Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Jeritan Kelaparan

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
28/2/2024 05:00
Jeritan Kelaparan
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(Ebet)

INI kisah tentang Kris, warga Belu, Nusa Tenggara Timur, yang dikepung kelaparan dan dijerat kemiskinan. Tiga bulan lalu, ia mencoba bunuh diri dengan menusuk perutnya hingga robek dan luka parah karena tak sanggup lagi membeli beras yang harganya mulai naik.

Selama ini, Kris sudah berikhtiar membangun sebuah usaha warung makan. Namun, usahanya bangkrut. Ia lalu beralih menjadi tukang ojek pangkalan. Namun, ekonominya tidak kunjung membaik, bahkan memburuk. Ia pun tak sanggup lagi membeli beras untuk makan. Beruntung, aksi bunuh diri itu tepergok tetangga saat Kris masih bernapas. Para tetangga pun membawa Kris ke rumah sakit di Atambua.

Begitulah, kemiskinan memang sering kali tidak menyediakan banyak pilihan. Perut yang lapar hanya menyediakan pilihan gusar pada sebagian orang, khususnya bagi seorang Kris. Apalagi, itu dirasakan banyak orang. Pertumbuhan ekonomi yang kinclong pun rasanya tetap menyisakan kemasygulan.

Derita Kris yang dirasakan dalam diam, kini sudah merambak ke mana-mana dan menyergap jutaan orang miskin. Harga beras yang meninggi ketika Kris mencoba bunuh diri tiga bulan lalu, hari-hari ini masih tetap tinggi, bahkan kian melambung. Harga beras malah sudah mencetak rekor sejarah tertinggi, yakni di atas Rp18 ribu per kilogram.

Pekan lalu, di forum ini, saya menulis jeritan seorang bernama Sunarti, pemilik warung makan di Kabupaten Bogor. Ketika itu, keuntungan dagangnya tergerus hingga Rp120 ribu per hari di tiga pekan pertama Februari 2024 ini. Harga beras yang bulan lalu masih ia beli Rp14 ribu, pekan lalu sudah Rp17 ribu per kilogram.

Dalam sepekan terakhir, Narti terpaksa menutup warung lebih awal karena ia tak sanggup lagi membeli beras sebanyak 'kuota' sebelumnya. Harga beras yang naik lagi menjadi Rp18 ribu per kg membuat keuntungan warungnya habis. Ia tak mau menaikkan harga karena takut pelanggannya lari.

Ada pemandangan lain yang tidak kalah ironis. Itu terlihat di Grobogan, Jawa Tengah. Ratusan warga Grobogan harus mengantre dan berdesak-desakan untuk membeli beras murah program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) milik Bulog di halaman kantor Kecamatan Wirosari, Selasa (27/2). Akibat warga saling dorong karena takut tidak kebagian, seorang ibu hamil terjatuh dan banyak anak kecil terhimpit.

Seorang ibu rumah tangga yang dalam kondisi hamil terjatuh karena terdorong warga lainnya saat berebut mendapatkan beras dengan harga murah, yang dijual Rp10.200 per kg itu. Ia tak kuasa lagi melindungi badannya dan janin yang ia kandung sehingga harus tersungkur akibat desakan hidup.

Namun, siapa peduli dengan mereka? Pertanyaan besar itu mewakili rasa frustrasi menghadapi cekikan harga-harga yang gagal diatasi pemerintah. Negara berkali-kali merespons kenyataan di lapangan dengan jawaban-jawaban penyangkalan. El Nino dan tingginya harga beras dunia pun dijadikan kambing hitam.

Kata Presiden, tingginya harga beras terjadi karena cuaca kekeringan ekstrem sehingga membuat masa tanam mundur dan panen pun terlambat datang. Saat ada yang mengkritisi dengan mengatakan bahwa bansos yang gencar dibagikan saat kampanye lalu membuat stok beras Bulog berkurang 1,4 juta ton dan terus menipis, Jokowi mengatakan bahwa itu tidak berhubungan.

Keesokan harinya, saat ada yang menanyakan lagi tentang harga beras yang masih tinggi, Jokowi mengatakan bahwa harga beras di dunia memang sedang tinggi. Seolah beras memang makanan seluruh penduduk dunia. Seolah pula, Indonesia yang pernah meraih swasembada beras, harus sama dengan Amerika Serikat yang tidak pernah mencapai swasembada beras.

Sejak triwulan keempat tahun lalu, harga beras mulai naik. Namun, ketika itu, kenaikan harga beras dianggap oleh pemangku kepentingan sebagai gejala musiman menjelang Natal dan tahun baru. Karena seperti dibiarkan tanpa mitigasi yang memadai, kenaikan harga beras juga kian tidak terkendali di bulan berikutnya. Pun El Nino menjadi jawabnya. Musim kering ekstrem ialah kambing hitam.

Selain itu, masih ada pejabat yang mengatakan, bila harga beras naik, sesungguhnya yang untung ialah petani. Namun, nyatanya, para petani sudah tidak menggenggam beras. Komoditas itu sudah habis dan kosong dari rumah-rumah atau 'gudang' petani. Mereka pun menjerit karena terimbas mahalnya harga beras.

Kini, empat bulan kemudian, impitan makin kuat. Napas kian sesak. Jeritan rakyat tambah parau dan lantang. Akhirnya, bagi mereka yang miskin dan lapar, hidup seperti menunda kekalahan.



Berita Lainnya
  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.

  • Para Pemburu Pekerjaan

    31/5/2025 05:00

    MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.

  • Banyak Libur tak Selalu Asyik

    30/5/2025 05:00

    "LIBUR telah tiba. Hore!" Pasti akan seperti itu reaksi orang, terutama anak sekolah, ketika mendengar kata libur. Yang muncul ialah rasa lega, sukacita, dan gembira.

  • Apa Kabar Masyarakat Madani?

    28/5/2025 05:00

    SAYA lega membaca berita bahwa pemerintah tidak pernah dan tidak akan mempermasalahkan penyampaian opini publik dalam bentuk apa pun, termasuk kritik terhadap kebijakan.

  • Basa-basi Meritokrasi

    27/5/2025 05:00

    HARAP-HARAP cemas masih dirasakan masyarakat saat melihat kondisi birokrasi pemerintahan di Indonesia, baik di pusat ataupun di daerah.