Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

Kemandirian Berpikir di Negeri para Pemberani: Catatan dari Rakernas Partai NasDem

Hamim Pou, Ketua Bidang Hubungan Eksekutif DPP Partai NasDem
09/8/2025 10:43
Kemandirian Berpikir di Negeri para Pemberani: Catatan dari Rakernas Partai NasDem
Hamim Pou, Ketua Bidang Hubungan Eksekutif DPP Partai NasDem.(Dok. Pribadi)

MAKASSAR, ibu kota Sulawesi Selatan, kembali membuktikan dirinya sebagai tuan rumah peristiwa politik besar. Kota yang lekat dengan julukan ‘Negeri Para Pemberani’ ini bukan hanya dikenal karena sejarah pelaut ulung dan pejuang tangguhnya, tetapi juga karena semangatnya yang tegak, jujur, dan pantang menyerah.

Pilihan Partai NasDem untuk menggelar Rakernas 2025 di sini bukanlah kebetulan—ia adalah pernyataan sikap. Sebuah penegasan bahwa visi besar NasDem untuk mengusung restorasi dan gerakan perubahan membutuhkan keberanian, kejujuran, dan konsistensi, sebagaimana diwariskan tanah Makassar sejak perlawanan Sultan Hasanuddin terhadap VOC.

Sejak memasuki kota, mata disambut lautan biru tua—blue navy khas NasDem—terpampang di setiap sudut jalan, di bendera-bendera yang berkibar, spanduk yang meramaikan pertokoan, dan atribut yang melekat di dada para kader. Suasana kota menjadi lebih hidup, denyut ekonominya bertambah kencang. Sekitar 10 ribu kader dari seluruh Indonesia berkumpul di Makassar, menghidupkan hotel-hotel, rumah makan, pusat perbelanjaan, hingga lapak-lapak kecil. Pelaku UMKM pun ikut kebagian berkah, menjajakan kuliner khas, kerajinan tangan, dan cendera mata yang menjadi penghubung cerita antara tamu dan tuan rumah.

Di hotel lokasi perhelatan, suasana tertib dan damai terasa begitu kental. Senyum ramah menyapa di setiap sudut, menciptakan kesan bahwa Rakernas ini bukan sekadar forum politik, tetapi juga pertemuan keluarga besar. Acara dibuka dengan parade budaya nusantara—sebuah tarian pembukaan yang memukau, memadukan gerak, warna, dan irama dari Sabang hingga Merauke. Setiap gerak penari, setiap tabuhan gendang, seolah mengingatkan bahwa politik haruslah berpijak pada akar budaya bangsa yang kaya dan mempersatukan.

Makassar menjadi saksi perhelatan akbar Rakernas Partai NasDem 2025. Tema yang diusung—“Kemandirian Berpikir Demi Kemajuan Bangsa”—bukan sekadar slogan seremonial, melainkan ajakan untuk menegakkan jati diri politik yang dewasa. Di tengah derasnya arus globalisasi dan hiruk-pikuk politik nasional, tema ini menegaskan bahwa partai politik tidak boleh kehilangan kompas moral dan intelektualnya. Kemandirian berpikir adalah fondasi untuk melahirkan kebijakan yang tidak sekadar populis, tetapi visioner dan berpihak pada kepentingan jangka panjang bangsa.

Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh, dalam pidato pembukaan Rakernas menegaskan bahwa institusi partai politik adalah pilar utama demokrasi—penjaga arah kemajuan bangsa. Ia menyatakan, partai tidak hanya berfungsi memenangkan pemilu, tetapi juga memikul tanggung jawab membentuk arah kebijakan negara. Surya Paloh kembali menegaskan dukungan penuh dan total kepada pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Dukungan yang, menurutnya, tulus, total, dan berlandaskan objektivitas, untuk mengawal upaya Presiden dalam memajukan bangsa dan negara.

Namun, dukungan ini tidak berarti kehilangan daya kritis. Justru sebagai bentuk cinta pada bangsa, NasDem menyatakan tidak segan memberikan masukan dan saran kepada pemerintah. Dalam politik yang sehat, loyalitas bukan berarti membenarkan semua; melainkan keberanian mengingatkan bila ada yang kurang tepat, demi kebaikan bersama. Pernyataan ini sejalan dengan pemberitaan resmi Media Indonesia (8/8/2025) dan Antara News yang memuat pesan Surya Paloh dalam forum Rakernas.

Capaian elektoral NasDem menjadi amunisi legitimasi untuk menjaga kemandirian berpikir itu. Berdasarkan penetapan resmi KPU RI Pemilu 2024, NasDem meraih 69 kursi DPR RI. Data rekap internal DPP Partai mencatat, NasDem juga menguasai 256 kursi DPRD provinsi, sekitar 1.800 kursi DPRD kabupaten/kota, serta memiliki sekitar 100 kepala daerah kader yang aktif memimpin di seluruh Indonesia per Agustus 2025. Angka-angka ini bukan sekadar statistik; ia adalah jaringan pengaruh kebijakan yang menembus pusat–daerah, menjadikan ide partai berdaya laksana di lapangan.

Yang unik—dan jarang terjadi dalam koalisi—NasDem mendukung pemerintah tanpa meminta kursi eksekutif. Ini adalah etika politik yang mahal: menjaga objektivitas, mengurangi konflik kepentingan, dan menempatkan hasil kebijakan di atas pembagian kursi. Konsekuensinya, pengaruh NasDem akan berporos pada kinerja legislatif, kualitas kader eksekutif daerah, dan jejaring kebijakan—bukan pada struktur kabinet.

Rakernas kali ini merekam momentum politik penting: Pertama, kemandirian berpikir sebagai peneguhan karakter partai yang tidak terjebak euforia kekuasaan. Kedua, dukungan strategis kepada Presiden Prabowo yang diposisikan sebagai mitra kerja, bukan sekadar aliansi politik sementara. Ketiga, penguatan peran partai dalam membangun kolaborasi organik antara tiga pilar negara: partai politik, presiden, dan rakyat.

Kolaborasi ini menuntut harmoni yang cerdas: Partai menjadi penggerak gagasan dan penjaga nilai, Presiden sebagai pengambil keputusan tertinggi mengeksekusi kebijakan dengan visi, dan rakyat sebagai pengawas sekaligus penerima manfaat. Kemenangan bersama hanya akan tercapai bila Presiden Prabowo berhasil memimpin dengan hasil nyata, rakyat merasakan perbaikan hidup yang konkret, dan NasDem tercatat sebagai bagian penting dari keberhasilan itu.

Rakernas di Makassar bukan sekadar forum internal, tetapi penegasan arah perjalanan: bahwa di tengah perbedaan dan dinamika, ada kesepahaman yang bisa menyatukan—kemandirian berpikir, loyalitas yang kritis, dan komitmen untuk bekerja demi kemajuan bangsa. Sebagaimana dibuka dengan parade budaya yang mempesona, acara ini pun ditutup dengan tarian persembahan yang tak kalah megah—sebuah komposisi seni yang memadukan harmoni nusantara, seakan mengingatkan bahwa di tangan para pemimpin yang berpikir mandiri, politik bisa menjadi ruang seni yang mempersatukan dan mengangkat martabat bangsa. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya