Headline
Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.
Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.
Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.
JAKARTA hampir tak pernah terhindar dari banjir. Dari tahun ke tahun, dari gubernur ke gubernur, banjir selalu datang ketika musim hujan sedang puncak-puncaknya. Baik itu banjir yang berasal dari meluapnya sungai yang mengalir di wilayah Jakarta, banjir akibat kenaikan muka air laut atau rob, maupun banjir yang disebabkan oleh mampatnya saluran-saluran drainase di sepanjang kota.
Yang terakhir itu sebetulnya lebih pas disebut genangan atau kumpulan air di satu lokasi terbatas. Namun, karena biasanya ketinggian air genangan di Jakarta bisa mencapai setengah meter bahkan lebih, juga berlangsung dalam waktu yang lama, orang pun kerap menyamakannya dengan banjir. Singkatnya, banjir yang selalu menggenangi Jakarta bersumber dari tiga titik, yaitu sungai, laut, dan drainase.
Dari dulu sebetulnya penyebabnya sama, itu-itu saja. Akan tetapi, entahlah, banjir di Ibu Kota terus saja berulang. Strateginya bermacam-macam, tapi tampaknya sekadar berhenti sebagai konsep di atas kertas, eksekusinya seret. Penanganan tak pernah tuntas, selalu kedodoran. Selalu heboh dan tergopoh-gopoh saat banjir sudah tiba, tetapi kemudian lupa melakukan pencegahan ketika banjir tak sedang menghampiri.
Namun, kiranya ketidaktuntasan penanganan itu malah membuat banjir menjadi seksi di ruang politik. Seksi dijadikan komoditas jualan kontestasi politik lima tahunan. Bersama problem klasik lainnya, seperti kemacetan dan polusi udara, penanganan banjir tak pernah absen menjadi isu dalam Pilkada Jakarta, termasuk pilkada tahun ini. Menjual jurus penanganan banjir untuk menggaet sebanyak mungkin suara publik.
Dalam visi-misi, dalam materi kampanye, dalam debat antarkandidat, topik soal bagaimana mengenyahkan banjir dari Jakarta selalu dikemukakan. Adu gagasan, adu program tentang penanganan banjir, begitu riuh. Seperti pada pilkada sebelum-sebelumnya, program mengatasi banjir menjadi jualan para kandidat.
Mari kita ambil contoh satu program perihal antisipasi banjir dari tiga pasangan calon (paslon) gubernur dan wakil gubernur yang kini tengah sibuk berkampanye. Paslon nomor urut 1, Ridwan Kamil dan Suswono, mengeklaim akan merealisasikan program normalisasi dan naturalisasi sungai, pembangunan danau retensi, serta proyek tanggul laut (giant sea wall) untuk melindungi kawasan pesisir Jakarta.
Mereka mengakui tak ada inovasi baru dalam program yang mereka tawarkan. Alasannya, program dan wacana yang ada pada pemimpin sebelumnya dianggap sudah baik. "Tinggal bagaimana keberanian mengeksekusi dan mengambil risiko dari kebijakan yang diambil," ujar Ridwan pada kampanyenya di Jakarta Utara, beberapa waktu lalu.
Di sisi lain, program paslon nomor urut 2, Dharma Pongrekun dan Kun Wardhana, cukup progresif. Mereka yakin punya jurus ampuh mengatasi banjir di Jakarta jika nantinya memenangi Pilgub Jakarta 2024. Dharma menyebut akan melakukan modifikasi cuaca, salah satunya dengan membelah awan untuk mengurangi curah hujan ketika musim hujan.
"Kami sudah punya teknologinya bagaimana cara membelah awan atau menggeser awan supaya awan jangan sampai menjadi beban memperbanyak debit air," tukas Dharma di depan masyarakat Pondok Labu, Jakarta Selatan, Selasa (12/11).
Paslon nomor urut 3, Pramono Anung dan Rano Karno, tak kalah gertak. Selain akan meneruskan program normalisasi sungai, Pramono mengaku punya strategi matang untuk mencegah terjadinya banjir rob, yaitu dengan menanam magrove atau tanaman bakau di pantai-pantai Jakarta.
“Kalau saya (menang), dalam jangka panjang kami akan usulkan kepada pemerintah pusat tidak lagi (membangun) giant sea wall, tapi giant mangrove wall,” ucapnya, Selasa (12/11) lalu. Ia mengeklaim strategi menanam magrove itu sudah diuji coba saat KTT G-20 di Bali, tahun lalu.
Barangkali benar yang dikatakan Ridwan Kamil, sesungguhnya yang penting bukan program atau strateginya, melainkan kesungguhan dan keberanian untuk merealisasikan rencana-rencana itu. Kalau kita ibaratkan toko, sah-sah saja mereka menjual dan memajang sebanyak mungkin produk di etalase, yang penting ketika produk berupa program itu 'dibeli', ia harus bisa dieksekusi.
Bukan kebetulan, Pilkada 2024 dilaksanakan ketika musim hujan sedang menuju puncak. Menurut BMKG, puncak musim hujan akan terjadi pada November hingga Desember 2024 di wilayah Indonesia bagian barat dan Januari hingga Februari 2025 untuk wilayah Indonesia timur.
Untuk Jakarta, kalau merujuk pada siklus banjir besar yang berlangsung lima tahunan, boleh jadi Jakarta akan kembali mengalami banjir dalam skala besar pada Januari-Februari 2025 atau di sekitar waktu pelantikan gubernur baru hasil pilkada. Sebagai informasi, wilayah Jakarta terendam banjir hebat terakhir pada Januari 2020.
Artinya, alam akan langsung menguji kemujaraban 'jurus antibanjir' pemimpin baru Jakarta nanti. Apakah jualan mereka mampu menghasilkan realitas penanganan banjir yang betul-betul efektif dan komprehensif? Atau ternyata cuma cuap-cuap pemanis kampanye tanpa kehendak untuk mengeksekusinya karena mau disimpan sebagai materi jualan lagi pada lima tahun mendatang?
WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.
VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.
SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.
ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.
HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.
PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.
PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.
Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.
SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.
DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.
SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.
ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.
PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.
LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.
"TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved