Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Barcelona bukan Manchester United

Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola
13/8/2022 07:15
Barcelona bukan Manchester United
Suryopratomo Pemerhati Sepak Bola(MI/Seno)

KETIKA November tahun lalu diminta kembali ke Barcelona, Xavi Hernandez sadar bahwa ia dibutuhkan untuk menyelamatkan klub yang pernah membesarkannya agar tidak semakin terpuruk. Namun, mantan playmaker terbaik Barca itu sadar bahwa tidak mudah untuk membangun kembali klub yang sudah porak-poranda.

Di musim lalu Xavi hanya bisa melihat klub saingannya, Real Madrid, berpesta juara. Los Blancos bukan hanya melenggang untuk memenangi La Liga, tapi juga merebut juara Liga Champions ke-14 kalinya. Bahkan, Rabu (10/8) malam, tim asuhan Carlo Ancelotti itu melengkapi gelar musim lalunya dengan memenangi Piala Super setelah menundukkan Eintracht Frankfurt 2-0.

Meski demikian, kepulangan Xavi bukanlah sebuah kesia-siaan. Ia serius untuk membangun kembali Barca menjadi kekuatan yang ditakuti seperti dulu. Xavi ingin membuat lembaran baru bagi Barcelona.

Begitu musim yang lalu berakhir, ia pun bergegas untuk membangun Barca yang baru. Ia mendatangkan 'mesin gol' Robert Lewandowski dari Bayern Muenchen. Xavi juga menarik penyerang sayap asal Brasil yang bermain di Leeds United, Raphinha. Untuk lini belakang, ia mendatangkan center back dari Chelsea, Andreas Christensen.

Tur musim panas di Amerika Serikat membawa hasil yang menggembirakan. Lewandowski, Raphinha, dan Christensen memberikan warna yang berbeda bagi Barcelona. Barca lebih agresif dan mampu mengalahkan kembali 'musuh besar' mereka, Real Madrid.

Debut Barcelona baru akan mulai bisa dilihat kenyataannya malam ini atau dini hari nanti. Barca akan menjamu Rayo Vallecano di Nou Camp.

Setelah kekalahan pertama Manchester United di Liga Primer pekan lalu, banyak yang mengkhawatirkan nasib sama akan dialami Barca. Barcelona baru justru melempem saat tampil dalam pertandingan sesungguhnya.

Namun, tidak seperti 'Setan Merah', Barcelona kali ini tampil dengan kekuatan yang berbeda, muncul dengan tim yang tidak sama seperti musim lalu. Sebagai 'anak kandung' tiki-taka, Xavi tetap mempertahankan pola 4-3-3 Barca yang mengoptimalkan lebar lapangan dengan bola yang mengalir cepat dari kaki ke kaki. Namun, pelakunya berbeda dengan Barcelona di musim yang lalu.

Lewandowski tampil sebagai ujung tombak murni dan menjadi target-man. Ia ditopang Raphinha yang bermain dari sayap kanan dan Ansu Fati di kiri. Xavi masih memiliki pilihan yang lain, seperti Pierre-Emerick Aubameyang atau Memphis Depay sebagai ujung tombak serta Ousmane Dembele yang bisa mengisi penyerang sayap.

Sebagai jenderal di lapangan tengah, Xavi bisa mempertahankan gelandang asal Belanda Frenkie de Jong untuk tidak pindah ke Manchester United. De Jong menunjukkan kualitasnya sebagai pengatur serangan yang baik. Duetnya dengan Pedri, Gavi, dan bahkan pemain kawakan Sergio Busquets membuat alur serangan Barca terus bisa mengalir.

Kehadiran Christensen di belakang mampu menggantikan Gerard Pique yang sudah mulai menua. Bek tengah asal Denmark itu sudah bisa kompak untuk menggalang pertahanan dengan pemain muda asal Uruguay Ronald Araujo.

Itulah yang akan membedakan Barcelona dengan Manchester United pada penampilan perdananya di musim ini. 'Setan Merah' yang tampil meyakinkan dalam tur musim panas, ternyata sangat mengecewakan saat memulai kompetisi.

Pelatih Erik ten Hag bahkan melihat perjalanan ke depan akan sangat berat. Mengapa? Karena Manchester United yang ia tampilkan ternyata sama saja seperti 'Setan Merah' di musim yang lalu karena materi pemainnya nyaris sama.

Scott McTominay dan Fred masih menjadi andalan di tengah. Mereka tetap tidak mampu menjaga keseimbangan tim. Mereka justru menjadi titik terlemah di lapangan tengah. Begitu kehilangan bola, lawan bisa langsung mengancam pertahanan 'Setan Merah'.

Brighton benar-benar membuat sejarah besar untuk pertama kalinya bisa menang di Old Trafford. Mereka memanfaatkan betul kelemahan kapten kesebelasan Harry Maguire yang sering salah posisi dan salah melakukan perhitungan. Belum lagi bek kanan Diogo Dalot yang sejak awal pertandingan membuat kesalahan dan akibatnya gawang David de Gea terancam sejak 15 detik setelah pertandingan berjalan.

Tidak mengherankan apabila Ten Hag masih mengharapkan untuk bisa mendapatkan seorang gelandang yang bisa diandalkan dan penyerang yang bisa menggantikan posisi Cristiano Ronaldo yang sudah di ujung kariernya. Tanpa apa perubahan komposisi pemain, 'Setan Merah' sulit untuk bisa bersaing dengan Manchester City ataupun Liverpool.

 

Big match

Meski baru memasuki minggu kedua, Liga Primer langsung menampilkan pertandingan besar. Minggu malam besok, partai pertama di antara big six akan berlangsung di Stamford Bridge ketika Chelsea menjamu Tottenham Hotspur.

Pertemuan antardua klub asal London tidak hanya penuh gengsi, tetapi juga menentukan siapa yang akan menjadi 'raja' di London. Chelsea yang sempat diguncang perubahan kepemilikan dari Roman Abramovich kepada Todd Boehly juga harus kehilangan beberapa pemainnya. Selain Christensen yang memilih pindah ke Barcelona, center-back Antonio Ruediger hengkang ke Real Madrid dan penyerang Timo Werner yang kembali ke klub lamanya, Red Bulls Leipzig.

Beruntung di pertandingan pembuka, the Blues mampu mengandaskan tuan rumah Everton 1-0. Itu menjadi modal yang cukup untuk membangun kembali kepercayaan tim, apalagi Chelsea mendapat suntikan baru, hadirnya penyerang dari Manchester City, Raheem Sterling, dan dua pemain belakang Kalidou Koulibaly dan Marc Cucurella.

Pelatih Chelsea Thomas Tuchel mencoba untuk menjaga kepercayaan diri anak asuhnya. Terutama berkaitan dengan masa depan mereka ketika tiba-tiba harus ditinggal Abramovich. Beruntung pemilik baru the Blues merupakan orang dunia olahraga sehingga mau untuk merogoh kocek demi membangun Chelsea.

Hanya, Spurs yang harus mereka hadapi besok malam sedang dalam grafik permainan yang meningkat. Antonio Conte kembali menunjukkan tangan dinginnya. Musim lalu ia bisa mengangkat Spurs yang berada di jurang degradasi hingga menembus empat besar dan lolos ke Liga Champions.

“Spurs akan bisa tampil gemilang pada musim kali ini. Mereka bukan hanya memiliki pelatih yang tidak kalah kualitasnya jika dibandingkan dengan Juergen Klopp dan Josep Guardiola, melainkan juga tim yang sangat solid,” ujar mantan kapten 'Setan Merah', Roy Keane.

Di tangan Conte, Spurs menjadi tim yang sangat produktif. Sepanjang 2022 ini mereka sudah mencetak 51 gol dan hanya selisih satu gol ketimbang Liverpool. Trio Son Heung-min, Harry Kane, dan Dejan Kulusevski sudah menunjukkan kekompakannya saat menghajar Southampton 4-1 pekan lalu.

Namun, Conte tidak mau sesumbar untuk menghadapi bekas klub asuhannya dulu. Apalagi, di musim lalu Spurs empat kali kalah dari Chelsea. Ia melihat masih ada kelemahan sehingga sempat kebobolan lebih dulu saat menghadapi Southampton. Namun, ia melihat level permainan Spurs sekarang berbeda jauh dengan the Lilywhite yang dulu.

Tuchel pun melihat masih banyak perbaikan yang harus dilakukan tim asuhannya apabila ingin sama level permainannya dengan Manchester City atau Liverpool. “Meski demikian, saya melihat semangat tim sangat tinggi dan semua berupaya untuk meningkatkan kualitas permainan. Pertandingan melawan Spurs penting untuk semakin meningkatkan kepercayaan diri kami dalam menjalani musim sekarang ini,” tegas pelatih asal Jerman itu.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya