Headline

Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.

Rio Haryanto

Suryopratomo Dewan Redaksi Media Group
19/3/2016 05:30
Rio Haryanto
(ANTARA/M AGUNG RAJASA)

KEMARIN kita menyaksikan seorang putra Indonesia tampil di ajang balap mobil Formula 1. Rio Haryanto memulai kiprahnya dengan mencoba lintasan balapan di Albert Park, Melbourne, Australia, kemarin. Ia menjadi salah satu di antara 22 orang di planet ini yang bersaing pada ajang 'menembus batas'.

Pembalap Formula 1 merupakan profesi yang sangat berbahaya. Pekerjaan yang satu ini menuntut kondisi fisik yang superprima. Sedikit saja salah membuat perhitungan, akibatnya fatal. Bayangkan saja, mobil paling lambat sekalipun akan mencapai kecepatan 100 km/jam dalam 1,9 detik. Ketika akselerasi dilakukan, tekanan gravitasi akan mencapai 3G. Artinya, kepala sang pembalap akan mendapat tekanan tiga kali dari berat badannya.

Paling berat lagi ketika mobil yang sedang bergerak dengan kecepatan 300 km/jam harus berbelok ke kiri dan ke kanan. Tekanan kepada wajahnya akan mencapai 5G atau lima kali berat badannya. Seorang pembalap benar-benar dituntut untuk memiliki leher yang kuat. Belum lagi denyut jantung yang bisa mencapai 200 kali per menit. Sepanjang balapan sedikitnya 3 liter air terkuras dari badan pebalap. Apalagi suhu di dalam mobil mencapai 50 derajat celsius sepanjang balapan.

Kehadiran Rio di ajang Formula 1 membukakan mata dunia bahwa kualitas putra Indonesia tidak kalah dari bangsa-bangsa lain. Di tengah era kompetisi yang begitu ketat, Rio menyampaikan kepada dunia bahwa level bangsa Indonesia sudah sama dengan bangsa lain. Inilah yang seharusnya kita kapitalisasikan sebagai bangsa. Kehadiran Rio bukan sekadar dijadikan ajang tontonan, melainkan juga pemacu generasi muda lain untuk tidak mau kalah dari bangsa lain.

Kita harus sadar, Indonesia bukan lagi kekuatan ekonomi yang biasa-biasa. Apabila periode 2000-an lalu produk domestik bruto kita masih sekitar US$200 miliar, sekarang ukuran perekonomian Indonesia sudah lebih dari US$900 miliar. Kita menjadi salah satu dari 20 negara dengan PDB terbesar di dunia. Karena itu, kita harus berpikiran besar.

Perusahaan Indonesia harus berani melakukan branding sebagai perusahaan kelas dunia. Pertamina, misalnya, tidak boleh kalah dari Petronas. Kalau Petronas bisa mensponsori tim Mercedes, Pertamina seharusnya tidak kesulitan mensponsori tim Manor.

Nilai ekonomi yang didapat Indonesia dari kehadiran Rio Haryanto sangatlah besar. Sepanjang minggu ini pemberitaan mengenai pembalap asal Solo itu terus muncul di media internasional. Dalam jumpa pers Kamis (17/3) lalu, Rio didudukkan bersama para juara dunia seperti Lewis Hamilton dan Sebastian Vettel.

Kita bisa belajar dari pengalaman Garuda Indonesia melakukan branding. Beberapa tahun lalu Garuda ditawari mensponsori klub-klub Inggris. Kebetulan Garuda hendak membuka kembali penerbangan ke London. Pilihan kemudian dijatuhkan kepada Liverpool. Alasannya, klub itu paling banyak memiliki fan di luar negeri, termasuk di Indonesia. Memang prestasi the Reds sedang menurun, tetapi nama besar mereka masih baik. Keputusan Garuda tidaklah keliru karena Liverpool bisa ikut mengibarkan bendera perusahaan. Tahun lalu Garuda dinobatkan sebagai penerbangan terbaik kedelapan di dunia.

Pembangunan citra Indonesia di mata internasional juga dilakukan pengusaha Erick Thohir. Dengan mengambil alih kepemilikan Internazionale Milan, nama Indonesia menjadi perhatian masyarakat dunia. Padahal, prestasi sepak bola Indonesia sedang terpuruk dan dijatuhi sanksi oleh FIFA.

Tugas kita selanjutnya, bagaimana mengapitalisasi semua itu. Kita harus cerdik agar manfaat ekonominya semakin terasa.



Berita Lainnya
  • Ambalat dalam Sekam

    12/8/2025 05:00

    BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.