Headline

Bansos harus menjadi pilihan terakhir.

Ngos-ngosan Menjamin Jebakan

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
23/9/2023 05:00
Ngos-ngosan Menjamin Jebakan
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

ADA ungkapan arek-arek Suroboyo yang amat populer akhir-akhir ini saban menanggapi pernyataan yang mengejutkan: 'lo... lo... lo.. gak bahaya tah?'. Itu kalimat 'setengah' bertanya yang dalam bahasa Indonesia berarti 'apakah tidak berbahaya?'.

Kalimat itu tepat kiranya disematkan kepada anggaran negara yang bakal kian ngos-ngosan karena harus menjadi penjamin utang proyek kereta cepat Jakarta Bandung. Biaya pembangunan kereta berjarak 142,3 kilometer itu membengkak dari rencana semula kurang dari US$6 miliar menjadi sekitar US$7,2 miliar.

Jika dirupiahkan, total pembengkakan biaya kereta berkecepatan hingga 350 km per jam itu mencapai Rp18,6 triliun. Angka itulah yang jadi pangkal mula mengapa APBN bakal kian ngos-ngosan. Bakal bahaya. Anggaran negara terpaksa harus memberikan jaminan bakal membayar uang sebesar itu bila konsorsium pemegang proyek gagal melunasi utang itu.

Banyak yang mengingatkan sebelumnya bahwa proyek itu berpotensi menjadi jebakan. Namun, segala peringatan itu diabaikan. Narasi yang terus-menerus digaungkan ialah 'jangan khawatir, jangan khawatir'. Nyatanya, kekhawatiran itu justru menjadi kenyataan.

Janji untuk 'tidak usah khawatir bahwa APBN bakal dicolek proyek kereta cepat', faktanya, diingkari. Saya masih ingat pernyataan Presiden Joko Widodo yang menegaskan berkali-kali bahwa proyek kereta cepat Jakarta-Bandung tidak memakai APBN.

Pembangunan proyek kereta cepat, kata Presiden, murni memakai dana investasi dan pinjaman tanpa jaminan pemerintah. "Saya tidak mau kereta cepat ini menggunakan APBN," kata Jokowi di lokasi groundbreaking kereta cepat di kawasan Walini, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis (21/1/2016). Itu berarti tujuh setengah tahun lalu.

Begitu yakinnya pemerintah menggaransi bahwa proyek kereta cepat itu murni dibiayai konsorsium BUMN Indonesia-Tiongkok (PT Kereta Cepat Indonesia China/KCIC) dan China Development Bank (CDB). KCIC berkontribusi 25% dan CDB berkontribusi 75% dari total investasi kereta cepat.

Alokasi APBN, lanjut Jokowi, akan dipakai untuk membiayai pembangunan infrastruktur seperti jaringan kereta hingga tol di luar Pulau Jawa. Infrastruktur di Jawa, termasuk kereta cepat, diupayakan dengan skema business to business, bisnis ketemu bisnis.

"Makanya pembangunan ini sepenuhnya pakai investasi. Nanti kalau pakai APBN, saya ditanya lagi, 'Pak, kok, Jawa lagi? Yang di luar Jawa kapan? Yang di Papua kapan?'. Selalu rakyat bertanya seperti itu," Jokowi menandaskan lagi ketika itu, tujuh setengah tahun lampau.

Namun, meminjam penggalan lirik lagu Kegagalan Cinta karya Rhoma Irama, 'Kau yang mulai kau yang mengakhiri. Kau yang berjanji, kau yang mengingkari'. Itulah fakta terkini, ketika Menteri Keuangan Sri Mulyani, akhirnya meneken beleid berupa Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 88/2023 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemberian Penjaminan Pemerintah untuk Percepatan Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Kereta Cepat antara Jakarta dan Bandung.

Berdasarkan aturan itu pemerintah sah memberikan penjaminan, baik secara langsung maupun secara bersama dengan badan usaha penjaminan infrastruktur yang ditunjuk sebagai penjamin atas pemenuhan kewajiban finansial terjamin kepada penerima jaminan. Kalimat panjang nan melelahkan itu intinya: pemerintah menganulir janjinya semula yang tidak akan 'mencolek' APBN untuk membiayai atau menjadi penjamin proyek kereta cepat.

Itulah jebakan yang akan muncul, yang beberapa kali diingatkan beberapa kalangan, terutama saat Tiongkok mulai meminta agar anggaran negara memberikan jaminan kepada proyek kereta cepat. Narasi 'pemerintah tidak akan menyerah untuk menjaminkan uang negara demi menambal pembengkakan biaya proyek kereta cepat' sebagaimana pernah disampaikan Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, kiranya hanya muslihat.

Benar belaka dugaan banyak kalangan bahwa proyek kereta cepat itu amat buruk dalam perencanaan. Bahkan, sebagian menyebutkan itu proyek nirperencanaan. Itu proyek sekonyong-konyong, yang bakal menjadi jebakan utang, alih-alih mendatangkan keuntungan.

Defisit anggaran negara bakal kian terbuka. APBN bakal makin sesak napas membayar utang dan bunga utang yang terus terkerek. Bagi rakyat, siap-siaplah membayar pajak ini-itu yang bakal bertambah jumlahnya demi menambal defisit yang menganga.

Kalau sudah begini, apakah kita cuma bisa meratapi sembari menyenandungkan lirik lagu yang ditulis Jay Livingston dan Ray Evans, serta dinyanyikan Dorys Day: 'Que sera, sera. Whatever will be, will be. The future's not ours to see' (Apapun yang akan terjadi, terjadilah. Kita tidak tahu yang akan terjadi di masa depan)?



Berita Lainnya
  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.