Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

Sumber Pertumbuhan Baru

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
08/5/2024 05:00
Sumber Pertumbuhan Baru
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(Ebet)

ADA dua perasaan yang datang sekaligus saat saya membaca pengumuman Badan Pusat Statistik (BPS) ihwal pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2024 sebesar 5,11%. Pertama, rasa gembira. Kedua, rasa waswas.

Saya ingin memulainya dari rasa gembira terlebih dahulu. Rasa senang itu muncul karena capaian pertumbuhan 5,11% tersebut merupakan pertumbuhan kuartalan tertinggi sejak 2015. Capaian itu lumayan tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara berkapasitas ekonomi besar seperti Amerika Serikat dan Malaysia.

Kegembiraan berikutnya, sektor konsumsi pemerintah tumbuh eksponensial, yakni 19,9%. Itu merupakan pertumbuhan konsumsi pemerintah tertinggi sejak 2006 atau 18 tahun lalu. Maklum, karena di tiga bulan pertama tahun ini pemerintah menggenjot bantuan sosial kepada masyarakat.

Namun demikian, kegembiraan itu sekaligus diliputi rasa waswas. Kekhawatiran layak diapungkan karena pengelola negeri ini tidak kunjung menemukan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru. Sumbu pertumbuhan selalu disulut sektor konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah.

Hal itu berpotensi capaian pertumbuhan seperti kuartal I ini tidak kembali terulang pada kuartal II tahun ini. Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11% pada periode tiga bulan pertama tahun ini utamanya didorong momen pemilihan umum (pemilu) dan Ramadan. Kedua sentimen itu mendongkrak sumber pertumbuhan ekonomi yang berasal dari konsumsi rumah tangga serta konsumsi pemerintah.

Dengan terdapatnya momen Ramadan pada Maret, konsumsi rumah tangga yang merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi meningkat 4,91% secara tahunan. Angka pertumbuhan itu lebih tinggi daripada pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal pertama tahun lalu sebesar 4,53%.

Sementara itu, gelaran Pemilu 2024, percepatan penyaluran bansos, dan pembayaran tunjangan hari raya (THR) aparatur sipil negara (ASN) mendongkrak belanja barang pemerintah sehingga konsumsi pemerintah melesat 19,90% secara tahunan. Angka itu merupakan angka pertumbuhan konsumsi pemerintah tertinggi sejak 2006.

Dengan tidak adanya lagi sentimen-sentimen tersebut pada periode mendatang, kecuali pilkada serentak dan libur akhir tahun, laju pertumbuhan ekonomi diproyeksikan melambat. Apalagi, perekonomian nasional masih dihadapi fenomena suku bunga tinggi, yang bakal berimplikasi terhadap pelemahan permintaan domestik dan global.

Pelemahan permintaan global sebenarnya sudah terlihat dari sumber pertumbuhan ekonomi yang berasal dari kinerja dagang internasional atau net export. Keuntungan bersih ekspor kita, sebagaimana disampaikan BPS, terkontraksi sekitar 0,2%.

Jadi, selama sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru tidak ditemukan atau dikreasi, perekonomian Indonesia pada sisa paruh pertama tahun ini masih akan menghadapi sejumlah tantangan, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Dari dalam negeri, inflasi pangan yang tinggi imbas dari fenomena El Nino berpotensi menekan konsumsi rumah tangga.

Dari eksternal, faktor geopolitik akibat perang Rusia-Ukraina, Israel-Palestina, juga Iran-Israel membuat rantai pasok menjadi kacau. Selain itu, kebijakan The Fed akhir-akhir ini kian 'tidak ramah' terhadap masuknya arus modal ke portofolio kita. Keluarnya aliran modal besar-besaran akhir-akhir ini ialah akibat imbal hasil di Amerika Serikat yang menggiurkan, buah kebijakan suku bunga The Fed.

Dengan semua tantangan dan kondisi seperti itu, tidak mengherankan laju pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun ini tidak jauh-jauh dari angka 5%-5,1%. Padahal, dalam berbagai kesempatan pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi kita pada 2024 mampu mencapai 5,2%.

Sebetulnya, sejumlah potensi sumber pertumbuhan ekonomi yang baru cukup tersedia. Kita punya produk usaha mikro, kecil, dan menengah yang variatif. Hilirisasi, asal dilakukan secara adil, transparan, dan merata, juga bisa jadi peluang. Belum lagi ekonomi hijau dan digitalisasi yang belum maksimal disentuh.

Mengandalkan sektor konsumsi untuk pertumbuhan ekonomi memang tidak salah. Namun, semata mengandalkan itu bisa amat berisiko pada stagnasi pertumbuhan. Belum lagi bila daya beli terus tergerus, bisa-bisa pertumbuhan ekonomi bakal lunglai.



Berita Lainnya
  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.