Headline

Bansos harus menjadi pilihan terakhir.

Ruang Kesetaraan

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
25/10/2023 05:00
Ruang Kesetaraan
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

APAKAH negeri ini sudah sepenuhnya dijalankan berdasarkan prinsip kesetaraan? Kiranya jawabnya amat benderang: belum. Buktinya, masih banyak orang tidak memiliki kesempatan yang sama mengakses sumber-sumber pendapatan. Pun jalannya hukum yang dikritik berbagai pihak masih diskriminatif, lunak ke teman dan tajam ke siapa pun yang dimasukkan sebagai lawan.

Belum lagi bila kita bicara soal akses atas hasil-hasil pembangunan. Tidak semua bisa setara menikmatinya. Apa faktanya? Kesenjangan masih lebar. Rasio gini masih tinggi meski sudah turun daripada situasi sepuluh tahun lalu. Pada Maret 2023, gini rasio ada di angka 0,388. Sepuluh tahun lalu, angka gini rasio 0,414.

Padahal, dalam kampanye Pilpres 2014, Jokowi berjanji akan mengurangi kesenjangan sosial yang diukur dengan rasio gini, dari 0,41 menjadi 0,30 pada 2019. Kini, tahun 2019 sudah lewat hingga empat tahun, tapi rasio gini tidak kunjung mendekati target.

Fakta statistik itu makin terlihat di lapangan. Hasil survei yang dilakukan Bank Indonesia dan data dari Lembaga Penjamin Simpanan menunjukkan timpangnya daya beli dan kemampuan menabung antara masyarakat berpenghasilan Rp5 miliar ke atas dan masyarakat berpenghasilan di bawah Rp3 juta. Mereka yang berpenghasilan Rp5 miliar itu punya kemampuan daya beli dan menabung jauh lebih tinggi.

Pada kondisi seperti itulah, ikhtiar serius pemerintah dalam mewujudkan prinsip kesetaraan amat mendesak untuk ditagih. Pada saat bersamaan, pihak-pihak yang terus-menerus menggaungkan perlunya kesetaraan mesti lebih serius mencari cara bagaimana prinsip dasar itu bisa lebih cepat diwujudkan. Momentum kampanye Pemilu dan Pilpres 2024 mesti menjadi jalan awal merumuskan kesetaraan itu.

Kesetaraan sendiri berasal dari kata setara atau sederajat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), setara berarti ‘sejajar, sama tingkatannya, sederajat’. Intinya, memiliki tingkatan atau kedudukan yang sama.

Tingkatan atau kedudukan tersebut bersumber dari adanya pandangan bahwa semua manusia diciptakan dengan kedudukan yang sama, yaitu sebagai makhluk mulia dan tinggi derajatnya jika dibandingkan dengan makhluk lain. Karena itu, manusia harus diperlakukan sama. Dengan demikian pula, setiap orang berhak mendapatkan pendidikan, pekerjaan, dan konsumsi yang layak.

Secara keseluruhan konsep kesetaraan bisa dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kesetaraan sejak awal, kesetaraan kesempatan, dan kesetaraan hasil. Kesetaraan sejak awal artinya ada kompetisi yang adil dan setara yang mensyaratkan bahwa semua peserta dari garis star yang sama. Kesetaraan kesempatan mengindikasikan bahwa akses ke semua posisi sosial harus diatur oleh kriteria universal, tidak berdasarkan kepentingan individu, keluarga, ataupun kelompok politik yang sama.

Kesetaraan hasil, yaitu semua orang harus menikmati standar hidup dan peluang kehidupan yang setara. Pada titik inilah, ketimpangan mesti dipangkas bahkan dihilangkan. Mesti ada ikhtiar serius untuk menghilangkan itu. Keberagaman Indonesia bisa tetap terajut hanya dengan menegakkan hakikat kesetaraan.

Rakyat Indonesia mesti mendapatkan kesetaraan dalam bidang pembangunan, kesetaraan dalam pembagian sumber daya yang dilakukan secara adil, kesetaraan dengan tidak adanya dominasi oleh pihak tertentu. Secara moral, rakyat mesti setara dengan memiliki nilai yang sama. Secara hukum, mesti terwujud kesamaan di hadapan hukum. Semua aturan main mesti digaransi berlaku secara adil bagi siapa pun.

Kini, pertarungan gagasan menuju Pemilu dan Pilpres 2024 sudah dimulai. Para kandidat capres dan cawapres juga sudah menyertakan visi dan misi mereka ke Komisi Pemilihan Umum. Publik bisa 'menguliti' gagasan mereka mewujudkan kesetaraan dan keadilan sebagai jalan meraih kemakmuran. Ruang pertarungan gagasan itu sudah tersedia.

Seperti pendekatan yang pernah dikemukakan peraih Nobel ekonomi 1998 Amrtya Sen bahwa dalam demokrasi, nalar publik merupakan perlengkapan yang sangat penting sehingga ide keadilan dapat dibawa ke wilayah praktis untuk direalisasikan.

Ruang publik merupakan tempat di mana nalar publik diuji dan dikontestasikan, dan di situ publik dapat saling setuju untuk tidak bersepakat. Sen, yang mengambil pemikiran Jurgen Habermas, menyebut dari nalar publik itu bisa dibangun titik awal untuk membangun proses penalaran sebagai cara untuk menghapuskan ketidakadilan.



Berita Lainnya
  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.