Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Cara Korea

23/10/2024 05:00
Cara Korea
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

PRESIDEN Prabowo bertekad mewujudkan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6% ke atas pada pemerintahannya. Bahkan, pada salah satu tahun di rentang pemerintahan yang ia pimpin, ia berjanji ekonomi bisa tumbuh 8%. Sebuah tekad mulia, tapi jelas amat berat merealisasikannya.

Satu dekade lalu, pada awal menjadi presiden pada 2014, Jokowi juga mencanangkan capaian rata-rata pertumbuhan ekonomi pada pemerintahannya 7%. Nyatanya, dalam satu dekade pemerintahan yang ia pimpin, rata-rata ekonomi cuma tumbuh sedikit di atas 5%. Bukan capaian yang jelek meski meleset dari target.

Karena meleset dari target itulah, upaya untuk menjadikan Indonesia keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (midlle income trap) juga kian sulit. Ibarat lorong gelap, waktu untuk menuju titik cahaya remang-remang belum bisa dirasakan. Butuh waktu lebih lama dengan kerja ekstra untuk mengubah dari fase gelap, ke remang-remang, lalu ke cahaya terang.

Mengapa saya berfokus pada isu middle income trap? Jawabannya, karena soal jebakan pendapatan menengah itulah yang selalu menjadi penghambat kemajuan negeri ini dari waktu ke waktu, dari presiden baru ke presiden baru.

Saban periode pemerintahan berganti, berbagai kalangan selalu mewanti-wanti soal bahaya jebakan itu. Ada rasa waswas negeri ini bakal dilanda middle income trap tanpa sanggup keluar dari situasi itu. Rasa waswas muncul karena bila Indonesia masuk jebakan itu, sulit rasanya bagi Republik ini untuk menjadi negara maju.

Apalagi, berdasarkan catatan Bank Dunia, dari sekitar 100 negara yang berlomba naik level dari kelas menengah ke negara maju, hanya sekitar 20 negara yang bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah itu. Namun, semua pemimpin pemerintahan di negeri ini sudah bertekad bulat menjadikan negara ini maju.

Pada 2004, saat menjadi presiden di periode pertama, Susilo Bambang Yudhoyono sudah mulai berpidato tentang mimpi menjadi negara maju. SBY saat itu 'mewarisi' pendapatan per kapita negeri ini di US$1.177. Satu dekade kemudian, pemerintahan SBY 'mewariskan' pendapatan per kapita negeri ini di angka US$3.590-an. Ada kenaikan tiga kali lipat.

Jokowi juga mencanangkan tekad Indonesia bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah dan menjadi negara maju saat usia negeri ini seabad pada 2045. Bahkan, Jokowi menamai jajaran kabinetnya di periode kedua dengan Kabinet Indonesia Maju. Namun, arah menuju itu jelas masih jauh.

Saat pertama memerintah pada 2014, Jokowi 'mewarisi' pendapatan per kapita dari pemerintahan sebelumnya US$3.590, atau sekitar Rp45 juta. Kini, saat meninggalkan pemerintahan, Jokowi 'mewariskan' pendapatan per kapita kita US$5.270, atau sekitar Rp85 juta. Ada kenaikan hampir dua kali lipat.

Kini, Presiden Prabowo juga bertekad melanjutkan titian jalan menuju bangsa maju itu. Target capaian tinggi pertumbuhan ekonomi yang dicanangkannya merupakan bentuk akselerasi menuju negara maju.

Kini, sudah dua dasawarsa jalan ke arah itu dititi, tetapi hasilnya belum benderang benar. Secara progres, pendapatan per kapita kita memang naik. Namun, kenaikan pendapatan per kapita itu belum signifikan, belum terlalu nendang untuk menemukan jalan terang. Masih jauh dari cita-cita menjadi negara maju. Berdasarkan sejumlah kajian, ekonomi Indonesia butuh rata-rata pertumbuhan 6% hingga 2041 untuk bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah.

Ada bagusnya kita berkaca pada Korea Selatan. 'Negeri Ginseng' itu berhasil keluar dari jebakan negara menengah, melompat menjadi negara maju cuma sekitar sewindu. Pada 1987, pendapatan per kapita Korsel masih US$3.500. Namun, pada 1995 atau delapan tahun kemudian, pendapatan per kapita Korsel melompat menjadi US$11.800.

Kini, menurut data World Economic Forum yang dipublikasikan pada April 2023, pendapatan per kapita Korsel sudah mencapai US$33.390, atau tertinggi kedua di wilayah Asia-Pasifik. Korsel hanya kalah dari Jepang yang pendapatan per kapitanya pada 2023 lebih dari US$35 ribu.

Apa yang dilakukan Korea yang pada 1960-an ialah salah satu negara termiskin di dunia dan sekarang menjadi salah satu negara paling makmur di dunia? Korea mengawalinya dengan mendorong perusahaan-perusahaan mereka, konglomerat-konglomerat mereka yang besar, seperti Samsung, untuk mengirim teknisi mereka ke perusahaan-perusahaan terkemuka di dunia. Ada yang dikirim ke NEC di Jepang untuk mempelajari cara-cara pengerjaan sesuatu.

Pemerintah Korea, pada '70-an juga memberikan insentif pajak kepada perusahaan-perusahaan dalam negeri yang memperoleh lisensi dari perusahaan terkemuka dan memproduksinya di dalam negeri. Melalui kombinasi pembelajaran dari dunia dan memperoleh ide-ide dari dunia itu, Korea mulai menguasai teknologi yang terkait dengan televisi, radio, dan lain-lain.

Dalam waktu singkat, orang Korea dapat menerapkan ilmu dan melakukannya lebih baik daripada orang Jepang. Itulah inovasi. Itulah investasi sumber daya manusia. Korea tidak mungkin mengandalkan ekonomi ekstraktif karena ia memang tidak kaya akan sumber daya alam.

Presiden Prabowo bisa melakukan percepatan agar negeri ini keluar dari middle income trap dengan cara-cara serupa. Apalagi, sejumlah kajian menunjukkan problem utama kita ialah rendahnya inovasi dan produktivitas. Karena itu, pembangunan sumber daya manusia ialah keniscayaan.

Benar kata Guru Besar Hankuk University of Foreign Studies Korea Selatan, Yang Seung-yoon, soal keberhasilan negerinya. Ia berujar, "Orang-orang Korea harus rajin bekerja. Tidak ada banyak pilihan bagi orang Korea: hidup atau mati, berkembang maju atau monoton."



Berita Lainnya
  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.

  • Para Pemburu Pekerjaan

    31/5/2025 05:00

    MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.

  • Banyak Libur tak Selalu Asyik

    30/5/2025 05:00

    "LIBUR telah tiba. Hore!" Pasti akan seperti itu reaksi orang, terutama anak sekolah, ketika mendengar kata libur. Yang muncul ialah rasa lega, sukacita, dan gembira.

  • Apa Kabar Masyarakat Madani?

    28/5/2025 05:00

    SAYA lega membaca berita bahwa pemerintah tidak pernah dan tidak akan mempermasalahkan penyampaian opini publik dalam bentuk apa pun, termasuk kritik terhadap kebijakan.

  • Basa-basi Meritokrasi

    27/5/2025 05:00

    HARAP-HARAP cemas masih dirasakan masyarakat saat melihat kondisi birokrasi pemerintahan di Indonesia, baik di pusat ataupun di daerah.

  • Perseteruan Profesor-Menkes

    26/5/2025 05:00

    ADA benarnya pernyataan Sukarno, “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Namun, perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.”

  • Koperasi dan Barca

    24/5/2025 05:00

    KOPERASI itu gerakan. Ibarat klub sepak bola, gerakan koperasi itu mirip klub Barcelona. Klub dari Catalan, Spanyol, itu dari rakyat dan milik rakyat.