Headline

Bansos harus menjadi pilihan terakhir.

Spirit Muda

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
28/10/2023 05:00
Spirit Muda
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

APAKAH masuknya Gibran Rakabuming Raka bin Joko Widodo dalam bursa cawapres merupakan tanda kebangkitan kaum muda? Saya mesti tegas mengatakan: belum tentu. Dengan segala hormat saya kepada Wali Kota Surakarta itu, izinkan saya meragukan cara-cara yang ia gunakan untuk melompat menuju jenjang pencawapresan, plus jejak pengalaman dia yang teramat lekas menggapai salah satu puncak kekuasaan.

Banyak orang mengatakan muda bukan soal umur belaka. Dalam kontestasi demokrasi, muda lebih pada tata dan cara. Orang bisa muda secara usia, tapi bila jalan menuju gerbang kontestasi demokrasi menggunakan cara-cara 'tua', ia tidak mewakili spirit kemudaan.

Cara-cara tua yang kuno, usang, instan, menggelayut kepada kekuasaan, jelas amat jauh dari spirit kemudaan. Sebaliknya, kendati secara usia sudah setengah baya, bila jalan yang ditempuh penuh dengan spirit kemudaan, lewat kerja keras, mandiri, independen, ia sah mewakili jiwa muda. Ia membawa pembaruan, mengapungkan kesegaran.

Jadi, muda itu memiliki keunikan, yakni spirit kebaruan. Kalau ada anak muda tidak membawa kebaruan, itu bukan lagi anak muda. Muda dan tua memang bukan persoalan usia, melainkan bagaimana seseorang melihat masa depan.

Muda juga berarti adaptasi dan kemampuan seseorang dalam menjawab persoalan zamannya. Lahirnya Sumpah Pemuda ialah sejarah bagaimana anak muda kala itu tidak saja mampu menjawab spirit zaman, tapi juga bergerak melampaui zaman. Ketika itu, para pemuda di masa itu bersepakat menggunakan bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia, padahal mereka belum memiliki negara.

Jadi, kemudaan itu menggerakkan kebangkitan. Kebangkitan, di mana pun, merupakan usaha kesengajaan. Kebangkitan yang disulut spirit kemudaan itu melahirkan gerak maju peradaban, bukan malah kemunduran atau mengulang sejarah kelam. Nepotisme, mengandalkan dinasti, menggunakan cara terabas, itu cara-cara kelam yang kerap dipraktikkan Orde Baru.

Spirit kemudaan itu selalu merupakan buah atau cermin dari ikhtiar kesengajaan. Sumpah Pemuda dibangun secara sadar oleh usaha kesengajaan. Begitu juga dengan proklamasi kemerdekaan kita, mewujud oleh ikhtiar penuh kesadaran dari beragam elemen Republik ini untuk hidup bebas dari penjajahan. Reformasi juga akumulasi kesengajaan untuk mengubah arah sejarah menjadi lebih adil dan demokratis.

Karena itu, bila kita bicara siapa mewakili kelompok muda, jawabnya ialah mereka yang memotori gerak maju dan gerak perubahan menuju bangsa berperadaban lebih unggul. Bangsa ini jelas tidak akan baik-baik saja dan bisa sekonyong-konyong unggul tanpa usaha keras.

Mereka yang disebut muda berarti yang punya mimpi dan tekad pantang menyerah, dengan cara-cara yang penuh keadaban. Tekad, usaha keras dengan cara-cara elegan, dan optimisme itu terbukti menjadi bahan bakar ampuh menuju kemerdekaan. Saat para pejuang kemerdekaan memekikkan Indonesia merdeka, tidak banyak yang percaya mimpi itu bisa terwujud.

Apalagi, saat itu Indonesia tengah digencet dua poros raksasa kolonialis, Belanda (sekutu) dan Jepang. Namun, sumbu keyakinan yang mewakili spirit muda tetap menyala. Akhirnya, kemerdekaan bisa diraih.

Begitu juga dengan Sumpah Pemuda. Banyak muncul keraguan bahwa persatuan bisa ditenun hanya oleh tekad segelintir pemuda di tengah keinginan berbeda-beda dan keragaman bangsa dengan macam-macam kompleksitasnya. Nyatanya, keraguan itu gugur oleh tekad kemudaan yang segar, penuh visi kebaruan, dan bukan oleh usaha instan.

Bahkan, ajaran para nabi meneguhkan, jika kamu yakin bisa berjalan di atas laut, semesta akan membuatmu mewujudkannya. Bila kalian percaya api bisa ditaklukkan menjadi energi positif, tidak ada yang mustahil untuk diwujudkan.

Namun, keyakinan tanpa diikuti visi akan menjadi buta. Ia semacam taklid. Bahkan, ada yang menyebutnya bonek, alias bondho nekat (modal nekat). Para pendiri Republik ini tidak sekadar yakin usia muda akan membawa kemerdekaan. Mereka muda, tapi bukan instan. Mereka muda, sekaligus punya visi tentang Indonesia pascakemerdekaan, bahkan bagaimana Indonesia masa depan.

Para pejuang gigih Sumpah Pemuda jelas tidak sekadar punya modal pekik. Mereka membawa visi seperti apa bangsa ini merawat persatuan ke depan. Mereka merawat sumpah persatuan itu dalam visi besar Bhinneka Tunggal Ika. Sumpah persatuan tidak sekadar diteriakkan lalu dilipat di bawah bantal sebagai teman bermimpi.

Saya sepenuhnya masih percaya dengan pandangan Ernest Renan, filsuf Prancis. Kata dia, bangsa terjadi karena adanya perasaan dan tekad yang kuat untuk bersatu dari para penyokongnya yang bersedia melakukan pengorbanan dan punya visi bagi kejayaan mereka.

Selama masih ada semangat bersatu, spirit berkorban, semangat kemudaan, dan visi ke depan, bangsa itu akan tetap memiliki gerak maju. Sebaliknya, para penyokong bangsa yang gemar memilih cara instan dan tidak punya visi ke depan, mereka setara dengan sekumpulan pecundang.



Berita Lainnya
  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.