Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Pejuang Demokrasi

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
16/2/2024 05:00
Pejuang Demokrasi
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

SOAL kepiawaian dan ketepatan dalam mendukung dan memilih kandidat di pilpres barangkali saya termasuk yang paling buruk. Dalam tiga pilpres terakhir, dukungan dan pilihan saya selalu gagal, senantiasa kalah.

Kegagalan pertama terjadi di Pilpres 2014. Ketika itu saya mendukung dan memilih Prabowo Subianto. Alasannya, saya tidak sreg dengan Joko Widodo karena persoalan etika. Bagi saya, Pak Jokowi kurang elok karena maju ke gelanggang kompetisi meski baru dua tahun mengemban amanah sebagai Gubernur DKI Jakarta. Dia tinggal glanggang colong playu, meninggalkan begitu saja mandat rakyat Jakarta.

Bagi saya, Pak Jokowi juga kurang etis bertanding melawan Pak Prabowo. Sebab, Prabowolah yang mengusung dan ikut membiayai Jokowi berkontestasi di Pilgub DKI 2012. Sejarah pun mencatat, dalam pilpres, Jokowi mengalahkan Prabowo. Dia yang kurang elok, kurang etis setidaknya di mata saya, malah jadi pemenang.

Di Pilpres 2019, saya kembali memilih Prabowo. Soal etika masih menjadi salah satu pertimbangan kenapa tak juga mendukung Jokowi. Hasilnya, Jokowi menang lagi. Lagi-lagi saya gigit jari. Itulah kekalahan kedua di perhelatan pilpres.

Hasil buruk ternyata masih betah berada di samping saya. Hattrick kekalahan sudah di depan mata karena Prabowo yang kali ini tidak saya dukung malah di ambang kemenangan. Sebaliknya, capres pilihan saya sepertinya akan kalah.

Saya tak lagi mendukung Prabowo juga lantaran masalah etik. Bagi saya, dia tak elok ketika malah bergabung dengan pemerintahan Jokowi. Dia mestinya istikamah menjadi oposisi sebagai calon yang kalah. Lagi pula, kali ini saya merasa ada capres yang lebih baik, lebih menjanjikan.

Apalagi, ketika Prabowo menggandeng Gibran, putra Jokowi yang baru dua tahun lebih menjadi Wali Kota Solo. Yang katanya dulu tak tertarik politik, nyatanya terjun ke politik. Yang pernah bilang tegak lurus kepada ketua umum PDIP, tapi berpaling dari keputusan partai. Lebih-lebih Gibran bisa nyawapres karena hukum diutak-atik di Mahkamah Konstitusi.

Hasil quick count semua lembaga survei menunjukkan Prabowo terlalu dominan, di luar perkiraan. Raihan suara di rentang 57%-60% ialah pertanda dia akan menjadi presiden ke-8 RI. Data bicara, hasil hitung cepat selalu beti, beda-beda tipis, dengan penghitungan KPU. Sepertinya saya akan kalah lagi. Sebagai prediktor, saya lagi-lagi gagal.

Kecewakah saya? Banget. Itu pula yang kiranya dirasakan oleh puluhan juta rakyat Indonesia yang tidak memilih Prabowo. Pun dengan para aktivis, pegiat demokrasi, guru besar, sivitas akademika. Mereka kecewa karena kandidat terkuat juara ialah pasangan yang bermasalah dengan etika. Mereka kecewa sebab pemenang kompetisi demokrasi ialah paslon yang diyakini kental dengan cara-cara yang merusak demokrasi.

 

Tidak perlu kita berpanjang-panjang lagi ihwal cacat etika pasangan Prabowo-Gibran. Diputuskannya ketua MK yang juga paman Gibran, Anwar Usman, bersalah dalam pelanggaran etik berat lalu dipecat ialah bukti tak terbantahkan. Putusan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu bahwa pimpinan KPU melanggar etika karena menerima pendaftaran Gibran selepas putusan aneh bin ajaib MK adalah penegasan yang sulit dikesampingkan.

Bahwa proses pencalonan Gibran sebagai cawapres bersalah dan berseberangan dengan semangat demokrasi, itu yang lantang disuarakan banyak kalangan. Bahwa kemenangan Prabowo-Gibran menjadi duka bagi demokrasi, itulah nyanyian keprihatinan pengiring derap hitung cepat. Tagar RIP Demokrasi trending di platform X.

Untuk kali ketiga saya kalah. Menyesalkah? Sorry yee. Tidak. Saya tidak menyesal telah membuat pilihan. Demikian pula kiranya para aktivis dan pegiat demokrasi, guru besar, sivitas akademika, ataupun para pihak penentang pembusukan demokrasi. Mereka kecewa, tapi juga bangga telah berdiri di barisan perawat demokrasi.

Mereka layak menepuk dada karena gigih melawan petualang politik penoda reformasi. Memang, suara lantang mereka masih terlalu lirih bagi rakyat, apalagi elite, yang telinganya tersumbat. Betul, idealisme mereka tenggelam oleh hingar bingar gimik yang tak mendidik.

Akan tetapi, kepada mereka kita masih bisa menggantungkan asa agar pesan Presiden ke-2 Amerika, John Adams, tentang kerapuhan demokrasi tak terjadi. Menurutnya, ''Ingat, demokrasi tak pernah bertahan lama. Ia segera menjadi sia-sia, kehabisan tenaga, dan mematikan dirinya sendiri. Belum pernah ada demokrasi yang tidak melakukan bunuh diri.''

Kita, termasuk saya, patut berterima kasih kepada mereka, para pejuang demokrasi. Perjuangan memang belum usai. Semangat untuk membongkar kecurangan gila-gilaan di pilpres pantang lunglai. Namun, kalau akhirnya benar-benar kalah, jerih payah mereka tetap tak ternilai.

Benar kata penulis Naomi Klein bahwa demokrasi bukan hanya hak untuk memilih, melainkan juga hak untuk hidup bermartabat. Dalam pemilihan, boleh saja kontenstan yang dikaitkan dengan pelanggaran etika berjaya. Namun, demokrasi bukan sekadar kalah dan menang. Ia lebih dari itu.



Berita Lainnya
  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.

  • Para Pemburu Pekerjaan

    31/5/2025 05:00

    MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.

  • Banyak Libur tak Selalu Asyik

    30/5/2025 05:00

    "LIBUR telah tiba. Hore!" Pasti akan seperti itu reaksi orang, terutama anak sekolah, ketika mendengar kata libur. Yang muncul ialah rasa lega, sukacita, dan gembira.

  • Apa Kabar Masyarakat Madani?

    28/5/2025 05:00

    SAYA lega membaca berita bahwa pemerintah tidak pernah dan tidak akan mempermasalahkan penyampaian opini publik dalam bentuk apa pun, termasuk kritik terhadap kebijakan.