Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Antara Miskin dan Bahagia

Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group
25/7/2024 05:00
Antara Miskin dan Bahagia
Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group(Ebet)

SEORANG perempuan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, tega membunuh temannya, sesama ibu rumah tangga, hanya gara-gara tak diberi pinjaman uang sebesar Rp1 juta. Karena sakit hati, si perempuan yang kini sudah jadi tersangka itu gelap mata. Ia memukuli kepala korban dengan menggunakan martil hingga tewas.

Dia juga terekam membawa kendaraan milik korban seusai kejadian. Atas perbuatannya, tersangka terancam dengan hukuman mati. Ia dijerat pasal berlapis, utamanya pasal tentang pembunuhan berencana. Miris.

Di Kecamatan Gegerbitung, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, sepasang kekasih dengan keji membunuh seorang ibu rumah tangga kemudian membuang jasadnya di pinggir jalan perkebunan yang sepi dan jauh dari permukiman. Sebelum meninggal, korban dicekik dan diikat dengan sabuk pengaman hingga disumpal kain di bagian mulut.

Awalnya, sejoli itu diduga ingin meminjam uang kepada korban yang memang berprofesi sebagai makelar utang. Namun, mereka berubah pikiran karena mengira tas yang dibawa korban berisi uang dalam jumlah banyak. Hasilnya zonk karena di dalam tas itu rupanya hanya ada sejumlah perhiasan imitasi dan uang Rp108 ribu. Sesal mungkin ada, tapi bagaimanapun mereka sudah telanjur membunuh dengan sadis.

Alasan ekonomi (utang) juga menjadi motif penyekapan dan penyiksaan terhadap seorang pemuda di sebuah kafe di Duren Sawit, Jakarta Timur. Tindakan itu diduga dipicu tindakan wanprestasi dalam hal kerja sama jual beli mobil antara korban dan terduga pelaku penganiayaan.

Korban disekap karena dianggap tak kunjung membayarkan utang pembagian keuntungan penjualan mobil sebesar Rp100 juta. Meski sudah dibantah pemilik kafe yang diduga menjadi tempat penyekapan, menurut kuasa hukum korban, selama penyekapan itu korban mendapatkan perlakuan kejam, dari dipukul, disabet, hingga disundut rokok.

Tiga contoh kasus yang semua terjadi pada Juli 2024 itu barangkali sudah cukup membuat kita merasa mual, marah, tak lagi sekadar geleng kepala atau mengelus dada. Membuat marah karena model kejahatan primitif seperti itu nyatanya tak pernah menyurut di era modern sekalipun. Terasa memualkan karena boleh jadi itu hanya sebagian kecil contoh dari kasus-kasus serupa yang terjadi di negeri ini.

Sesungguhnya bukan hal baru bila faktor tekanan atau impitan ekonomi dipandang menjadi salah satu penyebab tindak kriminalitas. Itu berlaku sejak dulu, bukan belakangan ini saja. Berabad-abad lalu, Aristoteles mengatakan kemiskinan merupakan induk dari revolusi dan kejahatan.

Anda boleh tidak percaya, tetapi faktanya kejahatan seperti pencurian, perampokan, penculikan, bahkan pembunuhan kerap berkorelasi dengan faktor kemiskinan atau ketidakberdayaan ekonomi. Itu setidaknya dibuktikan tiga kasus yang dijadikan pembuka tulisan ini. Semua berkaitan dengan masalah utang alias faktor ekonomi.

Dengan berangkat dari perspektif itu, sejatinya tidak ada alasan bagi negara untuk tidak melakukan upaya maksimal menekan kemiskinan sekecil-kecilnya. Negara semestinya mengentaskan sebanyak-banyaknya orang keluar dari jerat kemiskinan. Bukan dengan sekadar mengutak-atik angka statistik, melainkan benar-benar mengangkat kemampuan orang-orang miskin menjadi lebih berdaya secara ekonomi.

Terus terang, belakangan saya merasa agak cemas setelah membaca berita yang merujuk pada hasil pengukuran indeks pembangunan keluarga (Ibangga) yang dilakukan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Dalam salah satu kesimpulannya disebut bahwa masyarakat Indonesia meskipun tergolong miskin tetap merasa bahagia.

Cemas bukan karena saya tidak suka orang miskin punya perasaan bahagia. Bagaimanapun, kebahagiaan itu lintas kasta. Kebahagiaan bukan hak eksklusif orang kaya dan berpunya. Walaupun kemiskinan dan kebahagiaan terkadang sulit disatukan, selalu ada titik kebahagiaan yang bisa diraih seseorang tanpa harus memiliki banyak harta.

Akan tetapi, jika narasi itu yang lebih disodorkan pemerintah, kita atau setidaknya saya khawatir hal itu justru akan melenakan. Kalau kemudian pemerintah malah menjadikan hasil pengukuran Ibangga itu sebagai patokan bahwa kondisi orang miskin di Indonesia baik-baik saja, itu artinya pemerintah terlena. Meski orang miskin bisa bahagia dan mungkin tak banyak menuntut perbaikan, bukan berarti negara boleh mengendurkan tanggung jawab untuk mengangkat derajat hidup mereka.

Kebahagiaan tidak bisa dinilai secara kuantitatif. Standar dan subjektivitas setiap orang tentang bahagia berbeda-beda. Yang bisa diukur dengan angka ialah tingkat kemiskinan. Jadi, salah kaprah kalau kemudian pemerintah jemawa karena merasa mampu membuat masyarakat tetap bahagia meskipun dalam keadaan miskin dan banyak utang.

Mesti dipahami bahwa orang miskin, walaupun bahagia, tetaplah miskin. Artinya, potensi terjadinya kejahatan yang dilatari motif utang atau tekanan ekonomi, seperti dicontohkan tiga kasus di awal tulisan, tetap tinggi jika laten kemiskinan dibiarkan berkepanjangan. Tugas penting pemerintah ialah memastikan rakyat dapat lepas dari belenggu kemiskinan, bukan menanyai mereka bahagia atau tidak.



Berita Lainnya
  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik