Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Ketahanan Papan

Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group
05/10/2023 05:00
Ketahanan Papan
Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

DI negeri ini ada satu sektor pengungkit ekonomi yang hampir selalu terlupakan untuk diperhatikan pemerintah, yaitu sektor papan alias perumahan. Entahlah, padahal papan ialah salah satu dari tiga macam kebutuhan pokok yang kita pelajari sedari kecil selain pangan dan sandang. Namun, makin ke sini, tampaknya sektor itu semakin luput dari perhatian.

Setidaknya di era reformasi ini, pernahkah ada calon presiden dan calon wakil presiden pada pemilu-pemilu sebelumnya yang melontarkan program terkait dengan perumahan dalam kampanye atau sosialisasi mereka? Nyaris tidak ada. Kalaupun ada, mungkin hanya secuil janji yang sangat umum, tidak berbasis pada data spesifik dan permasalahan yang ada.

Dalam setiap kampanye, isu tentang perumahan selalu kalah oleh isu di bidang pangan, energi, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Pun dalam realisasinya. Hampir tidak ada terobosan program dan kebijakan yang berarti dari pemerintah untuk melecut sektor itu menjadi bagian penting dari pembangunan bangsa, baik pembangunan ekonomi maupun sumber daya manusia.

Tak perlu jauh-jauh mencari bukti. Strategi mengurangi backlog (kekurangan) rumah saja tak kunjung berhasil. Angka backlog yang saat ini konon sebesar 12,7 juta unit itu tak jauh berbeda dengan angka pada 10-15 tahun lalu. Artinya tidak ada pergerakan berarti dalam hal pengurangan backlog. Upayanya begitu-begitu saja, ya hasilnya juga segitu-segitu saja.

Kita selalu membahas ketahanan dan kedaulatan pangan. Bahkan kedaulatan digital pun sekarang menjadi isu yang kerap digaungkan. Akan tetapi, tak pernah tercetus sedikit pun tentang ketahanan atau kedaulatan papan. Seolah-olah sektor perumahan bukan faktor penting, hanya dianggap remah yang boleh dimasukkan urutan daftar prioritas pembangunan paling belakang atau malah tidak diprioritaskan.

Padahal, perumahan sesungguhnya merupakan bagian integral dari isu-isu lain yang dianggap strategis secara politik tersebut. Jika negara ini memiliki ketahanan papan, semestinya pemerintah akan lebih mudah menuntaskan mimpi bangsa ini menjadi negara maju atau menggapai Indonesia emas pada 2045. Dalam konteks itu, tak diragukan lagi, rumah ialah fondasi pembangunan SDM yang berkualitas.

Sederhana saja, bagaimana negara mau tingkat kesehatan masyarakat naik kalau masih banyak dari mereka yang tidak tinggal di rumah yang sehat? Bagaimana pemerintah ingin menurunkan angka tengkes (stunting) dan gizi buruk jika masyarakat masih dipusingkan persoalan tempat tinggal? Bagaimana mau mengakselerasi kualitas pendidikan apabila banyak orangtua tak mampu mendidik anak-anak mereka dengan optimal karena mereka tinggal di rumah yang tidak layak, bahkan tak punya rumah?

Pun bila kita lihat dari sudut pandang lain, kontribusi sektor perumahan dan properti terhadap pembangunan ekonomi tidaklah main-main. Menurut penelitian Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI, selama periode 2018-2022, sektor properti, realestat, dan konstruksi bangunan menyumbang kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional sebesar Rp2.349 triliun-Rp2.865 triliun per tahun, atau sekitar 14%-16%.

Belum lagi sektor tersebut mampu menciptakan multiplier effect atau spillover effect sebanyak lebih dari 180 sektor usaha. Sektor properti dan perumahan juga menciptakan lapangan pekerjaan bagi 13,8 juta orang per tahun atau setara dengan 9,6% dari total angkatan kerja nasional pada 2022 lalu. Impaknya jelas, sektor itu punya kekuatan pula untuk mencegah naiknya kemiskinan.

Lantas, sudahkah kita terlambat untuk bergerak? Mestinya tidak ada kata terlambat. Kata orang sono, better late than nothing. Lebih baik terlambat daripada tidak melakukan apa-apa. Kalau tidak di rezim pemerintahan sekarang, ya kita berharap, sangat berharap, pemerintahan yang akan datang hasil Pemilu 2024 punya perspektif dan persepsi yang lebih maju tentang sektor perumahan. Ujungnya bukan hanya perhatian yang mereka tunjukkan, melainkan juga keberpihakan yang maksimal.

Kalau boleh menitip pesan, bagi siapa pun yang nanti terpilih menjadi pemimpin bangsa, tunjukkan perhatian dan keberpihakan itu dimulai dengan pembenahan kelembagaan. Sudah semestinya urusan perumahan ditangani kementerian/lembaga tersendiri. Kita bisa mengambil contoh Tiongkok yang memiliki Ministry of Housing and Urban-Rural Development atau Singapura yang punya lembaga bernama The Housing and Development Board, yang berada di bawah Ministry of National Development.

Sukses di Tiongkok dan Singapura memang bukan jaminan akan berhasil pula di Indonesia. Akan tetapi, setidaknya perumahan akan diurus lebih serius dan fokus, tidak seperti sekarang yang hanya di bawah bayang-bayang urusan infrastruktur. Ini saatnya menggelorakan ketahanan papan.



Berita Lainnya
  • Gibran Tuju Papua Damai

    14/7/2025 05:00

    KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.  

  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.