Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Menilai Jokowi

11/10/2024 05:00
Menilai Jokowi
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

DUA hari lalu saya mengurus perpanjangan STNK sekaligus ganti kaleng pelat nomor motor di salah satu samsat di Kota Tangerang, Banten. Rupanya pungli belum benar-benar mati, ia tetap saja membebani rakyat yang taat membayar pajak.

Awalnya, saat cek fisik kendaraan, pelayanan begitu mengesankan. Cepat, tak macam-macam. Namun, di tahap berikutnya, yakni pengesahan hasil cek fisik di loket yang berbeda, ada pungutan yang terang-terangan dipertontonkan.

Prosesnya, sih, tak bertele-tele sampai berkas saya dinyatakan sah. Namun, untuk mengambilnya kembali, petugas tanpa sungkan meminta uang Rp30 ribu. Dia seorang perempuan yang masih muda. Dari wajahnya, saya taksir usianya paling 20 tahunan.

Baca juga : Jadi Mantan Presiden, Enak?

Saya tak mau begitu saja memberi. Saya balik bertanya, ''Ini resmi? Kalau resmi, ada kuitansinya, kan?'' Dia agak panik, lalu dengan singkat menjawab, ''Nanti saja, Pak, bayarnya di atas.''

Proses pengurusan pun berlanjut. Mulai pendaftaran, pembayaran di kasir, hingga pengambilan STNK di lantai dua, semuanya lancar. Barulah di tahap akhir, pengambilan kaleng pelat nomor, ada lagi pungutan. Pelakunya kali ini laki-laki, juga masih muda. Lagi-lagi, saya ogah memberi. Yang lain terpaksa bayar karena takut dipersulit. Mereka tak rela, mereka menyesal setengah mati menjadi korban pungli.

Dalam video pendek yang sedang viral, seorang calon kepala daerah menebar uang dari atas mobil. Dia mengambilnya dari karung dan menghamburkannya lalu menjadi rebutan warga. Dia terlihat senang, tertawa-tawa. Warga pun girang meski menjadi korban politik uang.

Baca juga : Sean Gelael Optimistis Raih Podium di Sao Paolo

Pada 1 Oktober lalu, sebanyak 580 anggota DPR periode 2024-2029 dilantik. Di antara mereka, sedikitnya 79 orang memiliki hubungan kekerabatan dengan penguasa atau elite di partai politik. Ketimbang dengan temuan sejenis oleh Formappi pada 2019-2024 yang menyebutkan 48 nama anggota dewan terpilih punya jaringan politik kekeluargaan, berarti ada peningkatan signifikan. Nepotisme makin marak?

Pungli di samsat termasuk bagian kecil dari gurita korupsi di negeri ini. Saya yakin betul hal serupa juga masih terjadi di tempat-tempat pelayanan publik lainnya. Ia kiranya mengonfirmasi bahwa korupsi bukannya menuju mati, melainkan malah menjadi. Skor indeks persepsi korupsi (IPK) Indonesia yang stagnan di angka 34 pada 2022 dan 2023 menjadi penegasan. Poin itu sama dengan tahun terakhir SBY menjabat pada 2014. Pertanyaannya, jika selama 10 tahun tidak ada peningkatan, begitu-begitu saja, terus apa kerjanya pengelola negara? Ngapain aje Presiden Jokowi? Begitulah sinisme banyak kalangan.

Memainkan politik uang seperti yang diduga dilakukan salah satu cakada jelas perbuatan tercela. Kenapa ia masih ada, bahkan dikhawatirkan kian merajalela? Salah satunya disebut karena ada contoh buruk dari sananya. Contoh ketika Jokowi jorjoran menggelontorkan bansos yang diyakini untuk memenangkan Prabowo-Gibran di Pilpres 2024. Politik bansos sama dengan politik uang. Hanya beda casing, lain bungkusnya, tapi sama-sama merusak demokrasi.

Baca juga : SDN 085 Ciumbuleuit dan SDN 043 Cimuncang Raih Podium Teratas

Nepotisme yang makin menebal di DPR ialah virus jahat reformasi. Ia musuh lama yang semestinya menjadi prioritas penanganan oleh penguasa. Sayang, Jokowi justru larut dalam politik model itu. Baru kali ini ada presiden yang anak dan menantunya menjadi kepala daerah, bahkan wapres terpilih. Celakanya lagi, demi kekuasaan, mereka mengacak-acak aturan dibantu sang paman. Bukannya menyehatkan, Jokowi justru membuat demokrasi sakit, bahkan sekarat. Begitulah banyak orang punya pendapat.

Korupsi, nepotisme, dan demokrasi ialah urusan mental, ihwal karakter bangsa. Apa jadinya bangsa ini jika terus bermental korup? Mau jadi apa negara ini jika nepotisme kian mendapatkan jalan untuk berkuasa?

Pak Jokowi boleh berprestasi dalam pembangunan fisik, pembangunan ekonomi, meski itu pun masih menjadi silang penilaian. Ratusan ribu kilometer jalan desa, jutaan meter jembatan desa, ribuan kilometer tol baru dan jalan nasional, serta puluhan pelabuhan, bandara, bendungan, silakan diglorifikasi.

Baca juga : Semangat Juang Jadi Modal bagi Nizar Raih Podium Bali Trail Run Ultra 2024

Semua itu memang penting, tapi akan menjadi kurang penting jika pembangunan mental, penguatan karakter bangsa, terabaikan. Percuma jika elite dan pengelola negara tetap bertabiat maling, akan sia-sia jika nepotisme menggila, tiada artinya jika reformasi akhirnya mati.

Pak Jokowi tinggal menghitung hari. Bagi para loyalis dan pemujanya, dia dipuji setengah mati. Spanduk bertuliskan 'Terima Kasih Pak Jokowi & Bu Iriana, Teruslah Menjadi Guru Bangsa' dibentangkan.

Bagi oposan, Jokowi layak dan harus diadili setelah tak berkuasa nanti. Di mata mereka, ada banyak kesalahan dan andil Jokowi dalam kerusakan bangsa. Pak Jokowi mereka cap pembohong. Penulis Australia Ben Bland malah menggambarkan Jokowi dalam bukunya berjudul Man of Contradictions: Joko Widodo and The Struggle to Remake Indonesia sebagai manusia kontradiksi.

Jokowi memang unik. Banyak yang memuji, tapi tak sedikit yang mencaci. Banyak yang memuja, tapi banyak pula yang mencercanya. Biarkan sejarah menulis apa yang seharusnya ditulis. Yang pasti, bagi saya, memosisikannya sebagai guru bangsa ialah majas hiperbola.

Dalam akronim Jawa, guru artinya digugu lan ditiru (dipercaya dan diikuti). Setahu saya, guru bangsa ialah orang yang sudah selesai dengan dirinya sendiri. Bukan yang kelebihan syahwat untuk terus berkuasa, tidak mementingkan keluarga, dan tidak abai dengan mental bangsa.



Berita Lainnya
  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik