Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Budaya Ogah Mundur

Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group
09/11/2023 05:00
Budaya Ogah Mundur
Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

DI antara riuhnya pemberitaan soal putusan Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi setelah rampung mengadili dugaan pelanggaran etik para hakim Mahkamah Konstitusi, terselip satu berita dari luar negeri yang menurut saya cukup menarik. Berita itu memang tidak punya magnitude besar sehingga tidak banyak mendapatkan ruang pemberitaan di media, tapi sesungguhnya sangat relate dengan situasi Indonesia saat ini.

Berita itu datang dari Portugal. Perdana Menteri Portugal Antonio Costa pada Selasa (7/11) mengumumkan pengunduran dirinya setelah kabar penyelidikan atas dugaan kasus korupsi yang melibatkannya menyeruak ke publik. Investigasi tersebut mencakup dugaan penyalahgunaan dana, korupsi aktif dan pasif oleh tokoh politik, dan penjualan pengaruh. Penyelidikan terpisah kabarnya juga dilakukan terhadap Costa yang diduga melakukan intervensi pribadi untuk mempercepat kontrak.

Mengapa ini menarik, karena di saat yang sama, di Republik ini ada seorang pejabat sangat tinggi, seorang hakim di lembaga yang amat dihormati yakni Mahkamah Konstitusi, justru tidak punya niat untuk mundur walaupun dia sudah terbukti melanggar kode etik sebagai hakim konstitusi. Namanya Anwar Usman.

Dialah sumber keriuhan berita soal MK hingga MKMK belakangan ini, setelah dianggap telah mengacak-acak konstitusi lewat putusan MK pada Perkara No 90/PUU-XXI/2023 tentang syarat batas usia minimal capres dan cawapres yang sarat dengan kepentingan keluarganya. Atas dasar itu, akhirnya MKMK memberi sanksi pemberhentian dirinya dari jabatan sebagai Ketua MK. Hakim senior tersebut terbukti melakukan pelanggaran berat terhadap Kode Etik dan Perilaku Hakim Konstitusi.

Bayangkan, di sana, di Portugal ada Costa yang baru diduga terlibat dalam kasus kejahatan saja sudah rela mengundurkan diri. Di sini, di Indonesia, ada Anwar Usman yang sudah divonis oleh majelis kehormatan lembaganya karena perilakunya yang tidak etis, malah masih mau bertahan sebagai hakim MK. Tak secuil pun niat atau ucapan mundur keluar dari mulutnya. Jangankan mundur sukarela, sudah didesak-desak pun dia bergeming. Ngeyel. Merasa tak bersalah. Ujung-ujungnya playing victim.

Benar saja, belakangan ia mengaku merasa dizalimi dan menjadi korban atas putusan MKMK tersebut. Harkat, derajat, martabatnya sebagai hakim karier selama hampir 40 tahun, kata dia, dilumatkan oleh fitnah yang keji. Anwar merasa difitnah telah memutus perkara tertentu berdasarkan kepentingan pribadi dan keluarga. Padahal, menurut pengakuannya, ia adalah seorang negarawan yang mengambil keputusan demi generasi yang akan datang.

Apa pun dalihnya, pada intinya Anwar ogah mundur sebagai hakim konstitusi. Kita pun mafhum, ia tidak ada bedanya dengan rata-rata pejabat kita yang selalu keukeuh memegang prinsip: kalau masih bisa lanjut, kenapa harus mundur? Meski jelas-jelas gagal, walau nyata-nyata membuat kesalahan, kendati terang benderang terjerat kasus korupsi, mereka biasanya bergeming. "Mundur? Apa itu?" barangkali begitu jawaban mereka kalau ditanya soal keinginan mundur.

Ya, mengundurkan diri bagi seorang pejabat amatlah langka di negeri ini. Saking langkanya, keengganan mundur pejabat bermasalah itu seolah menjadi sebuah standar moralitas baru. Seakan-akan itu menjadi nilai moral dan etika bahwa kita boleh saja mempertahankan kursi empuk jabatan sekalipun kita gagal mengemban tanggung jawab, sekalipun ada setumpuk kesalahan, pelanggaran, bahkan kejahatan yang kita lakukan saat berada di kursi jabatan itu.

Kita berbeda jauh dengan Jepang yang sangat kuat memegang nilai bushido sebagai landasan etika di negara itu. Salah satu cabang dari konsep nilai bushido ialah meiyo yang merupakan nilai penjagaan harga diri melalui perilaku terhormat. Maka, bagi penduduk maupun pemimpin di Jepang, mengundurkan diri secara terhormat jauh lebih baik ketimbang kehilangan harga diri.

Pun kita tak seperti Taiwan, Korea Selatan, Yunani, Jerman, atau negara-negara lain yang memandang langkah pengunduran diri pejabat ialah suatu bentuk tanggung jawab ketika mereka gagal mengemban tugas atau terjerat dalam suatu skandal. Tak perlu heran bila pengunduran diri pejabat atau perdana menteri seperti yang dilakukan Antonio Costa di Portugal sudah berulang kali terjadi di negara-negara tersebut.

Sementara itu, di sini, yang ada malah kebalikannya. Hakim yang sudah melanggar etik enggak mau mundur. Menteri-menteri yang mencalonkan diri sebagai capres dan cawapres pada Pilpres 2024 (yang dikhawatirkan bakal memanfaatkan fasilitas negara untuk kepentingan politik mereka) pun ogah lengser. Kiranya keteladanan sudah betul-betul punah di negeri ini.



Berita Lainnya
  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

  • Ukuran Kemiskinan\

    11/6/2025 05:00

    BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan

  • Bahlul di Raja Ampat

    10/6/2025 05:00

    PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.

  • Maling Uang Rakyat masih Berkeliaran

    09/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.

  • Menyembelih Ketamakan

    07/6/2025 05:00

    ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.

  • Uji Ketegasan Prabowo

    05/6/2025 05:00

    PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam

  • APBN Surplus?

    04/6/2025 05:00

    SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.

  • Pancasila, sudah tapi Belum

    03/6/2025 05:00

    NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.

  • Arti Sebuah Nama dari Putusan MK

    02/6/2025 05:00

    APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.

  • Para Pemburu Pekerjaan

    31/5/2025 05:00

    MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.

  • Banyak Libur tak Selalu Asyik

    30/5/2025 05:00

    "LIBUR telah tiba. Hore!" Pasti akan seperti itu reaksi orang, terutama anak sekolah, ketika mendengar kata libur. Yang muncul ialah rasa lega, sukacita, dan gembira.

  • Apa Kabar Masyarakat Madani?

    28/5/2025 05:00

    SAYA lega membaca berita bahwa pemerintah tidak pernah dan tidak akan mempermasalahkan penyampaian opini publik dalam bentuk apa pun, termasuk kritik terhadap kebijakan.

  • Basa-basi Meritokrasi

    27/5/2025 05:00

    HARAP-HARAP cemas masih dirasakan masyarakat saat melihat kondisi birokrasi pemerintahan di Indonesia, baik di pusat ataupun di daerah.

  • Perseteruan Profesor-Menkes

    26/5/2025 05:00

    ADA benarnya pernyataan Sukarno, “Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Namun, perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri.”