Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Tumenggung Endranata

30/1/2025 05:00
Tumenggung Endranata
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

SAGA ini terjadi hampir empat abad silam. Kisah ini ihwal pengkhianatan anak negeri terhadap pemimpinnya yang hendak memerangi penjajah. Pengkhianatnya ialah Tumenggung Endranata, yang dikhianati ialah Sultan Agung dan rakyat Mataram ketika itu.

Cerita tersebut tepatnya terjadi pada 1628 ketika Kerajaan Mataram Islam hendak mengusir Vereenigde Oostindische Compagnie alias VOC. VOC ialah persatuan perusahaan Hindia Timur yang awalnya datang untuk berdagang, tapi lama-kelamaan melakukan penjajahan. Praktik kolonialisme itu diteruskan Belanda, negara asal VOC, yang selama 350 tahun kemudian menindas Indonesia.

Penjajahan selalu melahirkan perlawanan. Itulah yang dilakukan Sultan Agung. Sebagai kerajaan besar, Mataram bertekad merebut Jayakarta atau Batavia, kini Jakarta, dari tangan VOC Belanda. Dia mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang, tapi semuanya berantakan akibat pengkhianatan Endranata, putra Tumenggung Wiraguna.

Dalam bukunya, Tuan Bumi Mataram dari Panembahan Senopati hingga Amangkurat II, Peri Mardiyono mengisahkan Tumenggung Endranata membocorkan upaya Mataram menguasai Jayakarta. Belanda pun bersiap. Mereka membakar lumbung padi dan makanan milik Mataram. Dus, para prajurit tidak mendapat pasokan logistik dari garis belakang sehingga usaha merebut Jayakarta gagal. Dalam kisah yang lain, Endranata juga memicu pemberontakan Pati.

Begitulah, misi mulia Mataram memerangi penjajah Belanda digagalkan aksi durjana Endranata. Ada adagium bahwa perjuangan selalu melahirkan pengkhianatan. Dalam puisinya berjudul Memang Selalu Demikian, Hadi yang ditulis pada 1966, Taufiq Ismail mengamininya.

'Setiap perjuangan selalu melahirkan 

Sejumlah pengkhianat dan para penjilat, 

Jangan kau gusar, Hadi...

Setiap perjuangan selalu menghadapkan kita

Pada kaum yang bimbang menghadapi gelombang, Jangan kau kecewa, Hadi'

Era memang sudah berganti, tetapi pengkhianatan tak pernah lekang oleh zaman. Terkini, para pengkhianat banyak disebut-sebut dalam perkara pagar laut di pesisir Kabupaten Tangerang, Banten, yang boleh jadi merupakan bagian dari Jayakarta tempo doeloe. Cap penuh nista itu distempelkan di dahi mereka yang membabi buta mendukung para pihak yang menyengsarakan rakyat.

Ketika hampir semua anak bangsa marah, geram, atas kesewenang-wenangan di pesisir Kabupaten Tangerang, mereka justru membela mati-matian pelaku penindasan. Rakyat dan nelayan di sana menjadi korban. Di darat, tak sedikit yang tercerabut dari tanah kelahiran mereka sebab harus melepas lahan kepada pengembang dengan harga sangat murah. Mereka tak kuasa menghadapi tekanan dan ancaman. Mereka kian tak berdaya karena ada label proyek strategis nasional di sana.

Di perairan, nasib nelayan sama buruknya. Pagar laut sepanjang 30,16 km menguras lebih banyak solar karena mereka harus memutar. Tentu saja modal untuk melaut membengkak. Laut milik negara tetiba ada yang menguasainya. Tetiba ada sertifikat di atasnya. Lumrah, sangat lumrah, jika kemudian ada yang menyebut ada penjajahan di pesisir Kabupaten Tangerang. Penjajahan model baru, yang meski tak sama persis dengan zaman kompeni dulu, tetapi akibatnya sama.

Penjajah bisa semena-mena karena biasanya ada pengkhianat. Pun dalam kasus pagar laut dan pencaplokan lahan di pesisir Kabupaten Tangerang, juga di sejumlah tempat lain. Wujudnya macam-macam. Ada preman, ada aparat desa, aparat keamanan, aparat pertanahan, atau aparat-aparat yang lain. Jangan sampingkan pula buzzer, yang mengaku budayawan, yang mengeklaim mahasiswa, LSM, atau yang suka dipanggil gus. Mereka pasang badan buat para pihak yang dituding merampas tanah negara, menindas rakyat.

Jangan tanya ihwal argumen karena itu tak penting buat mereka. Yang penting bicara, yang utama bersuara bahwa oligarki tidak salah. Jangan tanya perihal kejujuran karena kebohongan kiranya sudah biasa bagi mereka. Mereka membuat rakyat geram. "Londo ireng pengkhianat bangsa," sebut salah satu netizen. 'Dialah penghianat bangsa sesungguhnya, menjual tanah air Indonesia kpd penjajah', tulis yang lain.

Pengkhianatan ialah dosa tiada tara. Akibat berkhianat, Tumenggung Endranata dijatuhi hukuman mati. Kepalanya dipenggal. Setelah meninggal, dia tak dimakamkan selayaknya mayat. Tubuh Endranata dibelah menjadi tiga bagian lalu dikubur di tiga tempat terpisah di Permakaman Imogiri.

Kepala sang tumenggung dikubur di tengah-tengah Gapura Supit Urang, kakinya di tengah kolam. Badannya dikubur di bawah tangga yang ditandai dengan permukaan yang tidak rata. Sultan Agung ingin memberikan pelajaran agar setiap pengunjung makam menginjak salah satu bagian jasad sang pengkhianat. Dia hendak mengingatkan kepada rakyatnya agar tak berkhianat.

Pengkhianatan kepada rakyat, kepada negara, memang sulit untuk diampuni. Namun, saya tidak tahu pasti hukuman apa yang paling pas ditimpakan kepada Endranata-Endranata masa kini.



Berita Lainnya
  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.