Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Mem-branding Gibran

06/12/2024 05:00
Mem-branding Gibran
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

BARANGKALI hanya sedikit di antara kita yang asing dengan pepatah buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Bahasa Inggrisnya apple never falls far from the tree. Artinya sifat, tingkah laku, dan kebiasaan orangtua akan diikuti anak mereka.

Masih ada peribahasa dengan arti serupa. Like father like son. Air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan jua. Atau, untuk konotasi yang cenderung negatif, guru kencing berdiri murid kencing berlari. Apa yang dilakukan, diajarkan, oleh orangtua, oleh guru, akan ditiru anak mereka, murid mereka.

Pepatah itu makin pas untuk menggambarkan Gibran Rakabuming Raka. Gibran ialah Wakil Presiden Republik Indonesia. Dia masih muda, bahkan termuda sebagai orang nomor dua di negeri ini. Usianya baru 37 tahun. Gibran putra mbarep Presiden Ke-7 RI Joko Widodo. Tak cuma anak biologis, dia kiranya juga anak ideologis Jokowi.

Gibran bisa menjadi wapres yang utama ialah karena dia anak Jokowi yang ketika pilpres masih menjadi presiden. Gibran bisa menjadi wapres lantaran akal-akalan di Mahkamah Konstitusi yang kala itu diketuai Paman Usman. Gibran bisa menjadi wapres juga karena meniru cara dan gaya Jokowi.

Seperti bapaknya, Gibran paham betul pentingnya popularitas dalam politik. Karena itu, dia rajin melakukan banyak hal agar populer, agar dikenal rakyat, agar terus berada di orbit pembicaraan publik. Soal patut tidak patut, perihal elok tidak elok, itu lain soal. Yang penting tenar, yang penting citranya baik.

Banyak yang menilai Jokowi bisa menjadi presiden karena hebat dalam pencitraan. Semua berawal dari mobil 'gaib' Esemka, muasalnya dari gorong-gorong. Begitu istilah yang kerap terucap dari mulut oposan. Jokowi kembali terpilih untuk periode kedua juga tak lepas dari keberhasilan memoles citra. Dia ialah presiden yang paling kerap berkunjung ke daerah, meresmikan proyek-proyek pembangunan. Perihal urgen-tidaknya kunjungan yang dia lakukan, itu soal lain.

Jokowi ialah presiden yang paling suka bagi-bagi bansos, juga menyebar bingkisan atau sekadar kaus. Pada masa Pilpres 2024 saat anaknya ikut berkompetisi, dia 24 kali melakukan kunjungan dan membagikan bansos ke Jawa Tengah. "This is unprecedented and only in Indonesia," begitu kata Todung Mulya Lubis dalam sengketa hasil pilpres di MK.

Apakah bagi-bagi bansos secara langsung merupakan ranah presiden, urusan presiden, itu tak penting. Yang penting nama Jokowi baik di mata rakyat. Hasilnya memang oke, tingkat kepuasan terhadap dirinya sekitar 80%. Tertinggi untuk seorang presiden, tak cuma di Indonesia, bahkan di dunia. Alasannya? Ya itu tadi, salah satunya soal bansos.

Bagaimana dengan Gibran? Plek ketiplek. Dia juga hobi blusukan dan menebar bantuan. Langkahnya itu bahkan sudah dilakukan sejak sebelum dilantik lalu makin intens setelah dia resmi menjadi wapres. Terakhir, dia mengunjungi warga korban banjir di Kebon Pala, Kampung Melayu, Jakarta Timur, pada Kamis (28/11).

Tentu, dia datang tidak dengan tangan hampa. Bantuan dia bawa serta. Yang janggal, bantuan itu dikemas dalam tas biru bertuliskan 'Bantuan Wapres Gibran'. Tampak gambar Istana Wapres di bagian tengah goodie bag itu.

Gibran sepertinya kurang percaya diri. Dia seolah ingin kepastian untuk dikenang sebagai pejabat yang berbudi baik, yang hadir di tengah rakyat yang kena musibah sehingga namanya perlu dicantumkan di tas bantuan. Seandainya tas itu bertuliskan 'Bantuan Wapres' saja sudah dipersoalkan, terlebih ada embel-embel namanya. Untuk hal itu, dia selangkah di depan Jokowi yang dulu membagikan bingkisan dalam tas bertuliskan 'Bantuan Presiden Republik Indonesia'.

Bansos diambil dari APBN, dari dana negara, uang rakyat. Pihak istana boleh berkilah bahwa Gibran berhak memberikan bantuan atas nama jabatannya. Wapres juga dibilang punya dana operasional. Namun, ia tetaplah bersumber dari keuangan negara, duit masyarakat. Lagi-lagi ini soal kepatutan. Pantaskah wapres berulang-ulang menyerahkan langsung bansos, terlebih nama dirinya sengaja dicantumkan di tas bantuan? Patutkah wapres mem-branding dirinya dengan uang negara?

Ada yang menganggap pantas, banyak pula yang bilang tidak. Termasuk saya. Ihwal teknis bansos mestinya urusan mensos, bahkan di beberapa kasus cukup ketua RT, bukan kelasnya wapres. Tugas wapres jauh lebih besar daripada sekadar menyalurkan bantuan. Namanya RI-2, wapres seharusnya melakukan sesuatu yang lebih strategis. Ikut mendatangkan investor, misalnya. Bicara di forum-forum dengan menyampaikan gagasan-gagasan besar, umpamanya.

Tidak ada guru yang setara dengan ibu dan tidak ada yang lebih menular daripada martabat seorang ayah. Jika menukil teori match and mirror, barangkali Gibran ingin terus dilihat, didengar, dan dirasakan seperti ayahnya, Jokowi. Dalam jangka pendek, Gibran hendak menunjukkan bahwa dia bisa bekerja. Untuk jangka panjang, dia bisa jadi ingin menebalkan investasi politik untuk 2029. Masih efektifkah cara itu? Biarlah waktu yang bicara nanti.

Yang pasti, sebagian masyarakat kita masih silau dengan popularitas sebagai pengungkit elektabilitas pemimpin. Masih banyak yang abai dengan intelektualitas dan etikabilitas mereka. Mirip-mirip dengan entertainment yang di dalamnya seseorang dapat menjadi pesohor, dipuja, punya jutaan pengikut, bukan karena prestasi, melainkan lantaran sensasi dan kontroversi. Celaka nian kalau negara terus disamakan dengan dunia hiburan.

 



Berita Lainnya
  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.  

  • Debat Tarif Trump

    19/7/2025 05:00

    MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka? 

  • Jokowi dan Agenda Besar

    18/7/2025 05:00

    PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.

  • Obral Komisaris

    17/7/2025 05:00

    SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).

  • Uni Eropa, Kami Datang...

    16/7/2025 05:00

    Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.

  • Aura Dika

    15/7/2025 05:00

    TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.