Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Pelajaran dari Konser Mbak Taylor

Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group
07/3/2024 05:00
Pelajaran dari Konser Mbak Taylor
Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group(Ebet)

SIAPA tidak kenal Taylor Swift? Mungkin tak semua orang mengenal karya atau lagu-lagunya, tapi setidaknya sebagian besar pasti pernah mendengar namanya.

Musikus asal Pennsylvania, AS, itu tak bisa dimungkiri merupakan salah satu superstar pop dunia saat ini. Tidak ada yang menyangsikan bakat penyanyi sekaligus penulis lagu yang awalnya dikenal beraliran country, sebelum akhirnya 'teracuni' pasar sehingga lebih memilih genre yang lebih ngepop tersebut.

Prestasinya bukan kaleng-kaleng. Ia memenangi Grammy Awards sebanyak 14 kali dan masuk nominasi sebanyak 52 kali. Sejak 2009, ia rajin mengoleksi trofi penghargaan musik paling bergengsi dan dihormati di seantero dunia. Termasuk tahun ini, ia memperolehnya melalui album Midnights yang dianugerahi sebagai album terbaik 2024.

Taylor juga amat sukses secara industri. Tahun lalu, pelantun lagu Shake It Off itu dinobatkan sebagai musikus perempuan terkaya kedua di dunia oleh majalah Forbes. Taylor diperkirakan memiliki kekayaan bersih US$740 juta. Ia hanya kalah oleh Rihanna yang memang juga punya jejak karier fenomenal.

Turnya seng ada lawan. Sejak tahun lalu, ia menggelar konser tur keliling dunia dengan tajuk The Eras Tour yang penjualan tiketnya laris bukan alang kepalang. Menurut Wall Street Journal, The Eras Tour mampu menghasilkan pendapatan kotor lebih dari US$1 miliar sekaligus menjadikannya sebagai tur bernilai miliaran dolar pertama.

Saking potensialnya tur konser sang biduan menghasilkan cuan, banyak negara berlomba, berebut menjadi tempat penyelenggaraan. Sudah lumrah bila dalam setiap penyelenggaraan konser musikus internasional papan atas selalu menawarkan manfaat ekonomi yang teramat tinggi bagi negara penyelenggara. Tentu tidak ada negara yang mau menyia-nyiakan.

Persaingan itu bahkan bisa memicu ketegangan atau setidaknya kehebohan di kawasan. Itulah yang terjadi pada rangkaian The Eras Tour di kawasan Asia Tenggara. Sejumlah pejabat dan publik di negara-negara ASEAN heboh, kesal, juga iri karena rupanya pihak Taylor sudah menjalin perjanjian eksklusif dengan promotor dan pemerintah Singapura. Intinya mereka bersepakat Singapura menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang disinggahi konser The Eras Tour.

Negara lain, termasuk Indonesia, Thailand, Filipina, terpaksa gigit jari. Potensi pergerakan ekonomi hingga ratusan miliar, bahkan triliunan rupiah, yang diproyeksikan bisa didapat sebagai efek ikutan dari konser Taylor, lenyap, tersapu oleh lobi gerak cepat Singapura.

"Pemerintah Singapura licik," kata PM Thailand Srettha Thavisin sembari menuding pemerintah Singapura menawarkan US$2 juta-US$3 juta demi membeli eksklusivitas Taylor di ‘Negara Singa’ tersebut. "Ini bukan tindakan yang dilakukan tetangga yang baik," keluh anggota DPR Filipina Joey Salceda.

Keduanya geram karena menganggap Singapura telah memonopoli konser Taylor sekaligus memupus kesempatan mereka untuk memetik manfaat ekonomi yang serupa. Barangkali, dengan alasan yang sama, pemerintah Indonesia juga geram, tapi hingga tidak ada pernyataan kemarahan yang muncul dari pejabat pemerintah atau politikus di negeri ini.

Makin menarik ketika isu soal monopoli konser Taylor itu sampai mengisi ruang-ruang pembicaraan di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN-Australia di Melbourne. Di sela-sela KTT, PM Singapura Lee Hsien Loong menjawab tudingan serta kecaman dari negara tetangga. Ia tidak menampik telah 'membayar' ke agensi Taylor untuk menjadikan Singapura satu-satunya tempat singgah tur di Asia Tenggara. Akan tetapi, "Saya tidak melihatnya sebagai tindakan yang tidak bersahabat," ujar Lee.

Okelah, baiknya kita tinggalkan dulu soal kehebohan dan sedikit ketegangan itu. Toh, tidak ada aturan atau kesepakatan kawasan yang dilanggar Singapura. Toh, penyelenggaraan The Eras Tour di Singapura juga tak lagi bisa dibendung. Mbak Taylor sudah dipastikan akan tampil sebanyak enam kali di negara itu, antara 2 dan 9 Maret 2024 ini.

Yang justru mesti dipetik dari peristiwa itu ialah pelajaran betapa kuat dan seriusnya dukungan dan keberpihakan pemerintah Singapura terhadap pertunjukan seni, termasuk konser musik. Mereka tak segan melakukan intervensi, melobi, bahkan 'membayar lebih' supaya artis, musikus, atau grup band internasional dengan nama besar bersedia manggung secara eksklusif di sana.

Di sini sebaliknya. Indonesia harus membayar mahal atas lemahnya dukungan pemerintah terhadap panggung seni. Mahal karena gara-gara sejumlah persoalan, seperti proses perizinan yang panjang serta pembiaran kepada promotor bergerak sendiri tanpa pendampingan dan dukungan dana, Indonesia harus rela kehilangan potensi perputaran ekonomi sebagai multiplier effect dari pertunjukan musik kelas dunia.

Taylor mungkin juga tahu, kalau masalah klasik itu saja belum bisa diselesaikan, bagaimana ia mau memilih Indonesia ketimbang Singapura?



Berita Lainnya
  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik