Headline
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
NEGERI India tahu betul bagaimana memegang spirit bapak bangsa mereka, Mahatma Gandhi. Salah satunya ialah terus menyalakan 'api pendidikan' sebagaimana pernah dipetuahkan Gandhi. Kata Gandhi, "Pendidikan yang sejati mempersiapkan anak-anak untuk menghadapi kehidupan, bukan hanya untuk mencapai kesuksesan akademis."
Pernyataan itu terus-menerus dipegang dan diwujudkan dalam roda pemerintahan hingga kini. India, siapa pun kelompok politik yang memegang kuasa, selalu antusias mengembangkan pendidikan. Bagi India, pendidikan ialah investasi, bukan belanja uang, apalagi beban. Anggaran pendidikan pun meningkat dari waktu ke waktu.
Tidak mengherankan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organisation for Economic Co-operation and Development/OECD) mencatat bahwa siswa internasional India menjadi salah satu yang tersukses menghasilkan uang paling banyak di industri pendidikan. Dari 10 negara, India ada di peringkat kedua di bawah Tiongkok.
Tidak mengherankan pula India, kini, mampu menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi paling pesat di dunia. Pada kuartal keempat 2023, ekonomi India tumbuh 8,4%, tertinggi di dunia. Berdasarkan catatan pemerintah India, torehan angka 8,4% itu ialah yang tertinggi dalam enam kuartal terakhir.
Hebatnya lagi, meningkatnya produk domestik bruto (PDB) India setinggi itu dipicu kenaikan di sejumlah indikator ekonomi penting, seperti peningkatan 11,6% untuk sektor manufaktur, serta peningkatan 9,5% untuk sektor konstruksi. "Pertumbuhan PDB 8,4% yang kuat ini menunjukkan kekuatan ekonomi India dan potensinya. Upaya kami akan terus membawa pertumbuhan ekonomi cepat yang akan membantu 1,4 miliar orang India menjalani kehidupan yang lebih baik dan menciptakan Viksit Bharat!" ucap Perdana Menteri India Narendra Modi seperti dikutip dari Nikkei Asia, awal Maret 2024 ini.
Itu bukti bahwa investasi pendidikan secara besar-besaran yang dilakukan India sejak empat dekade lalu kini mulai membuahkan hasil. Menurut Forbes, daya kompetitif India sangat luar biasa. Itulah yang membuat banyak orang India rata-rata lebih berjaya di kancah internasional.
Tingkat pengguna internet dan smartphone di India mencapai enam kali lebih banyak daripada di Indonesia. Meskipun ukuran wilayah India terhitung dua kali lebih besar daripada Indonesia, itu menunjukkan teknologi tersebar lebih merata di sana.
Tidak hanya itu, masyarakat India dikenal secara internasional sangat adaptatif sehingga mereka secara rata-rata lebih mudah belajar hal baru. Tingkat melek huruf di India juga sangat tinggi, 90% lebih. Seperempat rakyat India gemar membaca buku. Itu yang membuat mereka dinilai lebih bisa bersaing di kancah internasional dan mampu unjuk gigi ke seluruh dunia.
Negeri berpenduduk lebih dari 1,43 miliar itu sadar betul bahwa salah satu faktor yang memengaruhi kesuksesan pendidikan suatu negara ialah perhatian pemerintah untuk mengalokasikan anggaran yang apresiatif terhadap pengembangan dunia pendidikan. Semakin besar anggaran yang dikeluarkan untuk investasi dalam bidang pendidikan dengan pengelolaan dana secara efektif dan fungsional, peluang negara tersebut untuk meningkatkan kualitas pendidikannya dan kualitas hidupnya juga semakin besar.
Oleh karena itu, dari tahun ke tahun, anggaran pendidikan India selalu ditingkatkan. Sekitar 12 tahun lalu, anggaran pendidikan India sudah menyentuh 21,7% dari anggaran belanja negara itu. Kini, persentase itu sudah naik mendekati 30%. Bila dipersentasekan dari PDB, anggaran pendidikan India sudah lebih dari 4% PDB. Angka itu tentu lebih tinggi daripada anggaran pendidikan Indonesia yang baru 3,14% PDB.
Sejak pertengahan 1980-an, pemerintah India sudah mulai meningkatkan anggaran pendidikan mereka dengan jumlah yang signifikan. Era itu bertepatan dengan awal kebijakan liberalisasi sistem ekonomi India. Memasuki abad ke-21, peningkatan anggaran pendidikan India dilakukan secara besar-besaran.
Selain itu, peningkatan anggaran secara besar-besaran tersebut dibarengi dengan memprioritaskan hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan kualitas yang bersifat substantif, bukan sekadar dalam bentuk pengeluaran-pengeluaran yang kurang produktif, seperti jorjoran fisik kampus. Dengan demikian, anggaran pendidikan yang semakin tinggi membuat kualitas pendidikan India semakin membaik.
Di kita, masih banyak yang mengurut dada. Benar bahwa anggaran pendidikan kita juga meningkat dalam sembilan tahun terakhir. Namun, selain peningkatannya yang belum signifikan, penggunaannya juga masih belum efektif untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara memuaskan.
Yang kini terjadi justru ada pejabat yang mencoba mengutak-atik anggaran pendidikan bernama bantuan operasional sekolah (BOS) untuk ikut mendanai program makan siang gratis. Dana BOS yang masih minim (tidak sampai Rp60 triliun per tahun) mau dipangkas untuk program yang amat jauh dari upaya meningkatkan mutu pendidikan anak-anak bangsa.
Lagi-lagi, cara berpikir para pemimpin kita memang agak laen bila dibandingkan dengan pemimpin India. Saya jadi teringat pernyataan pakar aeronautika yang menjadi Presiden India periode 2002 hingga 2007 Abdul Kalam. Kata Abdul, "Berpikir adalah kemajuan. Tidak berpikir merupakan stagnasi bagi individu, organisasi, dan negara. Berpikir mengarahkan ke tindakan. Pengetahuan tanpa tindakan tidak ada gunanya dan tidak relevan. Pengetahuan dengan tindakan mengubah kesengsaraan menjadi kesejahteraan."
FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.
KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.
PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future
USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.
BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.
PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.
KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,
ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.
TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.
FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.
JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.
SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.
'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.
VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.
BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima
IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved