Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Perfect Finale Bayern Muenchen

Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group
22/8/2020 03:50
Perfect Finale Bayern Muenchen
Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group(Seno)

‘KEMENANGAN Abad Ini!’. Begitu judul besar tabloid Bild saat Bayern Muenchen mengandaskan Barcelona 8-2 untuk lolos ke semifinal Liga Champions. “Sejarah sudah dituliskan,” kata majalah berita Spiegel. “Terus maju, terus menyerang,” ujar Suddeutsche Zeitung menggambarkan tim asuhan Hans-Dieter Flick yang tidak pernah berhenti menyerang lawan.

Kepercayaan diri pantas melambung tinggi setelah Bayern Muenchen membuat tidak berdaya klub yang diperkuat pemain terbaik dunia Lionel Messi. Itu tecermin saat Manuel Neuer dan kawan-kawan menjinakkan Olimpique Lyonnaise di semifinal.

Gebrakan Memphis Depay di awal per tandingan tidak menggo yahkan Muenchen untuk melenggang mulus ke final dengan kemenangan 3-0.

Kenangan indah di Piala Dunia 2014 kini terbayang kembali. Neuer, Jerome Boateng, dan Thomas Mueller menjadi pelaku sejarah saat Jerman mempermalukan tuan rumah Brasil 7-1 untuk lolos ke final.

Hansi-Flick yang menjadi asisten dari pelatih Joachim Loew ikut merasakan pesta kemenangan saat tim asuhannya mengangkat Piala Dunia dengan mengalahkan Argentina 1-0.

Tinggal selangkah lagi bagi Hansi-Flick untuk kembali membawa tim asuhannya mengangkat piala. Senin (24/8) dini hari, Bayern Muenchen akan bertemu juara Lique 1 Prancis, Paris Saint Germain, untuk penentuan juara Liga Champions 2020.

Die Roten datang dengan rekor tidak terkalahkan sepanjang 2020 ini. Dari 29 pertandingan yang dimainkan, hanya sekali mereka kehilangan angka ketika ditahan imbang 0-0 oleh RB Leipzig.

David Alaba yang sebelumnya menjadi bek kiri Bayern, kini sangat matang sebagai centerback. Pemain asal Swiss ini bukan hanya pandai mengambil posisi, melainkan juga dengan kecepatan larinya bisa menutup lubang di belakang yang terkuak. Apalagi, Boateng menemukan permainan terbaik seperti di Piala Dunia 2014 sehingga jantung pertahanan Die Bayern sulit digoyahkan.

Kekuatan Bayern merupakan keutuhan tim baik dalam bertahan maupun menyerang. Seperti yang dulu diterapkan Louis Van Gaal di Ajax atau Arrigo Sachi di AC Milan, jarak antarpemain paling depan dan paling belakang tidak lebih dari 40 meter. Itulah yang membuat para pemain Bayern bisa efektif menekan pemain lawan ketika mereka sedang kehilangan bola.

Dengan berbekal teknik bermain bola yang tinggi dan fisik yang prima, klub berjuluk Hollywood FC itu bisa bermain begitu efektif. Apalagi, mereka memiliki pemain sekelas Thiago Alcantara yang pandai mengatur tempo permainan. Pemain asal Spanyol ini benar-
benar membuat pemain sekelas Messi bisa mati kutu.

Thiago bisa bermain bebas karena Bayern memiliki worker seperti Leon Goretzka. Ia mampu memainkan peran untuk merusak permainan lawan. Kalau Goretzka tidak dimainkan, Hansi Flick punya Joshua Kimmich yang multitalenta. Kimmich sama baiknya bermain sebagai gelandang atau bek kanan karena dia seorang pekerja.

Pola 4-2-3-1 diterapkan secara apik oleh Hansi Flick. Ia beruntung memiliki dua pemain yang mampu menjadi penyerang sayap yang tajam, yakni Serge Gnabry dan Ivan Perisic.

Ada lagi dua pemain cadangan yang tidak kalah kualitasnya, yaitu Kingsley Coman dan Philippe Coutinho. Aksi yang dilakukan para pemain sayap membuat Robert Lewandowski atau Mueller yang menjadi penyerang gantung bisa bergantian mengancam gawang lawan.

Dengan 15 gol yang dicetak dalam sembilan pertandingan pada Liga Champions musim ini, Lewandowski menjadi pencetak gol paling produktif. Ia hanya terpaut dua gol dari rekor yang pernah ditorehkan mahabintang asal Portugal, Cristiano Ronaldo.

Ditambah dengan Gnabry yang sudah mencetak sembilan gol, Bayern memang pantas ditakuti. PSG pantas untuk waspada karena tim asal Jerman itu rata-rata mencetak empat gol dalam 10 pertandingan Liga Champions musim ini.

Balas dendam

Bagi kapten kesebelasan PSG, Thiago Silva, atau Neymar, pertandingan ini mempunyai arti tersendiri. Inilah kesempatan membalas 'sakit hati' ketika Brasil dicundangi Jerman pada semifinal Piala Dunia 2014.

Terutama, Silva yang turut merasakan langsung kepahitan ketika kalah telak di hadapan pendukungnya sendiri. Kemenangan di Estadio da Luz, Lisabon, Portugal, nanti akan sedikit menghapus aib yang pernah dirasakannya. Ia sangat berharap agar Neymar yang absen ketika itu karena cedera punggung bisa membalaskan dendam dengan menjebol gawang Neuer.

Satu yang dibutuhkan Neymar untuk meraih kemenangan nanti ialah kemauan untuk bermain lebih berani. Neymar tidak boleh terlalu mudah berpura-pura apabila ingin merobek pertahanan Bayern dan menjebol gawang klub terbaik Jerman itu.

Bersama Kylian Mbappe dan Angel Di Maria, Neymar akan menjadi trisula yang mematikan apabila tidak cengeng. Kelincahan dan kecepatan merupakan modal yang kuat untuk bisa menggoyahkan pertahanan Bayern.

Apalagi, PSG memiliki tiga gelandang pekerja yang mau bekerja keras. Ada gelandang asal Brasil Marquinhos yang cerdas membaca permainan. Ada gelandang asal Argentina Leandro Paredes yang tidak mengenal lelah dan gelandang asal Spanyol Ander Herrera yang berani 'berkelahi'.

Pekerjaan berat harus dipikul barisan belakang. PSG harus tampil tanpa kiper utama Keylor Navas yang mengalami cedera. Juara Liga Prancis itu terpaksa mengandalkan kiper kedua, Sergio Rico.

Silva benar-benar diuji kepemimpinannya untuk menu tupi kelemahan di bawah mistar. Bersama Presnel Kimpembe, ia harus bisa membaca gerakan Lewandowski atau Mueller yang cepat berganti posisi. Di kiri, Juan Bernat, dan di kanan, Tihlo Kehrer, juga tidak boleh mudah diperdaya Perisic dan Gnabry.

Bagi pelatih Thomas Tuchel, Bayern yang harus dihadapi bukanlah tim yang asing. Bayern merupakan musuh be sar saat ia menjadi pelatih Borussia Dortmund. Tidak mudah untuk meredam per mainan Bayern.

Namun, ibaratnya tidak ada jalan mundur bagi Tuchel. Justru inilah kesempatan emas untuk mempersembahkan trofi Liga Champions yang selama ini belum pernah bisa diraih PSG sekaligus membawa pulang piala yang pertama digelar pada 1955, yang disumbangkan oleh surat kabar olahraga Prancis, L’Equipe.

Kemenangan nanti akan menjadi perfect finale karena melengkapi prestasi spektakuler yang dibuat Hansi Flick dengan mencetak treble dalam debutnya sebagai pelatih.

Hansi Flick sendiri tidak ingin terlena dan lupa daratan. Hasil di perempat final dan semifinal tidak ada artinya lagi di pertandingan puncak nanti. Semua harus dimulai lagi dari titik nol dan kerja keras di finallah yang akan menentukan hasil.

“Paris merupakan tim yang bagus. Mereka mempunyai pemain yang sangat cepat. Kami harus memperbaiki terutama barisan belakang agar tidak menjadi titik lemah,” kata Hansi Flick merendah.

Siap tempur

Klub asal Bavaria itu berada dalam kondisi terbaik guna merebut piala berkuping lebar untuk keenam kalinya. Hansi Flick mampu membangun tim yang kompak sejak ditunjuk sebagai pengganti Niko Kovac pada November tahun lalu.

Ia mampu menemukan dan menjadikan pemain muda asal Kanada, Alphonso Davies, sebagai bek kiri yang andal. Pemain berusia 19 tahun
itu tak hanya disiplin dalam menjaga daerah, tetapi juga memiliki kecepatan dan dribbling bola yang kuat untuk menopang serangan.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya