Headline
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
DIALOG program Economic Challenges, Selasa lalu, memunculkan fakta menarik berkaitan reklamasi pantai utara Jakarta. Karena pembicaranya para ilmuwan, mereka punya jarak dengan persoalan dan tidak punya kepentingan. Fakta pertama yang menarik ialah pencemaran di pantai utara Jakarta sudah sedemikian parahnya. Oleh karena itu, diperlukan pembenahan agar pantai utara Jakarta tidak menjadi comberan raksasa. Namun, yang dibutuhkan sebenarnya bukanlah reklamasi, melainkan rehabilitasi. Fakta kedua, reklamasi jadi pilihan dan bahkan sudah dilakukan oleh beberapa pengembang. Seharusnya analisis mengenai dampak lingkungan tidak dilakukan per pulau reklamasi, tetapi satu yang menyeluruh. Yang melakukan amdal bukan pengembang, melainkan pemerintah. Dengan 17 pulau reklamasi yang akan dibangun, setidaknya ada 29 model yang harus dikaji. Hal itu diperlukan agar kita mengenali perubahan pola arus laut yang akan terjadi akibat reklamasi.
Dengan itu kita bisa menjaga agar biota lautnya tidak berubah total. Fakta ketiga, reklamasi di banyak negara dilakukan oleh negara. Di Singapura hanya reklamasi di bawah 50 hektare yang bisa dilakukan swasta. Pengalaman di Hong Kong, ketika reklamasi diberikan langsung kepada swasta selalu memunculkan praktik kolusi. Fakta keempat, negara seharusnya mempunyai visi jelas tentang reklamasi yang hendak dilakukan. Dengan itulah kemudian aturan kebijakannya dipersiapkan. Bahkan kebijakan zonasi harus terlebih dulu ditetapkan agar reklamasi bermanfaat. Jangan sebaliknya, kebijakan baru dibuat setelah reklamasi dilakukan. Sekarang reklamasi Jakarta berpegangan pada Keputusan Presiden 1995. Padahal, kita tahu keppres itu dikeluarkan lebih didasarkan kepentingan pengembang. Akibat kebijakan itu tidak hanya hutan bakau di Kapuk rusak, tetapi Tol Sedyatmo berulang kali harus ditinggikan karena kebanjiran. Berbagai peraturan yang ke luar kemudian dimaksudkan untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu. Aneh jika kemudian kebijakan masa lalu yang kurang tepat terus dipertahankan. Padahal, dampak lingkungannya sudah kita rasakan bersama.
Fakta kelima, visi Nawa Cita Presiden Joko Widodo, tidak ingin pembangunan terus bertumpu di Jawa dan Jakarta. Perekonomian negara ini tidak akan berkembang pesat apabila 80% perputaran uang hanya terjadi di Jakarta. Untuk itulah Jakarta seharusnya difungsikan sebagai ibu kota yang sesungguhnya. Jakarta seharusnya diarahkan seperti Washington DC sebagai kota pemerintahan yang aman dan nyaman. Tidak harus semua kegiatan ekonomi ditum pukan di ibu kota negara. Menurunnya daya dukung Jakarta karena kita memaksakan semua orang untuk tinggal di Ibu Kota dengan berbagai daya tarik yang sengaja kita ciptakan.
Perubahan itu membutuhkan kemauan politik. Kita tidak akan pernah kecukupan lahan apabila Jakarta terus dipacu sebagai pusat kegiatan ekonomi. Pembangunan Indonesia yang merata tidak pernah terwujud apabila konsentrasi ekonomi dipusatkan di Jakarta. Pertanyaannya sekarang, apa bentuk pembangunan yang kita inginkan dan peran apa sebenarnya yang kita harapkan dari Jakarta? Semua pihak harus duduk bersama. Kita merumuskan kembali langkah ke depan yang hendak kita lakukan. Penundaan reklamasi Jakarta pasti menyebabkan dampak ekonomi. Namun, itulah harga yang harus dibayar ketika kita membuat rencana pembangunan yang tidak matang. Ini harus menjadi pembelajaran bagi para pemimpin ke depan. Kita tidak hanya butuh cepat, tetapi juga perhitungan yang matang agar tidak merugikan banyak orang. Lebih baik kita mundur selangkah demi kebaikan daripada melanjutkan dengan risiko yang terlalu mahal.
FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.
KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.
PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future
USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.
BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.
PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.
KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,
ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.
TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.
FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.
JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.
SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.
'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.
VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.
BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima
IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved