Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
KATA para bijak, manusia tempatnya salah, alpa, dan dosa. Tidak ada manusia yang tak pernah berbuat salah. Akan tetapi, jika dilakukan karena kelalaian dan kecerobohan, kesalahan itu bisa lain cerita, lain pula dampaknya.
Blunder. Itulah istilah untuk kesalahan lantaran lalai dan ceroboh. Kamus Oxford mendefinisikan blunder sebagai a stupid or careless mistake, kesalahan bodoh atau kesalahan ceroboh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), blunder adalah kesalahan serius atau memalukan yang disebabkan kebodohan, kecerobohan, atau kelalaian.
Blunder bisa dilakukan siapa saja, kapan saja, dalam hal apa saja. Istilah blunder kebanyakan digunakan di bidang olahraga, utamanya sepak bola dan catur. Blunder juga terbilang akrab di dunia politik. Ia menjadi musuh utama para politikus yang ceroboh, yang lalai, yang bodoh.
Soal blunder pun belakangan menjadi perbincangan karena lagi-lagi dilakukan oleh salah satu bakal capres, Ganjar Pranowo. Saat tampil di acara 3 Bacapres Bicara Gagasan di UGM, Selasa (19/9), Ganjar dianggap ceroboh, lalai, dan merendahkan profesi MC, master of ceremony.
Ketika itu, Ganjar yang bicara pendidikan mengatakan bahwa 10 lulusan terbaik perguruan tinggi mestinya jadi dosen, bukan MC. Najwa Shihab yang memandu acara merespons, “Siapa MC, Mas? Saya jurnalis, bukan MC.” Kemudian, Ganjar membalas, “Bukan, ya? Jurnalis lah kalau begitu.”
Najwa lantas menegaskan, jurnalis adalah profesi yang membanggakan. “Loh iya, maksud saya kalau tidak lulusan 10 terbaik. Kalau kemudian 10 lulusan terbaik sebuah harapan bahwa dia kembali ke kampus untuk mengajarkan ilmunya. Itu saja sebetulnya,” jawab Ganjar lagi.
Itulah blunder kesekian Ganjar. Sebelumnya, baik sebelum maupun setelah dideklarasikan sebagai bacapres, dia beberapa kali ceroboh, lalai. Kata-katanya, sikapnya, kebijakannya, kontroversial. Dalam sebuah podcast, misalnya, dia blak-blakan demen menonton bokep.
Ini blunder besar. Jelaganya masih membekas hingga sekarang. Menurut lembaga survei LSI Denny JA, 86,1% responden menyebut tak wajar seorang capres suka nonton video porno.
Ganjar juga manut saja diposisikan sebagai petugas partai. Penyikapan publik senada, kontra dengannya. Sebanyak 69,9% tak setuju jika presiden dianggap petugas partai.
Blunder berikutnya, Ganjar menyatakan ketidaksetujuannya tim Israel hadir di Piala Dunia U-20. Dia dianggap sebagai sosok yang berperan dalam pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah. Publik kesal, jutaan pencinta sepak bola Tanah Air marah.
Belum cukup, Ganjar blunder lagi. Kali ini terkait dengan blusukannya ke wilayah Jakarta, menerima keluhan warga, lalu menelepon Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono dan Sekda Joko Agus. Ganjar merasa seolah sudah jadi presiden, padahal masih Gubernur Jawa Tengah. Sebanyak 74,7% responden menyatakan dia tak pantas bersikap dan berlaku seperti itu.
Masih ada blunder lain yang diperbuat Ganjar. Sehari sebelum di UGM, dia juga mendapat atensi negatif saat tampil dalam Kuliah Kebangsaan di FISIP UI. Dia dinilai nirempati ketika bertanya siapa yang membeli gas melon atau elpiji 3 kg. "Teman-teman yang hadir di sini yang dalam satu minggu ini membeli gas melon, angkat tangan. Gak usah malu. Oh ada, ada," tunjuk Ganjar ke audiens.
"Membeli gas melon, ya, Mbak? Ada? Tersedia? Gampang? Anda orang miskin? Alhamdulillah hanya satu yang angkat tangan di sini," imbuhnya.
‘Anda orang miskin?’. Kalimat itulah yang dipersoalkan. Itulah kenapa Ganjar dianggap terlalu gampang merendahkan orang lain. Itulah pula kenapa sebagian rakyat menilai Ganjar tak layak menjadi presiden.
Tentu, tak cuma Ganjar yang blunder. Hanya saja, sulit bagi saya untuk menemukan kecerobohan dua bacapres lainnya, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan, sekerap Ganjar. Karena itu, izinkan saya membuat judul tulisan ini Blunder-Blunder Ganjar.
Prabowo yang di Pilpres 2014 dan 2019 kerap mengumbar 'kebodohan', kali ini jauh lebih berhati-hati. Baru satu blunder serius yang dilakukan, yakni ketika meminta masyarakat menerima uang yang dibagi-bagi politisi, tetapi soal pilihan ikuti kata hati. Dia dinilai mewajarkan politik uang.
Bagaimana dengan Anies? Beberapa kali dia memang dianggap keliru ketika menyoroti isu tertentu. Akan tetapi, yang terjadi kiranya lebih soal perbedaan data. Atau, pembaca punya referensi lain soal blunder Anies?
Dalam politik, blunder terjadi antara lain karena tanpa pikir panjang atau pertimbangan matang sebelum berucap dan bertindak. Bisa juga lantaran pelaku merasa diri paling benar meski sebenarnya salah. Apa pun, kecerobohan dan kelalaian seperti itu sangat merugikan.
Dalam sepak bola, blunder terbesar dan terfatal terjadi di Piala Dunia 1994 AS. Ketika itu, bek Kolombia Andres Escobar melakukan gol bunuh diri sehingga timnya kalah 1-2 dari tuan rumah. Tak cuma membuat negaranya pulang kandang, nyawa Escobar juga melayang. Lima hari berselang, dia didapati tewas ditembak di kota asalnya.
Di Pilpres 2024, blunder juga bisa membuat capres 'mati'. Ia mesti dihindari, jangan dilakukan, apalagi berulang kali.
IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.
PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.
LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.
"TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''
BERAPA jumlah orang miskin di Indonesia? Jawabnya, bergantung kepada siapa pertanyaan itu ditujukan
PERJUANGAN mengusir penjajah lebih mudah ketimbang melawan bangsa sendiri.
PRESIDEN Prabowo Subianto bertekad kuat, sangat kuat, untuk memberantas korupsi. Tekad itu tersurat tegas dalam pidato, tetapi tertatih-tatih merampas aset maling-maling uang rakyat.
ADA beberapa hal menarik dari peringatan Hari Raya Idul Adha, selain kebagian daging kurban tentunya.
PRESIDEN Prabowo Subianto kembali melontarkan ancaman, ultimatum, kepada para pembantunya, buat jajarannya, untuk tidak macam-macam
SAYA termasuk orang yang suka mendengar berita baik. Setiap datang good news di tengah belantara bad news, saya merasakannya seperti oase di tengah padang gersang.
NEGARA mana pun patut iri dengan Indonesia. Negaranya luas, penduduknya banyak, keragaman warganya luar biasa dari segi agama, keyakinan, budaya, adat istiadat, ras, dan bahasa.
APALAH arti sebuah nama, kata William Shakespeare. Andai mawar disebut dengan nama lain, wanginya akan tetap harum.
MENGAPA pameran bursa kerja atau job fair di negeri ini selalu diserbu ribuan, bahkan belasan ribu, orang? Tidak membutuhkan kecerdasan unggul untuk menjawab pertanyaan itu.
"LIBUR telah tiba. Hore!" Pasti akan seperti itu reaksi orang, terutama anak sekolah, ketika mendengar kata libur. Yang muncul ialah rasa lega, sukacita, dan gembira.
SAYA lega membaca berita bahwa pemerintah tidak pernah dan tidak akan mempermasalahkan penyampaian opini publik dalam bentuk apa pun, termasuk kritik terhadap kebijakan.
HARAP-HARAP cemas masih dirasakan masyarakat saat melihat kondisi birokrasi pemerintahan di Indonesia, baik di pusat ataupun di daerah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved