Headline

Bansos harus menjadi pilihan terakhir.

Menteri atau Buzzer?

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
06/10/2023 05:00
Menteri atau Buzzer?
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

APA hubungannya menteri dan buzzer? Sebenarnya dua profesi itu terlalu jauh untuk disandingkan. Akan tetapi, belakangan ada saja yang mencoba mendekatkannya.

Menteri jelas pekerjaan mulia. Ia adalah pembantu presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan, dalam mengelola negara. Menteri idealnya berkualitas dan berkapasitas, serta memiliki karakter yang baik. Pokoknya, segala hal yang menyangkut menteri harusnya yang bagus-bagus, bukan yang buruk-buruk.

Dengan tugas dan fungsi yang tak ringan, menteri mendapat bayaran. Seabrek fasilitas mereka dapatkan. Dari sandang, pangan, perumahan, hingga beragam tunjangan sudah disediakan. Harapannya, pikiran dan energi mereka dicurahkan hanya untuk melayani rakyat.

Bagaimana dengan buzzer? Profesi ini awalnya juga baik. Ia adalah penyedia jasa untuk melakukan promosi, kampanye, hingga memberitahukan hal-hal yang penting. Buzzer juga dibayar, bahkan boleh dibilang bekerja semata-mata karena bayaran. Dengan kemampuannya memengaruhi opini, terutama di media sosial, mereka mendapatkan cuan.

Namun, dalam perkembangannya, banyak buzzer yang nakal, yang jahat. Hasil penelitian tentang cara buzzer yang dipublikasikan University of Oxford mengungkapkan tidak sedikit di antara mereka beralih ke hal-hal kotor, yang destruktif, tidak lagi konstruktif.

Buzzer kemudian akrab sebagai pelaku doxing (menyebar data pribadi), trolling (provokasi), hingga mengkreasi dan menyebarkan disinformasi (hoaks). Pekerjaan ini tentu saja juga berbasis keuntungan. Maka, muncullah istilah buzzer bayaran, yang di negeri ini dikenal dengan buzzerRp.

Lalu, apa kaitannya menteri dan buzzer? Adalah Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar yang menghubung-hubungkannya. Dia menanggapi beberapa pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas yang kontroversial, yang menyudutkan pihaknya. “Itu omongan buzzer, ha ha ha,” begitu komentarnya, Minggu (1/10).

Singkat, padat, tapi telak. Itulah yang disampaikan Cak Imin ketika ditanya wartawan perihal omongan Gusmen, sapaan Menag Yaqut, saat menghadiri Doa Bersama untuk Bangsa Wahana Negara Raharja di Hotel Alila, Surakarta, Jumat (29/9). Di depan hadirin, Gusmen meminta agar tak memilih pemimpin hanya karena bicaranya enak, mulutnya manis, mukanya ganteng.

Permintaan itu tak cuma normatif, tapi juga baik. Mengingatkan publik untuk memilih pemimpin berdasarkan rekam jejak, bukan semata pada penampilan, penting. Namun, ketika Gusmen kemudian mencontohkan Pilgub DKI Jakarta dan pilpres, masalah menjadi lain. Apalagi dia lagi-lagi mengungkit penggunaan agama dalam merebut kekuasaan.

Terkait dengan narasi Pilgub DKI, Gusmen diyakini mengarahkan omongannya ke Anies Baswedan, bakal capres yang didampingi Gus Imin sebagai bacawapres. Untuk pilpres, dia kiranya menyindir Prabowo Subianto.

Bukan kali ini saja pula Menteri Yaqut berlaku seperti itu. Dia pernah mengatakan hal yang sama di Ponpes Az-Zamiyah, Garut, Ahad (3/9). Sepuluh hari berselang, Menag merepetisi hal serupa. Kali ini malah lebih miring. Dalam sebuah acara Kemenag di Surabaya, Rabu (13/9), dia menyatakan tidak akan memilih Amin. Yang memilih Amin, ucap dia, berarti bid'ah.

Yaqut mengaku bercanda kala itu. Akan tetapi, guyonannya jauh dari lucu, juga tak pantas, tak elok keluar dari mulut seorang menteri. Amin adalah akronim dari Anies-Cak Imin. Menag dianggap telah terlibat dalam politik praktis, membawa-bawa istilah agama lagi.

Kilah Menag kemudian, bid'ah berarti novelty, kebaruan. Dia menyebutnya sebagai hal yang positif. Tapi, di Kamus Besar Bahasa Indonesia, bid'ah berkonotasi sangat jelek. Artinya ialah perbuatan yang dikerjakan tidak menurut contoh yang sudah ditetapkan, termasuk menambah atau mengurangi ketetapan. Atau, pembaruan ajaran Islam tanpa berpedoman pada Al-Qur’an dan hadis. Bisa pula kebohongan, dusta. Kalau begitu, apakah memilih Amin berarti mengabaikan Al-Qur’an dan hadis? Kan aneh.

Kalau lantas menyebut Menag tak ubahnya seorang buzzer, Cak Imin pasti punya argumentasi. Soal benar tidaknya, biarkan masyarakat yang menilai. Yang pasti, seperti penelitian Universitas Oxford, pekerjaan buzzer di antaranya memprovokasi.

Mengatakan bahwa memilih Amin adalah bid'ah, meski sekadar selorohan, kiranya bisa memecah anak bangsa, dapat pula menebalkan sekat di antara umat. Pun demikian resonansi agar tak memilih pemimpin yang memanfaatkan agama dengan clue-clue ke calon tertentu.

Perilaku seperti itu kontradiktif dengan harapan sebagian besar anak negeri agar semua pihak tidak mengedepankan politik polarisasi. Janganlah ada watak buzzer di lingkaran istana, entah itu komisaris BUMN, wakil menteri, apalagi menteri. Setuju?



Berita Lainnya
  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.