Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Rupiah, Sungguh Terlalu

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
17/4/2024 05:00
Rupiah, Sungguh Terlalu
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(Ebet)

SEBENTAR lagi, siap-siaplah melahap tempe yang menipis. Sekejap lagi, silakan menikmati kue bolu yang mengecil. Tidak lama lagi, kurangi pelesir dan perjalanan yang tidak perlu, apalagi pelesir ke luar negeri. Juga, mulai kurangi mengonsumsi vitamin atau obat-obatan impor.

Malah, ada yang 'mengingatkan' kita sembari menyindir untuk memangkas konsumsi nasi sebab, akhir-akhir ini, nasi yang kita makan sudah banyak 'kandungan' impornya ketimbang kandungan lokal.

Kalimat peringatan tadi terus berseliweran di gawai saya akhir-akhir ini. Khususnya, setelah mata uang dolar Amerika Serikat terus 'mengangkasa', meninggalkan rupiah di 'permukaan bumi'.

Serangan Israel yang menewaskan sejumlah komandan Garda Revolusi Iran, lalu dibalas dengan drone-drone Iran ke basis-basis militer Israel, membuat dolar AS membubung. Sebaliknya, rupiah kian terseok oleh makin menguatnya dolar AS.

Rupiah dibuat tidak berdaya sehingga menembus batas psikologis yang nyaris mendekati posisi terendahnya tehadap dolar AS pada 1998. Kini, nilai mata uang rupiah sudah lebih dari 16.100 per dolar AS. Bahkan, ada bank yang menjual dolar AS senilai Rp16.400. Titik terendah rupiah terhadap dolar AS terjadi pada saat krisis moneter di 1998 yang ada di level 16.650 per dolar AS.

Lalu, apa hubungan melejitnya dolar AS dan terpuruknya rupiah dengan tempe, bolu, nasi, pelesiran, vitamin-vitamin impor? Jawabannya jelas karena kandungan 'dolar' pada item-item yang disebut itu sangat tinggi. Dengan dolar menguat, harga-barang impor otomatis terkerek. Tepung sebagai bahan bolu, kedelai untuk membuat tempe, obat-obatan, dan vitamin, bahkan beras untuk dimasak jadi nasi, ialah barang-barang impor yang dibayar menggunakan dolar.

Impor kedelai mencapai US$735,437 juta dengan total volume impor sekitar 1,19 miliar kilogram tahun lalu. Jagung diimpor dengan total nilai sebesar US$544,189 juta. Indonesia juga mengimpor pupuk senilai US$523,8 juta dari Tiongkok dengan jumlah sekitar 2,3 juta ton. Awal tahun ini, pemerintah mengimpor 400 ribu ton lebih beras. Masih banyak komoditas yang diimpor dari berbagai negara.

Total nilai impor barang Indonesia masih tinggi. Hampir separuh perdagangan kita berasal dari impor. Data Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang 2023 menunjukkan nilai impor Indonesia mencapai US$221,89 miliar. Angka itu berarti setara dengan 46,15% dari total perdagangan Indonesia.

Bila dikonversi dalam rupiah pada 2023 yang sekitar 15.100 per dolar AS, nilai impor kita Rp3.368 triliun. Namun, bila ditukar dengan rupiah hari-hari ini yang mencapai 16.183 per dolar AS, nilai uang rupiah untuk barang impor kita naik menjadi Rp3.590 triliun. Ada selisih lebih dari Rp220 triliun akibat membubungnya dolar AS.

Sebetulnya, bagi perdagangan kita, tidak terlalu menjadi soal dolar AS menguat, asal ekspor kita juga makin dominan. Persoalannya, surplus neraca dagang kita yang menggambarkan selisih antara ekspor dan impor masih tipis. Tahun lalu, surplus neraca perdagangan kita US$36,93 miliar.

Namun, surplus dagang tersebut ambles 32,18% (yoy) jika dibandingkan dengan kondisi pada 2022 yang nilainya mencapai US$54,45 miliar. Itu menunjukkan penurunan impor tidak diikuti kenaikan ekspor. Saat tren impor menurun, pada saat bersamaan tren ekspor juga menurun. Kondisi itu terjadi hingga Januari dan Februari 2024 ini.

Karena itu, melejitnya dolar dan terseoknya rupiah nyatanya terus memantik waswas. Cadangan devisa bisa terus terkuras bila situasi geopolitik kian memanas dan dolar AS kian melambung menuju kondisi-kondisi psikologis baru. Ada yang memprediksi (mungkin dibumbui harapan juga karena memegang dolar AS dalam jumlah banyak) dolar AS bisa menuju level Rp20 ribu.

Apakah situasi itu baik bagi perekonomian kita? Bergantung pada cara kita menyikapi. Kondisi itu menjadi baik bila kita segera mengakhiri ketergantungan impor yang teramat sangat hingga mencapai 46% dari total perdagangan itu. Sebaliknya, menjadi amat buruk bila semuanya disikapi biasa-biasa saja, atau malah disikapi kelewat yakin dengan selalu mengembangkan narasi bahwa 'fundamen ekonomi kita masih cukup kukuh'.

Hari-hari ke depan menjadi pembuktian, akankah rupiah bisa bertahan dalam gempuran dolar. Mungkin saatnya kini bagi Rhoma Irama untuk kembali merevisi sebagian syair lagunya yang berjudul Rupiah, dari frasa 'Memang sungguh luar biasa, itu pengaruhnya rupiah', menjadi 'Memang sungguh sangat terlalu itu pengaruhnya dolar Amerika'.



Berita Lainnya
  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik