Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Kode Keras

01/2/2025 05:00
Kode Keras
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

AKHIR-AKHIR ini, pernyataaan Presiden Prabowo Subianto tentang sejumlah hal, khususnya yang menyangkut institusi, kerap ditafsirkan sebagai 'kode keras'.

Satu di antaranya, saat Presiden memerintahkan pencabutan pagar laut ilegal sepanjang 30,16 kilometer di Tangerang dan yang mencabuti ialah TNI Angkatan Laut (bukan Kementerian Kelautan dan Perikanan), ada yang menafsirkan bahwa Presiden melempar 'kode keras' lebih memercayai TNI ketimbang institusi KKP.

Lalu, saat Kepala Negara menginstruksikan agar penegak hukum menindak para pencaplok lahan, itu juga ditafsirkan sebagai 'kode keras' kepada penegak hukum agar lebih cepat bertindak. Bahkan, ada yang menafsirkan bahwa Presiden Prabowo sedang 'mengetes' tingkat kepatuhan dan gercep atau tidaknya penegak hukum menjalankan perintahnya.

Terakhir, saat Presiden Prabowo Subianto membeberkan ciri negara gagal bisa terlihat dari kerja-kerja aparat TNI dan Polri, kata-kata 'kode keras' pun muncul kembali. Entah yang dimaksud 'kode keras' itu dialamatkan ke institusi atau orang per orang dalam kedua institusi itu, pokoknya ada 'kode keras'.

Dalam sambutan di depan ratusan prajurit TNI-Polri dalam acara Rapim TNI-Polri di The Tribrata, Jakarta, Kamis (30/1), itu Prabowo menuntut aparat TNI dan Polri menjaga kepercayaan rakyat yang memberikan mandat. Prabowo berkata TNI dan Polri ialah wujud dari kehadiran negara. Perannya begitu vital sebagai penegak kedaulatan dan eksistensi negara.

Prabowo menuturkan bahwa produk undang-undang, keputusan presiden, peraturan pemerintah, dan semua produk pemerintah lainnya tidak ada artinya bila tidak ditegakkan. "Karena itu, biasanya ciri khas negara yang gagal adalah tentara dan polisi yang gagal," kata Prabowo.

Prabowo mengatakan TNI dan Polri diberi kekuasaan untuk monopoli fisik dan senjata. Itu kekuasaan khusus yang dimiliki tentara dan polisi. Baginya, kekuasaan yang dipegang polisi dan tentara itu sangat besar. Alhasil, rakyat pasti memercayakan kepada anggota TNI dan Polri untuk berdedikasi tinggi.

"Rakyat yang menggaji saudara, rakyat yang melengkapi saudara dari ujung kaki sampai ujung kepala, rakyat yang memberi makan kepada tentara dan polisi, dan rakyat memberi kuasa kepada tentara dan polisi untuk memegang monopoli senjata," kata Prabowo.

Prabowo mengingatkan, dengan kepercayaan itu, rakyat menuntut pengabdian TNI dan Polri yang sebesar-besarnya. "Diberi kekuasaan ke saudara artinya rakyat kita menuntut dari saudara-saudara dedikasi yang sangat tinggi, pengorbanan yang sangat tinggi. Bahkan bisa disebut begitu saudara menerima mandat tersebut, kekuasaan tersebut, saudara-saudara sebenarnya sudah menyerahkan jiwa dan raga kepada negara, bangsa, dan rakyat," Prabowo menegaskan.

Lalu, di mana letak 'kode keras' dari pernyataan Presiden itu? Saya menduga, 'kode keras' itu ada pada frasa 'TNI dan Polri tidak boleh gagal agar Indonesia tidak menjadi negara gagal'. Barangkali ada yang menyela, "Ah, itu kurang spesifik. Masih terlalu umum. Kasih kami yang lebih detail."

Baiklah, saya coba. Karena tidak boleh gagal, pimpinan TNI dan Polri harus sepenuhnya mampu menjalankan dan menjabarkan instruksi Presiden dalam hal penegakan kedaulatan dan keamanan sesuai target. Bahkan, jalankan instruksi itu sesegera mungkin karena Presiden tidak mau negara ini dicap sebagai negara gagal. Bila tidak mampu, siap-siaplah diganti. Ini 'kode keras'-nya: siap-siap diganti.

Sebagai seorang yang menggumuli pemikiran besar melalui buku-buku, saya menduga Presiden Prabowo sudah membaca buku Why Nations Fail karya peneliti jempolan Daron Acemoglu dan James A Robinson. Di buku itu, Pak Acemoglu dan Pak Robinson mengungkapkan sejumlah ciri negara gagal, yang salah satunya: aparat negara tidak menjalankan amanat, tapi malah sekaligus menjadi pemain. Atau, penguasa sekaligus pengusaha.

Pesan Presiden di depan ratusan prajurit itu menekankan pengabdian TNI dan Polri tidak boleh ke mana-mana selain kepada rakyat. TNI dan Polri tidak boleh menjadi 'pemain' yang melindungi kepentingan segelintir orang yang berduit. Itu disebabkan yang memodali TNI dan Polri dari ujung rambut hingga ujung kaki ialah rakyat. Yang memberi makan mereka ialah rakyat.

Saya sangat antusias menyambut pernyataan Presiden soal negara gagal ini. Saya berharap, Presiden segera menyampaikan tanda-tanda negara di ambang kegagalan yang lainnya agar negeri ini benar-benar tidak menjadi negara gagal. Saat berpidato di depan anggota dan pimpinan Polri dan TNI, Kepala Negara sudah memulainya. Tinggal menunggu tanggal mainnya untuk mengurai tanda-tanda lainnya di kesempatan berbeda.

Tanda-tanda itu antara lain menyempitnya kebebasan sipil; ada kriminalisasi terhadap masyarakat yang menjalankan hak berpendapat, berkumpul, berekspresi; negara yang memiliki kekayaan sumber daya alam malah menjadi pemburu rente, bukan membangun sistem; ekonomi ekstraktif lebih dominan ketimbang ekonomi inklusif.

Sepertinya, negeri ini memang butuh 'kode-kode keras' lainnya agar segera bergerak. 'Kode lunak' sudah berserak-serak, tetapi tidak mempan lagi.



Berita Lainnya
  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik