Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Kekuasaan dan Rasa Cemas

Abdul Kohar, Dewan Redaksi Media Group
11/11/2023 05:00
Kekuasaan dan Rasa Cemas
Abdul Kohar, Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

ADA kisah sufi yang masyhur di Timur Tengah. Kisah itu bercerita tentang rasa waswas, rasa cemas, dan rasa takut dari penguasa despotik yang usia kekuasaannya sudah renta, di ujung senja.

Di sebuah negeri, sang penguasa despotik itu menyangka dirinya seorang penyair besar. Ia amat mengagumi syair-syair yang ditulisnya dan dideklamasikan sendiri. Bagi dia, tulisan dan vokalnya itu tiada tanding, tiada banding.

Sang penguasa makin besar kepala karena ia dikelilingi para penjilat yang saban hari memuji-muji syair-syairnya. Adrenalinnya membuncah saban pujian itu mengalir deras. Seperti yang terjadi di suatu waktu, saat sang penguasa mengumpulkan orang-orang demi menyaksikan dan mendengarnya mendeklamasikan syair-syair dari atas podium yang megah.

Seusai pembacaan syair-syair itu, ia menyuruh orang-orang yang hadir untuk menilainya. Maka, puja-puji berhamburan. "Sangat indah, Tuanku," seru mereka bak kor terorkestrasi. "Tuan, ini teramat indah. Tidak disangkal, Tuan adalah penyair terbesar di negeri ini," timpal yang lainnya disertai tempik sorak membahana.

Sang penguasa itu pun semringah. Ia bersiap membacakan syair-syair selanjutnya hingga tatapan matanya tertumbuk pada seorang tua yang diam membatu. "Hei, kau orang tua, mengapa diam saja? Kau tidak bisa mengagumi syair-syairku?" tanya sang penguasa.

Orang tua itu pun menjawab, "Menurut saya, syair-syair yang Tuan baca tadi buruk. Sangat buruk. Begitu pula suara Tuan saat membacakan syair-syair tadi, sangat buruk. Saya diam karena tidak kunjung bisa menikmati syair dan bacaan Tuan terhadap syair itu."

Di tengah kor 'sangat bagus', ada seorang renta usia berani mengatakan sebaliknya, 'sangat buruk', tentu ini masalah serius bagi sang penguasa yang tidak mau didebat itu. Orang tua yang berani itu bernama Nasruddin. Di kalangan sufi ia dikenal dengan nama Nasruddin Hoja.

Selain Abu Nawas, peradaban Islam juga mengenal sosok Nasruddin Hoja. Lantaran banyak dikisahkan dengan pelbagai cerita dan anekdot tentang kehidupannya, Nasruddin Hoja dikira tokoh fiksi. Padahal, sebenarnya ia sosok nyata, bahkan punya julukan mullah atau tokoh sufi.

Dalam kisah penguasa lalim itu, Nasruddin tampil sebagai sosok antagonis yang berani jujur mengkritik sang penguasa. Pasti, sang penguasa marah. Ia mengusir Nasruddin dan memerintahkan pasukan keamanannya untuk menyeret Nasruddin ke kandang kuda. "Kamu harus mendekam di kandang kuda untuk tiga hari sebagai hukuman atas kekurangajaranmu," tandas sang penguasa.

Sejak saat itu, Nasruddin sadar diri. Ia akan lari ke kandang kuda saban mendengar sang penguasa mendeklamasikan syair-syairnya. Ia terlihat konyol, tapi genius nan teguh pendirian. Ia memilih berada di kandang kuda ketimbang mengubah suara yang bertentangan dengan nuraninya.

Nasruddin mewakili perlawanan rakyat yang tertindas. Ia suara pengingat bagi penguasa yang mulai bernafsu memiliki semuanya sembari cemas kekuasaannya tergerus dan dicampakkan alias tidak dilanjutkan. Penguasa despotik yang cemas akan menggunakan rasa takut untuk menjaga kekuasaannya.

Seperti kata Ignazio Silone, peraih Nobel Sastra asal Italia, yang menyebutkan bahwa penguasa yang cenderung otoriter biasanya berangkat dari rasa cemas terus-menerus. Maka, suara yang berbeda, tindakan yang berbeda, akan selalu tidak menyenangkan baginya. Saat tidak senang, saat cemas, penguasa otoriter pun akan mengembangbiakkan ketakutan.

Di negeri Nasruddin, rasa cemas sang penguasa itu kian hari makin menggulung. Itu karena tembok-tembok dan pagar-pagar tebal kekuasaan yang ia bangun mulai rontok. Sejak Nasruddin yang diidentifikasi sebagai orang tua yang lemah bersuara berbeda, banyak orang makin percaya bahwa Nasruddin benar adanya. Kepercayaan itu meletupkan keberanian yang juga kian menggunung.

Suara yang tadinya sayup-sayup dan senyap mulai berubah menjadi pekikan yang makin membuat sang penguasa tambah cemas. Di sisi lain, pujian demi pujian, jilatan demi jilatan, sudah tidak segegap gempita sebelumnya.

Kini, tiap malam tiba, ketika hendak tidur, sang penguasa dihinggapi rasa cemas bertalu-talu. Sembari menatap langit-langit, berkali-kali ia bergumam, "Oh Nasruddin, kamu memang terlalu...."



Berita Lainnya
  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.

  • Para Pemburu Pekerjaan

    31/5/2025 05:00

    MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.

  • Banyak Libur tak Selalu Asyik

    30/5/2025 05:00

    "LIBUR telah tiba. Hore!" Pasti akan seperti itu reaksi orang, terutama anak sekolah, ketika mendengar kata libur. Yang muncul ialah rasa lega, sukacita, dan gembira.

  • Apa Kabar Masyarakat Madani?

    28/5/2025 05:00

    SAYA lega membaca berita bahwa pemerintah tidak pernah dan tidak akan mempermasalahkan penyampaian opini publik dalam bentuk apa pun, termasuk kritik terhadap kebijakan.

  • Basa-basi Meritokrasi

    27/5/2025 05:00

    HARAP-HARAP cemas masih dirasakan masyarakat saat melihat kondisi birokrasi pemerintahan di Indonesia, baik di pusat ataupun di daerah.

  • Perseteruan Profesor-Menkes

    26/5/2025 05:00

    ADA benarnya pernyataan Sukarno, “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Namun, perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.”

  • Koperasi dan Barca

    24/5/2025 05:00

    KOPERASI itu gerakan. Ibarat klub sepak bola, gerakan koperasi itu mirip klub Barcelona. Klub dari Catalan, Spanyol, itu dari rakyat dan milik rakyat.