Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Gendari

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
24/11/2023 05:00
Gendari
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

NAMANYA Gendari. Dia seorang istri yang sangat setia kepada suami, tetapi sakit hati dan dendam kelewat tinggi dalam dirinya membuat arah kehidupan salah jalan. Kasih sayang berlebihan kepada putra-putranya pun memicu ontran-ontran dalam suksesi kekuasaan.

Gendari bukan orang beneran. Ia hanya bagian dari wicarita kuno India bertajuk Mahabharata. Penggemar kisah Mahabharata kiranya paham siapa dia karena sekuelnya pernah ditayangkan salah satu televisi swasta secara berseri. Di sini, di negeri ini, Gendari dikenal sebagai salah satu tokoh pewayangan.

Gendari ialah putri Prabu Suwala, raja negara Gandaradesa atau dalam dunia pedalangan Jawa disebut Plasajenar. Dia mempunyai empat saudara, yakni Gendara, Sakhuni atau Sengkuni, Surabasata, dan Gajaksa.

Gendari menikah dengan Prabu Drestarastra, raja Astina putra Begawan Abiyasa. Sekilas, perjalanan hidup Gendari biasa saja. Serupa dengan putri-putri raja lainnya yang biasanya juga mendapatkan pasangan hidup dari kalangan bangsawan.

Namun, soal jodoh itulah sebenarnya awal kekacauan, asal dendam kesumat, mulainya sakit hati, yang berujung konflik besar dalam perebutan kekuasaan. Gendari benci setengah mati kepada Pandu Dewanata. Pandu ialah raja agung Astina, adik Drestarastra.

Alkisah, suatu ketika Pandu memenangi sayembara pilih Dewi Kunti, putri Mandura, dengan mengalahkan Narasoma dari Mandaraka. Bahkan, Narasoma kemudian juga memberikan adiknya yang cantik, Madrim.

Di tengah perjalanan pulang, Pandu bertemu rombongan dari Gandaradesa, yakni raja muda Gendara, Gendari, dan Sengkuni. Mereka juga ingin mengikuti sayembara di Mandura, tetapi sudah terlambat. Meski begitu, Pandu yang bijak memberikan kesempatan kepada Gendara untuk menghadapinya jika ingin mendapatkan Kunti. Singkat cerita, Gendara kalah, bahkan tewas.

Sengkuni atau Suman atau Trigantalpati yang juga kepincut Kunti pun menantang Pandu. Namun, kesaktiannya tak ada apa-apanya. Dia menyerah, malah kemudian mengabdi dengan janji setia kepada Pandu. Gendari yang terpikat oleh Pandu diboyong pula ke Astina.

Gendari tentu bersukacita. Hati wanita mana, coba, yang tak berbunga-bunga jika diperistri Pandu, raja besar sakti mandraguna yang kaloka ing jagat, terkenal di seluruh jagat. Akan tetapi, kegembiraan Gendari berubah menjadi kekecewaan yang amat sangat. Dia murka karena oleh Pandu justru diberikan kepada kakaknya, Drestarastra.

Drestarastra memang keturunan raja, tetapi fisiknya tak sempurna. Dia cacat mata, tunanetra, tak bisa melihat. Karena itulah, takhta Astina diserahkan kepada sang adik, Pandu.

Sebagai seorang putri raja, Gendari merasa dipermainkan, dipermalukan. Sejak itulah, dia memendam dendam kepada Pandu. Dendam yang celakanya diturunkan kepada keturunannya. Dari situ pula perseteruan antara Pandawa, trah Pandu hasil perkawinannya dengan Dewi Kunti, dan Kurawa, anak-anak Drestarastra dengan Gendari bermula.

Dengan hati berkarat dendam, Gendari tiada henti berupaya agar anak-anaknya yang berjumlah 100 dengan si sulung Duryudana menjadi penguasa Astina. Ketika Pandu meninggal dan Drestarastra menjadi raja sementara, dia bersemangat meracuni sang suami untuk menyerahkan takhta kepada anaknya. Padahal, kursi Astina-1 merupakan hak Puntadewa.

Gendari tak sendirian. Sang adik, Sengkuni, juga gigih menghasut kakak iparnya untuk mewariskan kekuasaan kepada Duryudana. Sebagai seorang paman, dia agih-agih kungkung, kelewat baik, sangat murah hati.

Saking baiknya kepada keponakan, Sengkuni tak segan berlaku licik, tak jarang bertindak curang. Dia pintar akal-akalan, gemar merusak paugeran, tak ragu mengutak-atik tatanan, agar kekuasaan Astina menjadi milik Duryudana dan adik-adiknya. Agar dinasti politik kakak perempuannya, Gendari, berkelanjutan.

Berkat hasutan Gendari dan Sengkuni, Drestarastra akhirnya menyerah. Dia pasrah meski memendam rasa bersalah kepada mendiang adiknya, juga para keponakannya. Perebutan kekuasaan itu harus diselesaikan dengan perang habis-habisan Baratayuda di Padang Kurusetra. Perang tak terhindarkan sebab Kurawa yang didukung penuh ibu dan paman mereka berkukuh mengangkangi Astina.

Konon, wayang menggambarkan dinamika dunia nyata. Katanya, pakeliran mewakili pergelaran hidup manusia. Tak sekadar tontonan, wayang juga tuntunan. Ada pelajaran baik di sana, ada contoh buruk dalam cerita-ceritanya.

Dalam banyak versi dan lakon wayang, Gendari dan Sengkuni ialah contoh buruk. Lantaran dendam, sakit hati, ambisi akan kekuasaan, dan kasih sayang yang kelewat batas kepada anak dan keponakan, mereka melakukan hal-hal yang merusak. Jangan-jangan orang bertabiat seperti itu juga ada di antara kita.



Berita Lainnya
  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik