Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Cara Korea

23/10/2024 05:00
Cara Korea
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

PRESIDEN Prabowo bertekad mewujudkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6% ke atas pada pemerintahannya. Bahkan, pada salah satu tahun di rentang pemerintahan yang ia pimpin, ia berjanji ekonomi bisa tumbuh 8%. Sebuah tekad mulia, tapi jelas amat berat merealisasikannya.

Satu dekade lalu, pada awal menjadi presiden pada 2014, Jokowi juga mencanangkan capaian rata-rata pertumbuhan ekonomi pada pemerintahannya 7%. Nyatanya, dalam satu dekade pemerintahan yang ia pimpin, rata-rata ekonomi cuma tumbuh sedikit di atas 5%. Bukan capaian yang jelek meski meleset dari target.

Karena meleset dari target itulah, upaya untuk menjadikan Indonesia keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (midlle income trap) juga kian sulit. Ibarat lorong gelap, waktu untuk menuju titik cahaya remang-remang belum bisa dirasakan. Butuh waktu lebih lama dengan kerja ekstra untuk mengubah dari fase gelap, ke remang-remang, lalu ke cahaya terang.

Mengapa saya berfokus pada isu middle income trap? Jawabannya, karena soal jebakan pendapatan menengah itulah yang selalu menjadi penghambat kemajuan negeri ini dari waktu ke waktu, dari presiden baru ke presiden baru.

Saban periode pemerintahan berganti, berbagai kalangan selalu mewanti-wanti soal bahaya jebakan itu. Ada rasa waswas negeri ini bakal dilanda middle income trap tanpa sanggup keluar dari situasi itu. Rasa waswas muncul karena bila Indonesia masuk jebakan itu, sulit rasanya bagi Republik ini untuk menjadi negara maju.

Apalagi, berdasarkan catatan Bank Dunia, dari sekitar 100 negara yang berlomba naik level dari kelas menengah ke negara maju, hanya sekitar 20 negara yang bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah itu. Namun, semua pemimpin pemerintahan di negeri ini sudah bertekad bulat menjadikan negara ini maju.

Pada 2004, saat menjadi presiden di periode pertama, Susilo Bambang Yudhoyono sudah mulai berpidato tentang mimpi menjadi negara maju. SBY saat itu 'mewarisi' pendapatan per kapita negeri ini di US$1.177. Satu dekade kemudian, pemerintahan SBY 'mewariskan' pendapatan per kapita negeri ini di angka US$3.590-an. Ada kenaikan tiga kali lipat.

Jokowi juga mencanangkan tekad Indonesia bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah dan menjadi negara maju saat usia negeri ini seabad pada 2045. Bahkan, Jokowi menamai jajaran kabinetnya di periode kedua dengan Kabinet Indonesia Maju. Namun, arah menuju itu jelas masih jauh.

Saat pertama memerintah pada 2014, Jokowi 'mewarisi' pendapatan per kapita dari pemerintahan sebelumnya US$3.590, atau sekitar Rp45 juta. Kini, saat meninggalkan pemerintahan, Jokowi 'mewariskan' pendapatan per kapita kita US$5.270, atau sekitar Rp85 juta. Ada kenaikan hampir dua kali lipat.

Kini, Presiden Prabowo juga bertekad melanjutkan titian jalan menuju bangsa maju itu. Target capaian tinggi pertumbuhan ekonomi yang dicanangkannya merupakan bentuk akselerasi menuju negara maju.

Kini, sudah dua dasawarsa jalan ke arah itu dititi, tetapi hasilnya belum benderang benar. Secara progres, pendapatan per kapita kita memang naik. Namun, kenaikan pendapatan per kapita itu belum signifikan, belum terlalu nendang untuk menemukan jalan terang. Masih jauh dari cita-cita menjadi negara maju. Berdasarkan sejumlah kajian, ekonomi Indonesia butuh rata-rata pertumbuhan 6% hingga 2041 untuk bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah.

Ada bagusnya kita berkaca pada Korea Selatan. 'Negeri Ginseng' itu berhasil keluar dari jebakan negara menengah, melompat menjadi negara maju cuma sekitar sewindu. Pada 1987, pendapatan per kapita Korsel masih US$3.500. Namun, pada 1995 atau delapan tahun kemudian, pendapatan per kapita Korsel melompat menjadi US$11.800.

Kini, menurut data World Economic Forum yang dipublikasikan pada April 2023, pendapatan per kapita Korsel sudah mencapai US$33.390, atau tertinggi kedua di wilayah Asia-Pasifik. Korsel hanya kalah dari Jepang yang pendapatan per kapitanya pada 2023 lebih dari US$35 ribu.

Apa yang dilakukan Korea yang pada 1960-an ialah salah satu negara termiskin di dunia dan sekarang menjadi salah satu negara paling makmur di dunia? Korea mengawalinya dengan mendorong perusahaan-perusahaan mereka, konglomerat-konglomerat mereka yang besar, seperti Samsung, untuk mengirim teknisi mereka ke perusahaan-perusahaan terkemuka di dunia. Ada yang dikirim ke NEC di Jepang untuk mempelajari cara-cara pengerjaan sesuatu.

Pemerintah Korea, pada '70-an juga memberikan insentif pajak kepada perusahaan-perusahaan dalam negeri yang memperoleh lisensi dari perusahaan terkemuka dan memproduksinya di dalam negeri. Melalui kombinasi pembelajaran dari dunia dan memperoleh ide-ide dari dunia itu, Korea mulai menguasai teknologi yang terkait dengan televisi, radio, dan lain-lain.

Dalam waktu singkat, orang Korea dapat menerapkan ilmu dan melakukannya lebih baik daripada orang Jepang. Itulah inovasi. Itulah investasi sumber daya manusia. Korea tidak mungkin mengandalkan ekonomi ekstraktif karena ia memang tidak kaya akan sumber daya alam.

Presiden Prabowo bisa melakukan percepatan agar negeri ini keluar dari middle income trap dengan cara-cara serupa. Apalagi, sejumlah kajian menunjukkan problem utama kita ialah rendahnya inovasi dan produktivitas. Karena itu, pembangunan sumber daya manusia ialah keniscayaan.

Benar kata Guru Besar Hankuk University of Foreign Studies Korea Selatan, Yang Seung-yoon, soal keberhasilan negerinya. Ia berujar, "Orang-orang Korea harus rajin bekerja. Tidak ada banyak pilihan bagi orang Korea: hidup atau mati, berkembang maju atau monoton."



Berita Lainnya
  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik