Headline

Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.

Fokus

Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.

Adu Gagasan, bukan Gas-gasan

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
22/11/2023 05:00
Adu Gagasan, bukan Gas-gasan
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

DI ajang pilpres, gagasan pasangan capres dan cawapres ialah buku yang terbuka. Ia mesti siap dibaca, dikritisi, didebat, bahkan dikuliti.

Publik sah bertanya mengapa sang capres-cawapres memasang target segini atau segitu. Boleh mendebat mengapa mendahulukan yang itu, bukan yang ini.

Dengan cara seperti itu, publik disuguhi arena adu gagasan yang elegan. Ruang publik disesaki oleh pacuan pikiran. Adu gagasan menjadi menu utama. Ajang gas-gasan pun jadi pelengkap saja. Itulah demokrasi yang kita impikan. Demokrasi yang sehat dan menyehatkan, bukan demokrasi asal-asalan yang menekuk akal sehat.

Dalam spirit itulah, saya mencoba melihat salah satu visi-misi para capres-cawapres di bidang ekonomi, lebih spesifik lagi ihwal target pertumbuhan ekonomi. Capres dan cawapres Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar mematok pertumbuhan ekonomi di rentang 5,5%-6,5%. Target ini lebih tinggi daripada realisasi rata-rata pertumbuhan ekonomi pemerintahan Jokowi dalam 9 tahun yang hanya 5%.

Sementara itu, pasangan Prabowo Subianto–Gibran Rakabuming Raka membawa janji untuk ekonomi RI bisa tumbuh di level 6%-7%, sedangkan pasangan capres-cawapres Ganjar Pranowo–Mahfud MD menjanjikan rata-rata pertumbuhan ekonomi lima tahun ke depan tepat di angka 7%.

Kita bisa mendebat mengapa pasangan Amin 'hanya' berani mematok pertumbuhan ekonomi di rentang 5,5%-6,5%. Kita boleh juga menyebut target sebesar itu ialah kondisi paling realistis di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi dalam lima tahun ke depan. Bayangkan, Jokowi yang pada Pilpres 2014 berani menargetkan rata-rata ekonomi tumbuh 7%, nyatanya gagal merealisasikan.

Namun, rupanya, kegagalan Jokowi merealisasikan target pertumbuhan 7% tidak membuat pasangan Ganjar-Mahfud beringsut untuk memasang target serupa. Orang boleh meragukan target itu, sembari mengkritiknya sebagai janji angin surga. Namun, orang boleh juga membela dengan menyebut bahwa namanya janji, ya, harus penuh optimisme.

Publik juga boleh membelejeti target pasangan Prabowo-Gibran yang meletakkan angka 6% sebagai batas bawah target pertumbuhan ekonomi. Boleh menyangsikan, sah pula untuk membela. Semuanya akan menjadikan ruang publik penuh adu argumentasi, bukan adu besar-besaran dan banyak-banyakan baliho.

Pertumbuhan ekonomi ialah salah satu jalan menuju kemakmuran. Asal, ia dibarengi dengan pemerataan dan kualitas tinggi. Pertumbuhan tinggi tanpa pemerataan bakal terus menyisakan ketimpangan yang menganga. Pertumbuhan tinggi, tapi tidak berkualitas, bakal meninggalkan rakyat dalam beragam jebakan. Salah satunya, jebakan pendapatan menengah yang makin sulit untuk dihindari.

Target pertumbuhan ekonomi moderat, tapi dibarengi dengan prinsip-prinsip yang mengutamakan pemerataan, bisa menjadikan pertumbuhan itu amat berkualitas. Apalagi, banyak sumber-sumber pemicu pertumbuhan ekonomi selama ini belum tuntas dibereskan.

Soal investasi, misalnya, indeks Incremental Capital Output Ratio (ICOR) atau rasio dari investasi terhadap produk domestik bruto (PDB) masih cukup tinggi. Ini mengindikasikan adanya ketidakefisienan dalam investasi. Alhasil, butuh rasio investasi yang lebih tinggi hanya untuk menaikkan pertumbuhan 1%. Hasil kajian para ahli menunjukkan, saat ini, untuk 1% pertumbuhan ekonomi, nilai ICOR kita butuh 6,8% karena kita tidak efisien.

Jika ingin ekonomi tumbuh 7%, artinya rasio investasi terhadap PDB atau ICOR-nya 47,6% (7 dikali 6,8). Investasi yang perlu dibiayai dengan tabungan baru 36%, artinya butuh 11,6% untuk mencapai 47,6%. Kekurangan 11,6% yang setara sekitar Rp1.900 triliun itu bukan perkara mudah untuk mendapatkan sumbernya. Ada dua cara, utang dan mendongkrak produktivitas.

Menambal kebutuhan 11,6% dari PDB dengan utang jelas membebani anak cucu, karena nilai utang kita sudah besar. Maka, pilihan paling bijak ialah menaikkan produktivitas. Berikhtiar habis-habisan menaikkan kualitas pertumbuhan.

Kondisi saat ini memang berbeda jika dibandingkan dengan era Orde Baru zaman Pak Harto. Ketika itu, setiap pemerintah ingin menaikkan pertumbuhan ekonomi 1%, ICOR masih level cukup rendah, hanya 4,5%. Tidak mengherankan bila upaya menggapai pertumbuhan ekonomi rata-rata 7% bukan tantangan yang rumit. Di hampir tiga dekade kala itu, pertumbuhan ekonomi 7% bisa dicapai.

Karena itu, dari tiga target pertumbuhan yang dicanangkan capres-cawapres, kiranya target pasangan Amin paling realistis. Namun, kontestasi pilpres bukanlah outlook ekonomi. Pilpres kerap menjadi ajang statemen politik. Jadi, biarkan publik mendebat, menilai, dan memilih apakah yang paling dibutuhkan janji realistis atau pernyataan politik yang bisa jadi kesampaian meski sebagian menganggap mustahil, semustahil gajah menerobos lubang jarum.



Berita Lainnya
  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam