Membangun Setan Merah Baru

Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group
28/9/2019 08:40
Membangun Setan Merah Baru
Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group(SENO)

KETIKA dipercaya untuk memimpin Manchester United pada 1986, Alex Ferguson bukan hanya dihadapkan kepada prestasi yang terpuruk, tetapi pemain-pemain senior yang tidak peduli dengan kondisi fisik mereka. Bryan Robson, Paul McGrath, Norman Whiteside lebih banyak minum-minum di bar daripada berlatih di lapangan.

Namun, Fergie harus menerima dan hidup dengan kenyataan itu. Ia tetap berusaha untuk membangun 'Setan Merah' dengan materi yang ada. Ia hanya menambahkan pemain baru, seperti Mark Hughes, Steve Bruce, Paul Ince, dan Brian McClair. Namun, tiga tahun pertama merupakan masa-masa paling kelam bagi pelatih asal Skotlandia itu. Apalagi, kemudian muncul suara dari pecinta MU agar Fergie dipecat.

Ia baru bisa bernapas lega setelah mempersembahkan gelar pertama dengan membawa MU mengangkat Piala FA pada 1990. Hanya prestasi di kompetisi liga tetap tidak konsisten dan Setan Merah tidak bisa menjadi yang terbaik.

Fergie memilih jalan untuk membangun sebuah tim yang baru. Ia mendatangkan kiper asal Denmark Peter Schmeichel. Di belakang dihadirkan Paul Parker, sedangkan di sayap didatangkan dua pemain muda, Lee Sharpe dan pemain asal Rusia Andrei Kanchelskis.

Keberuntungan Fergie ialah saat Leeds United menghadapi masalah dengan l'enfant terrible, Eric Cantona. Ia langsung mengambil penyerang bandel asal Prancis itu. Apalagi, Fergie telah gagal untuk mendapatkan Alan Shearer dan David Hirst yang semula diharapkan bisa menjadi ujung tombak MU. Cantona ternyata langsung bisa menjadi pasangan kompak dengan Mark Hughes dan tidak tanggung-tanggung membawa MU memenangi Liga Premier 1993, gelar pertama 'Setan Merah' setelah 26 tahun puasa gelar.

Dengan bermodalkan Schmeichel di bawah mistar, Roy Keane di tengah, dan Eric 'King' Cantona di depan, Fergie kemudian membuat revolusi besar dengan memberikan tempat kepada pemain muda lulusan Akademi MU, seperti David Beckham, Paul Scholes, Ryan Giggs, Nicky Butts, Gary Neville, dan Phil Neville masuk ke tim utama. Para pengamat sepak bola Inggris menertawakan langkah Fergie. "You never win anything with a kids," kata mantan bintang Inggris, Alan Hansen.

Ternyata 'Setan Merah' malah menjelma sebagai tim yang menakutkan. Selama 26 tahun memimpin MU, Fergie mempersembahkan 38 piala untuk 'Setan Merah', termasuk 13 kali juara Liga Primer, 5 kali Piala FA, dan 2 kali Liga Champions. Prestasi paling fenomenal terjadi 1999 ketika MU mencetak treble: juara Liga Champions, juara Liga Primier, dan juara Piala FA.

Sejarah berulang

L'histoire se repete, begitu pepatah Prancis menyebutkan. Sejarah itu berulang. Ole Gunnar Solskjaer yang di akhir musim lalu dipercaya menangani MU harus menghadapi kondisi seperti dihadapi gurunya, Sir Alex Ferguson.

Bahkan belum satu musim berlalu sudah muncul permintaan agar Solskjaer dipecat. Pasalnya, dari enam pertandingan yang dimainkan MU baru menang dua kali. Yang menyesakkan, sekali MU dipaksa menyerah 1-2 di kandang oleh Crystal Palace dan pekan lalu dipecundangi lagi klub asal London yang lain, West Ham 0-2.

Mantan bintang MU, Paul Parker, menilai terlalu berlebihan kalau pelatih asal Norwegia itu dipaksa mundur. Persoalan yang dihadapi MU sekarang lebih disebabkan sikap egois dari para pemain 'Setan Merah'. Mereka hanya memikirkan diri sendiri dan tidak mendahulukan kepentingan tim.

Tantangan sekarang tinggal tergantung sejauh mana Solskjaer berani melakukan revolusi seperti Fergie. Ia berani memfokuskan diri kepada pemain muda jebolan Akademi MU daripada pemain senior yang terlalu egois dan tidak konsisten penampilannya.

Saat bermain di Liga UEFA Eropa menghadapi FC Astana, Kazakhstan, Solskjaer berani menurunkan pemain muda. Ia menunjuk Axel Tuanzebe menjadi kapten, padahal di sana ada Paul Pogba atau Kiper Sergio Romero yang lebih senior. Tidak hanya itu ada enam pemain muda yang diturunkan Solskjr mulai dari Diogo Dalot, Fred, Mason Greenwood, Angel Gomes, Tahith Tjong, dan Marcus Rashford.

Solskjaer mengaku puas dengan penampilan para pemain muda. Terutama Greenwood yang mampu mencetak dua gol dalam dua pertandingan perdananya, satu ke gawang Astana dan satu ke gawang Rochdale di ajang Piala Carabao.

Ia tidak ragu untuk memainkan Greenwood pada pertandingan Senin (30/9) malam menghadapi Arsenal di Old Trafford. Solskjaer tidak punya pilihan kecuali menang agar bisa meyakinkan pendukung Setan Merah bahwa dirinya masih pantas untuk menangani MU. Apalagi Rashford kemungkinan tidak bisa tampil karena cedera.

Greenwood bahkan dipersiapkan untuk menjadi ujung tombak menyusul belum pulihnya Anthony Martial dari ceder paha. Ia akan didampingi dua pemain muda lainnya yakni Daniel James akan akan bermain dari sayap kiri dan Angel Gomes yang akan beraksi sayap kanan.

Solskjaer mendapat kesempatan untuk melakukan revolusi besar menyusul absennya juga Paul Pogba. Gelandang menyerang asal Prancis dipastikan harus istirahat menyusul cedera engkel yang dialami akibat benturan dengan pemain Rochdale.

Gelandang asal Brasil Fred mendapatkan kesempatan untuk bermain bersama Scott McTominay sebagai gelandang serang. Sementara posisi gelandang bertahan akan diisi pemain kawasan Nemanja Matic.

Di barisan belakang, Solskjaer seharusnya berani untuk menurunkan Tuanzebe menjadi pendamping Harry Maguire. Solskjaer sendiri menyebut Tuanzebe sebagai "kapten MU" masa depan. Center-back berusia 21 tahun ini bisa menggantikan posisi pemain asal Swedia, Victor Lindelof yang melakukan kesalahan fatal saat MU dipecundangi Palace di Old Trafford.

Rotasi pemain

Berbeda dengan MU yang masih mencari formasi terbaik, Arsenal datang ke Old Trafford dengan formasi yang sudah terbentuk. Pelatih Unai Emery hanya perlu memilih pemain yang paling fit untuk menghadapi musuh besarnya.

Arsenal kali ini datang sebagai tim yang lebih diunggulkan, meski tidak pernah menang saat bertandang ke kandang MU sejak 2006. The Gunners sudah menemukan formasi penyerang terbaik dengan Pierre-Emerick Aubameyang sebagai ujung tombak. Penyerang muda Nicholas Pepe akan beraksi dari sayap kanan dan. Bukayo Saka yang tampil impresif saat menghadapi Eintracht Frankfurt, bermain di sayap kiri.

Di lapangan tengah, Emery memiliki orang yang ia percaya yakni Matteo Guendouzi yang tampil konsisten sejak musim lalu. Ia akan didampingi Lucas Torreira yang memiliki kecepatan untuk melakukan serangan balik. Sementara sebagai jangkar, Arsenal memiliki gelandang bertahan asal Swiss, Granit Xhaka.

Sementara untuk posisi bek, Emery kemungkinan mempercayakan kepada Calum Chambers untuk mengisi posisi Hector Bellerin yang baru pulih dari cedera sebagai bek kanan. Posisi bek kiri sendiri akan diisi Sead Kolasinac.

Di jantung pertahanan, The Gunners sebenarnya memiliki pemain muda Rob Holding yang pandai membaca permainan. Namun Emery tidak cukup berani mengambil risiko dan lebih mempercayakan kepada duet David Luiz dan Sokratis Papastathopoulos.

Solskjaer menyadari Arsenal datang ke Old Trafford dengan tim yang lebih solid. Tetapi ia tetap percaya akan kemampuan para pemainnya, apalagi ia sudah bertemu langsung dengan para pendukung Setan Merah yang sangat keras mengecam dirinya dan timnya di media sosial.

"Berbeda dengan apa yang kita baca di media sosial, setelah bertemu muka para pendukung MU ternyata mereka sangat positif dan percaya kepada tim sekarang ini. Mereka melihat penampilan tim ini terus meningkat, muda, dan mempunyai keinginan yang kuat untuk maju. Ini tentu menjadi modal baik bagi kami untuk menjamu Arsenal nanti," kata Solskjaer.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Kardashian
Berita Lainnya