Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Fakta Tipu-Tipu Simulakra Baliho

Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group
20/11/2023 05:00
Fakta Tipu-Tipu Simulakra Baliho
Gaudensius Suhardi Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

PERJUANGAN bukan lagi sebagai pelaksanaan kata-kata sebagaimana yang dimaksudkan penyair WS Rendra. Saat ini, di tahun politik, perjuangan ialah menjajakan kata-kata, menjual kata-kata.

Kata-kata yang dijual tentu saja tidak mewakili realitas seperti termaktub dalam makna perjuangan. Ia mewakili realitas tipu-tipu demi meraup suara dalam pemilu yang digelar pada 14 Februari 2024. Kata McGinnis, pemilih sesungguhnya melihat kandidat tidak berdasarkan realitas yang asli, tetapi dari sebuah proses kimiawi antara pemilih dan citra kandidat.

Ada fenomena penjualan kata-kata secara terstruktur, sistematis, dan masif. Kata-kata bombastis dikemas manis dalam baliho. Sasaran baliho ialah anak-anak muda yang mengutamakan hasil ketimbang proses. Pelakunya ialah pemimpin yang mengejar hasil dengan mengkhianati proses, berpose tanda cinta.

Anak-anak muda menjadi sasaran baliho karena pemilu kali ini sejatinya menjadi pesta demokrasi anak muda. Generasi muda mendominasi daftar pemilih tetap Pemilu 2024 atau 52% dari 204,8 juta total jumlah pemilih. Sebanyak 33,6% pemilih ialah generasi milenial (kelahiran 1980 hingga 1994), dan 22,85% ialah pemilih dari generasi Z (kelahiran 1995 hingga 2000-an).

Baliho politik yang menjauhi realitas memanfaatkan era post-truth, era yang generasi mudanya mendewakan emosi ketimbang fakta. Saat ini, di tahun politik, telah terjadi obesitas informasi. Masyarakat cenderung menelan informasi tanpa kunyah dengan cara cek fakta. Pesan dalam baliho bukan soal kebenaran, tapi pembenaran.

Harus tegas dikatakan bahwa baliho yang hanya menawarkan politik riang menjauhi fungsi partai sebagai sarana pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Stuart Sim mengungkapkan bahwa post-truth tidak hanya mengenai fenomena relativitas kebenaran yang diperdebatkan oleh masyarakat semata, tetapi ada suatu power yang berusaha menggiring opini masyarakat pada tujuan tertentu.

Opini masyarakat digiring melalui baliho untuk memilih pemimpin mekanik alias pemimpin karbitan, bukan pemimpin organik atau pemimpin alamiah. Baliho seperti itu, meminjam istilah Jean Baudrillard, disebut sebagai simulakra.

Simulakra didefinisikan sebagai konstruksi pikiran imajiner manusia atas realitas tanpa menghadirkan realitas itu sendiri secara esensial. Realitas digantikan dengan simbol. Citra pemimpin yang dihadirkan dalam simulakra baliho tidak ada rujukan dalam faktanya.

Tidak ada rujukan fakta karena calon pemimpin muncul secara tiba-tiba. Ada orang yang menjadi ketua umum hanya selang dua hari menjadi anggota partai politik. Ada orang yang ikut kontestasi setelah digelar karpet merah lewat putusan Mahkamah Konstitusi yang menabrak etika dan moral.

Episode simulakra sedang berlangsung secara terstruktur dan masif dengan mengawinkan strategi politik dan teknologi pencitraan diri. Lembaga survei, misalnya, tanpa malu-malu lagi menampilkan diri sebagai konsultan politik.

Setiap pekan diluncurkan hasil survei dari berbagai lembaga yang hasilnya berbeda secara signifikan satu sama lain. Perbedaan itu dimaknai sebagai hasil survei tergantung pada siapa yang bayar.

Teknologi pencitraan diri memanfaatkan kemajuan teknologi berbasis internet. Pengguna internet aktif saat ini ialah generasi muda. Mereka dapat berselancar bebas di internet hingga lebih dari delapan jam setiap hari.

Pencitraan diri calon pemimpin menyesaki atmosfer media sosial yang berbasis internet tersebut. Simulakra politik dimanfaatkan secara maksimal dalam pencitraan calon pemimpin dengan menguapkan kebenaran dan menghilangkan realitas. Citra calon pemimpin dibangun di atas fakta ilusif.

Industri media sosial membangun citra diri calon pemimpin melalui konstruksi realitas semu secara masif. Pemimpin muda karbitan dicoba untuk diasosiasikan dengan pemilih muda, partai yang dipimpinnya sebagai partai anak muda. Bangunan citra itu dilakukan oleh industri pendengung.

Sudah tiba waktunya bagi generasi muda untuk menjadi subjek dalam pemilu, tidak membuka ruang untuk dijadikan sebagai objek. Sebagai penentu kemenangan dalam Pemilu 2024, generasi muda hendaknya menjadi pemilih yang cerdas.

Pemilih cerdas tidak terbuai janji manis, tapi pepesan kosong dalam simulakra baliho. Pun tidak tersesat untuk mengasosiasikan diri dengan pemimpin muda karbitan.

Kiranya pemilih muda tidak tersesat saat berselancar di internet, tersesat dalam memilih dan memilah obesitas informasi. Internet dimanfaatkan untuk mencari kesejatian calon pemimpin negeri termasuk menentukan pilihan atas wakilnya di lembaga legislatif. Katakan tidak untuk calon pemimpin yang memainkan simulakra baliho di atas fakta tipu-tipu.



Berita Lainnya
  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik