Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Mengebor Tembok ICOR

21/12/2024 05:00
Mengebor Tembok ICOR
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

AWAL bulan ini, pembicaraan soal ICOR mencuat lagi. Pemantiknya ialah pidato Presiden Prabowo Subianto saat penyerahan daftar isian pelaksanaan anggaran (DIPA) dan buku alokasi transfer ke daerah tahun anggaran 2025, di Istana Negara, pada 10 Desember 2024 lalu. Saat itu Kepala Negara menyinggung ICOR Indonesia lebih tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Itu artinya tidak efisien.

Lalu, apa itu ICOR? Kok, sampai Presiden risau? ICOR ialah singkatan dari incremental capital output ratio. ICOR merupakan ukuran yang menunjukkan efisiensi suatu negara untuk memanfaatkan modal dalam menghasilkan suatu barang/jasa. Makin tinggi ICOR, makin tidak efisien suatu negara dalam memanfaatkan investasi menjadi pendongkrak pertumbuhan. Sebaliknya, makin rendah angka ICOR, makin efisien pemanfaatan investasi di suatu negara.

Saat ini, ICOR Indonesia masih di atas 6, lebih tinggi daripada sejumlah negara tetangga yang ICOR mereka 5 dan 4. Wajar kalau Presiden meminta agar angka itu diturunkan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ICOR Indonesia mencapai 6,33 pada 2023.

Sementara itu, ICOR negara-negara tetangga di kawasan lebih kecil. Vietnam, dalam beberapa tahun terakhir ini, nilai ICOR-nya rata-rata 3,5-4,5. Thailand rata-rata 3,5-4,5. Begitu juga dengan Malaysia dengan rata-rata ICOR di angka 4 hingga 5.

Jadi, sederhananya, kalau investasi kita mencapai 30%, dengan ICOR 6, berarti 30 dibagi 6 sama dengan 5. Itu artinya pertumbuhan kita 5%. Kalau ICOR bisa dikurangi menjadi 5, misalnya, dengan investasi yang sama 30%, pertumbuhan ekonomi bisa 6%. Sebab, bilangan pembaginya lebih kecil.

Penilaian ICOR mengacu pada syarat bahwa investasi harus serasi dengan sektor produktif. Misalnya, jika negara membangun bendungan, saluran primer, sekunder, dan tersiernya harus serempak tersambung sehingga produksi pangan naik. Itu artinya terkoneksi dan efisien.

Berbeda, misalnya, dengan Proyek Strategis Nasional (PSN) Pelabuhan Patimban yang belum tersambung dengan tol di Jawa bagian utara. Karena tolnya belum tersambung hingga kini, pengiriman barang dilakukan lewat jalan lama. Akibatnya, biaya logistik masih mahal, investasi tidak seefisien bila tol sudah nyambung.

Namun, apakah konektivitas menjadi penghalang utama angka tingginya inefisiensi modal yang masuk ke negeri ini? Tentu saja tidak. Sejumlah analisis menunjukkan banyak faktor di luar perencanaan yang justru jadi pemicu inefsiensi itu. Ada soal birokrasi yang ribet, aturan yang kerap berubah-ubah, hingga risiko yang belum sepenuhnya digaransi.

Saya sepakat dengan analisis itu. Sejauh ini, berbagai perombakan sudah dilakukan. Bahkan, dalam lima tahun terakhir, Badan Koordinasi Penanaman Modal sudah melakukan terobosan-terobosan besar. Hasilnya juga sudah sangat nyata. Dalam beberapa tahun terakhir, target realisasi investasi pun bukan cuma tercapai, melainkan terlampaui.

Namun, BKPM atau Kementerian Investasi dan Hilirisasi jelas tidak bisa bergerak sendirian. Tanpa frekuensi yang sama untuk melakukan perbaikan di tempat lain, sebesar apa pun perombakan tidak akan banyak berdampak. Di sejumlah pemerintah daerah, misalnya, masih ditemukan syarat-syarat yang rumit untuk para investor. Bahkan, ada penolakan-penolakan atas investasi dengan beragam alasan. Maka itu, ibarat tembok, hambatan menurunkan angka ICOR mesti dibor bersama-sama.

Padahal, target total modal yang dibutuhkan di negeri ini hingga lima tahun ke depan tidak main-main besarnya. Target yang ditetapkan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mencapai Rp47,58 ribu triliun selama 2025-2029.

Untuk mencapai target tersebut, tantangannya pasti besar. Pertumbuhan investasi, misalnya, harus mencapai rata-rata 10% per tahun. Mengandalkan investasi dari belanja pemerintahan tentu mustahil mengingat penerimaan negara sangat terbatas.

Oleh sebab itu, investasi dari swasta mesti dikejar. Pihak swasta siap berbondong-bondong bila uang yang mereka masukkan efisien sehingga menguntungkan, terjamin keamanannya, dan bisa dimitigasi risikonya. Jika itu semua bisa digaransi, kepercayaan bakal tumbuh, target tercapai, ekonomi tumbuh tinggi, rakyat pun naik kesejahteraannya.

Maka itu, tidak salah bila pemerintah mulai fokus memperbaiki ICOR. Perbaikan ICOR akan berbanding lurus dengan peningkatan kepercayaan investor. Saya ingin mengutip apa kata ahli manajemen pemasaran Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, bahwa meraih trust atau kepercayaan (konsumen) dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan secara terus-menerus, berulang-ulang, dan dalam jangka waktu yang lama.

 

 



Berita Lainnya
  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.

  • Para Pemburu Pekerjaan

    31/5/2025 05:00

    MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.

  • Banyak Libur tak Selalu Asyik

    30/5/2025 05:00

    "LIBUR telah tiba. Hore!" Pasti akan seperti itu reaksi orang, terutama anak sekolah, ketika mendengar kata libur. Yang muncul ialah rasa lega, sukacita, dan gembira.