI). Karya itu terjual seharga US$432.500. Seniman asal Hong Kong, Victor Wong tidak menilai lukisan itu sesuatu yang revolusioner. 

“Itu benar-benar meniru karya manusia, tidak ada yang berbeda,” ujarnya.

Karena itu, seniman kreatif ini memutuskan untuk membuat sesuatu yang unik. Karyanya, AI Gemini, adalah robot yang dikendalikan AI yang menciptakan lukisan lanskap tradisional Tiongkok, “seniman tinta kecerdasan buatan pertama di dunia,” menurut 3812 Gallery yang mewakili Wong. 

Robot ini menggunakan lengan robotik yang dibeli secara online dan diprogram ulang, dengan kuas yang terpasang. Algoritma menginterpretasi kumpulan data pilihan Wong, mengarahkan lengan robot untuk melukis kontur gunung membentuk lanskap di atas kertas Xuan, sejenis kertas tipis dari beras yang biasa dipakai untuk melukis.

Salah satu seri lukisannya, yang terinspirasi dari pengiriman rover bulan oleh Tiongkok ke sisi jauh bulan, menggunakan data dari peta bulan 3D NASA yang tersedia untuk umum. Ia juga menggunakan data seperti harga saham, di mana naik turun indeks saham dapat ditafsirkan sebagai gunung dan lembah, katanya.

Pengaplikasian warna berdasarkan pembelajaran mendalam (deep learning) dan pelatihan dalam lukisan lanskap tinta tradisional, sementara jumlah air yang digunakan bergantung pada perubahan kelembapan, jelas Wong. Membutuhkan waktu sekitar delapan hingga sepuluh jam untuk menghasilkan lukisan berukuran satu meter (sekitar tiga kaki) tinggi dan lebar, tambahnya.

Sejak meluncurkan AI Gemini, Wong telah menggelar pameran di Hong Kong, Shanghai, Taipei, dan London. Ia mengatakan lukisannya terjual sekitar US$20.000 kepada kolektor individu, dan dia pernah mengerjakan proyek untuk perusahaan besar seperti maskapai unggulan Hong Kong, Cathay Pacific.

Lukisan lanskap tinta sudah ada selama ribuan tahun di Tiongkok. Namun Wong mengatakan dengan menggabungkan ide manusia dengan kemampuan teknologi, dia berharap menciptakan “sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya.”

Inovasi dan seni

Penggunaan AI untuk menciptakan karya seni masih kontroversial. Awal tahun ini, lebih dari 6.500 orang menandatangani surat terbuka yang menyerukan Christie’s New York membatalkan lelang yang khusus menampilkan seni yang dibuat dengan teknologi ini . Lelang itu tetap berlangsung dan menghasilkan US$729.000.

Para kritikus mengatakan seni AI kurang orisinal dan para seniman mengeluhkan karya itu berbasis pada gambar yang memiliki hak cipta.

Wong tidak langsung menggunakan gambar yang dihasilkan AI. Alih-alih “melatih AI Gemini untuk menyalin karya para maestro,” kata Wong, dia menulis algoritma yang meniru cara kerja maestro tersebut.

Ia mengatakan lukisan yang ia dan AI Gemini ciptakan adalah orisinal. Meskipun orang yang menghadiri pamerannya terkadang tetap berteriak, “Itu bukan seni!”

Beberapa orang lain bereksperimen menggabungkan robotika dan seni. Sebuah robot humanoid bernama Ai-Da didorong AI untuk membuat lukisan, dan seniman Sougwen Chung melatih robot untuk melukis bersama mereka di kanvas besar.

Wong percaya inovasi adalah kekuatan kreatif. “Teknologi dan seni tidak pernah terpisah,” ujarnya.

Ia menunjuk pada penemuan kuas lukis yang memungkinkan bentuk seni seperti kaligrafi. Ia menambahkan pada abad ke-15, seniman seperti Leonardo da Vinci menggunakan teknik inovatif seperti perspektif linier, sistem matematis yang menggunakan serangkaian garis yang bertemu untuk menciptakan perspektif dalam gambar dan lukisan.

“Sang maestro selalu punya resep rahasia untuk membuat karya mereka,” katanya. “Mereka selalu menggunakan teknologi terbaru pada zamannya.”

Menggunakan kecerdasan buatan dalam seni hanyalah kelanjutan dari tren tersebut, menurutnya, dan sesuatu yang tidak bisa dihindari.

“AI telah menjadi bagian dari kehidupan, dan orang-orang masih belum benar-benar bisa menerimanya, terutama dalam hal seni,” kata Wong. Namun, dia menambahkan: “Anda tidak bisa menghindari AI.” (CNN/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya