Puasa dan Belanja

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
13/3/2024 05:00
Puasa dan Belanja
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(Ebet)

BULAN puasa telah tiba. Setiap muslim pasti senang dan gembira dengan hadirnya Ramadan yang penuh rahmat dan ampunan itu. Kegembiraan atas kehadiran bulan suci bahkan digambarkan secara khusus oleh Nabi Muhammad dengan menyebut dalam sebuah hadis, "Barang siapa bergembira dengan kehadiran Ramadan maka Allah mengharamkan jasadnya dari api neraka."

Namun, bukan cuma yang menjalankan puasa yang menyambut hadirnya Ramadan dengan sukacita. Mereka yang tidak puasa pun 'kecipratan' berkah Ramadan. Mereka ikut merasakan denyut kegembiraan itu. Terutama para pelaku ekonomi, khususnya sektor penyedia barang konsumsi.

Kegembiraan muslim pada bulan suci merembet ke seluruh aktivitas kehidupan. Tidak jarang, perilaku muslim menjadi tidak wajar karena saking gembiranya menyambut puasa. Dalam urusan kebutuhan konsumsi sehari-hari, misalnya, puasa yang menurut ajarannya mesti mengurangi kuantitas konsumsi malah menyajikan fakta sebaliknya. Secara umum, tingkat konsumsi masyarakat muslim pada bulan puasa cenderung meningkat jika dibandingkan dengan bulan-bulan lain.

Berbagai kajian menunjukkan rata-rata konsumsi rumah tangga meningkat antara 30% dan 60% selama bulan puasa. Komponen penunjang peningkatan itu termasuk anggaran untuk belanja makan sahur dan berbuka. Ramadan juga kerap dijadikan berbagai institusi untuk menggelar buka puasa bersama, malah ada yang menggelar sahur bareng. Itu semua meningkatkan belanja, menaikkan konsumsi.

Penyedia konten pemasaran, Inmobi, pernah mengeluarkan hasil riset mereka terkait dengan tren belanja kebutuhan Ramadan pada 2023. Hasil survei belanja kebutuhan Ramadan menunjukkan sebagian besar masyarakat, sekitar 60%, menghabiskan setidaknya Rp3 juta untuk belanja Ramadan pada 2023. Jumlah itu naik bila dibandingkan dengan Ramadan 1443 H (2022) yang menunjukkan 52% responden membelanjakan uang mereka untuk kepentingan Ramadan sebesar Rp3 juta.

Lo, kok, bisa? Salah seorang penceramah Tarawih di sebuah masjid di Bogor mengisahkan, pada Ramadan ini umat berlomba memberikan yang terbaik. Mereka berikhtiar memberikan suguhan yang lain daripada biasanya untuk menu buka puasa dan sahur. Tidak sedikit yang beralasan, sajian di meja makan saat berbuka harus istimewa. Itu merupakan bentuk 'penggantian' atas jerih payah menahan lapar dahaga selama 12 jam lebih dari waktu subuh hingga matahari terbenam.

Dalam bahasa lain, aksi semacam itu serupa 'balas dendam' atas kekosongan perut di siang hari. Padahal, pada hari-hari biasa, untuk makan malam cukup dengan nasi dan lauk pauk secukupnya. Namun, untuk berbuka puasa, dipilih lauk-pauk yang lebih berkelas daripada biasa. Selain itu, makanan pendamping menu utama mesti tersedia dengan berbagai variannya.

Sikap seperti itu jadi pemandangan umum dan lazim. Dampaknya, permintaan akan barang-barang konsumsi, terutama makanan dan minuman, meningkat drastis. Di sisi lain, suplai barang konsumsi kerap tidak memadai. Alhasil, harga kebutuhan pangan strategis naik di mana-mana. Harga beras yang sempat turun kini mulai naik lagi. Harga daging ayam, daging sapi, telur, juga sayuran terus merangkak.

Bagi negeri yang menggantungkan konsumsi sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi seperti Indonesia, naiknya konsumsi pasti disyukuri. Itulah salah satu hikmah hadirnya Ramadan. Namun, pertumbuhan ekonomi yang selalu menggantungkan pada sektor konsumsi sesungguhnya merupakan bentuk pertumbuhan yang tidak berkualitas dan rentan rontok. Begitu konsumsi tinggi, dibarengi kenaikan harga yang tak terkendali, justru bisa jadi bumerang.

Dalam lebih dari satu dekade, sektor konsumsi rumah tangga berkontribusi terhadap lebih dari separuh pertumbuhan ekonomi kita. Pada 2023, misalnya, data Badan Pusat Statistik menunjukkan pertumbuhan tertinggi terjadi pada pengeluaran konsumsi rumah tangga (PK-RT), yakni 4,82%. Kontribusinya mencapai 53,18% terhadap pertumbuhan PDB nasional.

Namun, apa boleh buat, rumah tangga memang selalu menjadi 'tangan penolong' ketika negeri ini butuh penguatan ekonomi. Apa daya, sektor-sektor lain seperti manufaktur justru sedang goyah. Karena itu, naiknya belanja pada bulan puasa sepertinya masih harus disyukuri. Etika berkonsumsi yang diajarkan Islam dalam menjalani ibadah puasa sepertinya belum bisa dijalankan secara penuh tahun ini dan beberapa tahun mendatang.

Dalam ajaran Islam, konsumsi hendaknya dilakukan dalam koridor maslahat, bukan utilitas (kepuasan). Selain itu, tidak dibenarkan konsumsi barang atau jasa secara berlebihan. Selain itu, konsumsi dilakukan dengan memperhatikan pihak lain yang tidak mampu. Ketiga prinsip itu berkait berkelindan. Intinya ialah menahan diri, mengontrol diri.

Namun, itu berbeda dengan prinsip negeri ini yang justru lagi butuh jorjoran konsumsi untuk mendongkrak ekonomi. Kampanye jorjoran untuk belanja itu kian dianggap mendapatkan justifikasinya saat melihat Jepang yang terkena resesi karena rakyat mereka malas belanja dan gemar menabung.

Akhirnya, ambil saja jalan agak ke tengah: berbelanjalah selama Ramadan, tapi tetap kendalikan diri.



Berita Lainnya
  • Uni Eropa, Kami Datang...

    16/7/2025 05:00

    Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.

  • Aura Dika

    15/7/2025 05:00

    TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.

  • Gibran Tuju Papua Damai

    14/7/2025 05:00

    KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.  

  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.