Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

Pengkhianatan dan Kebesaran Jiwa

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
10/5/2024 05:00
Pengkhianatan dan Kebesaran Jiwa
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(Ebet)

DIKHIANATI memang menyakitkan, amat menyakitkan. Perlu dada yang luar biasa lapang, butuh hati yang jembar, untuk menyikapi supaya luka tidak terus menganga, agar jiwa pulih seperti sedia kala.

Kenapa pengkhianatan begitu menyakitkan? Ada yang bilang, lantaran ia datang dari orang yang dicinta, disayang, dan dipercaya. Bukan dari orang yang dibenci, yang diabaikan.

Kenapa pengkhianatan begitu sulit dilupakan? Para psikolog menyebut hal yang paling menyedihkan tentangnya ialah pengkhianatan tidak pernah datang dari musuh.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengkhianatan berarti proses, cara, perbuatan berkhianat atau mengkhianati. Berkhianat adalah perbuatan tidak setia; perbuatan yang bertentangan dengan janji.

Pengkhianatan bisa terjadi dalam berbagai skala, dengan berbagai cara, dilakukan siapa saja. Dalam skala kecil, khianat-mengkhianati dapat merusak persahabatan, mencederai hubungan dua sejoli yang sedang berpacaran, atau membuat ikatan suci pernikahan berantakan. Dalam skala besar, pengkhianatan bisa sangat membahayakan. Pengkhianatan terhadap negara, amsalnya.

Khianat-mengkhianati lazim pula terjadi di dunia politik. Apalagi ketika politik mengabaikan fatsun, masa bodoh dengan moral dan etika. Terlebih jika para pelakunya semata berorientasi kekuasaaan dan tak peduli bagaimana cara meraihnya.

Soal khianat-mengkhianati itulah yang kembali jadi omon-omon akhir-akhir ini. Pemantiknya ialah ide presiden terpilih Prabowo Subianto untuk membentuk presidential club sebagai wadah silaturahim antara presiden dan para mantan presiden. Kalau tujuannya demikian, baik betul ide itu.

Presiden dan mantan presiden memang perlu menunjukkan kepada rakyat bahwa beda posisi tidak harus tercerai-berai. Syukur-syukur dari kongko-kongko itu muncul sumbangsih apik, ide brilian, masukan berharga buat presiden yang tengah berkuasa. Persoalannya, bisa terwujudkah presidential club jika masih ada di antara mereka yang memendam sakit hati karena merasa dikhianati?

Megawati Soekarnoputri ialah Presiden Ke-5 RI. Dia menjabat pada 23 Juli 2001-20 Oktober 2004 dengan dibantu 33 anggota kabinet, salah satunya Susilo Bambang Yudhoyono. Sebagai presiden dan menteri, hubungan Mega dan SBY tentu saja baik, tetapi semua itu berubah jelang Pilpres 2004.

Alkisah, pada suatu waktu Megawati mengumpulkan para pembantunya dan bertanya kepada mereka siapa yang ingin menjadi capres. Tak ada yang menjawab iya kala itu. Akan tetapi, di kemudian hari, SBY justru mencalonkan diri. Bertandem dengan JK, dia berkompetisi termasuk melawan Megawati-Prabowo Subianto, dan menang.

Sejak itulah perang dingin Megawati dan SBY meletup. Kendati tak berterus terang, Mega sakit hati teramat dalam. Dia merasa dikhianati. Hingga 20 tahun, meski sudah dua dekade berjalan, hubungan keduanya belum kembali menghangat jua. Masih dingin-dingin saja.

L’histoire se repete. Kisah serupa kiranya mendera Bu Mega lagi. Perasaan dikhianati terepetisi lantaran Jokowi yang dua kali dia usung menjadi Wali Kota Surakarta, sekali menjadi Gubernur Jakarta, dan dua kali menjadi presiden tetiba mbalelo.

Di Pilpres 2024, Jokowi bersimpang jalan dengan Megawati yang mengusung Ganjar. Kendati tidak blak-blakan, dia mendukung Prabowo yang didampingi putranya, Gibran. Sejarah pun bicara, dialah pemenangnya. Bu Mega terluka, luka yang bisa jadi perlu waktu lebih lama untuk menyembuhkannya.

Soal khianat-mengkhianati juga dialami Prabowo. Kisahnya bermula dari Perjanjian Batutulis, perjanjian yang disebut-sebut berisi kesepakatan antara Mega dan Prabowo terkait dengan jatah sebagai capres. Di Pilpres 2009, Prabowo bersedia menjadi cawapres dengan imbalan Mega harus mendukung Prabowo sebagai capres di Pilpres 2014.

Akan tetapi, janji tinggal janji. Perjanjian itu diingkari. Bukannya Prabowo, di Pilpres 2014, Mega malah mengusung Jokowi. Mega berganti peran, dari orang yang dikhianati menjadi yang mengkhianati, yang perbuatannya bertentangan dengan janji. Bahwa ada dalih Perjanjian Batutulis tidak berlaku karena pada Pemilu 2009 Megawati kalah, biarkan rakyat menilai betul-tidaknya.

Eloknya, Prabowo tidak merasa sakit hati. Hubungannya dengan Mega tetap baik-baik saja. Relasinya dengan Jokowi yang dia usung dan biayai saat berkontestasi di Pilgub Jakarta 2012, tapi berbalik menjadi lawan dua tahun kemudian, bahkan makin mesra.

Kendati bukan pendukung Prabowo di pilpres yang baru lewat, izinkan saya angkat topi kepadanya untuk soal yang satu ini. Tak mudah bagi siapa pun melupakan pengkhianatan. Tokoh hak asasi manusia Amerika Malcolm X bahkan bilang, '"Bagi saya, hal yang lebih buruk daripada kematian ialah pengkhianatan. Anda tahu, saya bisa memahami kematian, tetapi saya tidak bisa membayangkan pengkhianatan."

Sakit hati karena dikhianati memang lumrah, sangat lumrah, manusiawi, amat manusiawi. Namun, sakitnya jangan berlama-lama. Secukupnya saja agar rakyat segera bisa menyaksikan para pemimpin mereka akur. Bukankah leluhur kita berwasiat bahwa rukun agawe santosa, crah agawe bubrah (rukun membuat kuat sentosa, bertengkar membuat rusak)?



Berita Lainnya
  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.