Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Politik Simbol Jari

Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group
14/9/2023 05:00
Politik Simbol Jari
Ahmad Punto Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

ADA satu poin paling menarik dan menggelitik di antara tiga komitmen perihal netralitas TNI untuk Pemilu 2024 yang disampaikan Panglima TNI Laksamana Yudo Margono, Selasa (12/9) lalu. Poin itu ialah larangan bagi prajurit/PNS TNI berfoto dengan pose menggunakan simbol jari. Alasannya, penggunaan simbol itu dikhawatirkan bisa diputarbalikkan atau dinterpretasikan sebagai bentuk dukungan kepada salah satu calon peserta pemilu.

Terasa agak absurd memang, masak mengacungkan simbol jari saja dipersoalkan? Akan tetapi, tidak salah juga kiranya kekhawatiran Panglima itu karena faktanya memang demikian. Setidaknya, kalau kita berkaca dari pengalaman dua pemilu sebelumnya, yakni 2014 dan 2019, simbol jari yang sejatinya universal, bebas dari arah politik, sebagian posenya seperti dirampas keuniversalannya dan seolah-olah menjadi milik pasangan calon (paslon) tertentu.

Acungan jempol, misalnya, seakan-akan diklaim menjadi identitas paslon nomor urut satu. Atau simbol victory (mengacungkan jari telunjuk dan jari tengah membentuk huruf V) dianggap kepunyaan paslon nomor urut dua. Urusan simbol jari yang tadinya biasa-biasa saja menjadi perkara sensitif gara-gara tensi rivalitas dua paslon yang teramat tinggi dalam dua pemilu tersebut. Sesuatu yang sesungguhnya simpel dibuat jadi rumit.

Ada cerita menarik ihwal penggunaan simbol jari di tahun politik. Saat itu menjelang Pemilu 2019, tepatnya pada Oktober 2018. Pada acara pertemuan IMF-World Bank yang digelar di Nusa Dua, Bali, dalam satu sesi pengambilan foto/video, Managing Director IMF Christine Lagarde dan Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim secara spontan berpose mengacungkan dua jari. Mereka tentu tidak tahu bila acungan salam dua jari, ketika itu, ialah representasi dari nomor urut pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.

Mereka cuek karena tidak tahu dan tidak terpikirkan sama sekali. Namun, tidak dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang berdiri di sebelah Lagarde. Secara spontan pula Luhut dan Sri Mulyani lantas mengoreksi dan mengajak Lagarde mengacungkan satu jari, yang kita tahu merupakan identitas pasangan nomor urut satu, Joko Widodo dan Ma'ruf Amin.

Atas spontanitas mereka itu, Luhut dan Sri Mulyani kemudian dilaporkan ke Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) oleh koalisi masyarakat yang tergabung dalam Advokat Nusantara. Mereka dianggap menyalahgunakan wewenang untuk berkampanye dan menguntungkan salah satu kandidat Pemilu 2019. Padahal sebagai pejabat, seperti juga ASN dan TNI/Polri, seharusnya mereka netral. Hanya persoalan satu-dua jari sebenarnya, tapi masalahnya merembet sampai ke pengawas pemilu.

Dari contoh itu, jelas, bahwa kesahajaan simbol jari sudah lenyap tersapu angin tahun politik. Di tahun politik, simbol jari seperti berubah makna dan fungsi menjadi alat untuk mengampanyekan seseorang atau pasangan tertentu. Pun sebaliknya, ia juga digunakan sebagai alat untuk menilai keberpihakan atau netralitas seseorang dalam kontestasi pemilu, khususnya pilpres. Gerakan atau simbol jari yang sebelumnya netral, tiba-tiba menjadi gerakan yang partisan.

Dulu acungan jempol bermakna untuk mengekspresikan pujian atau kekaguman atas sesuatu, tapi di tahun politik acungan jempol hanya dimaknai sebagai dukungan kepada peserta pemilu yang kebetulan punya nomor urut satu. Dulu, acungan dua jari adalah ekspresi kemenangan (victory), tapi di tahun politik, maknanya menyusut, hanya dianggap sebagai ekspresi sokongan kepada peserta bernomor urut dua.

Secara aturan main, sesungguhnya tidak ada satu pun peraturan terkait pemilu yang mengatur secara detail tentang pelarangan pose atau simbol jari, termasuk bagi pejabat publik, ASN, maupun TNI/Polri yang khitahnya memang harus bersikap netral dalam setiap kontestasi pemilu. Yang terjadi selama ini hanya berdasarkan persepsi. Gerakan jari dipersepsikan sesuai dengan kepentingan pihak-pihak yang mengeklaim sebagai 'pemilik' simbol tadi secara semena-mena.

Dari sudut pandang itu, perintah Panglima TNI melarang anggotanya berfoto dengan pose simbol jari mungkin menjadi wajar. Niatnya baik, untuk menghindari persepsi yang macam-macam. Namun, dalam perspektif lebih luas, apa iya kita mau terus-terusan terjebak dalam politik atau pemilu simbolisasi seperti itu? Politik semestinya lebih menyodorkan hal-hal substantif ketimbang simbolis. Politik yang mencerdaskan ialah politik yang tekun mengadu gagasan, bukan mengadu simbol.

Sebentar lagi, rangkaian proses Pemilu 2024 akan masuk tahap pendaftaran capres dan cawapres. Tentu akan disusul pula dengan pengundian nomor urut. Dari titik mula itu kita akan menguji apakah pemilu kali ini akan meninggalkan simbolisasi nomor urut melalui pose jari atau justru lebih membabi buta. Jangan-jangan besok pose jari saranghae atau finger heart (menyilangkan jempol dan telunjuk) pun ikut-ikutan diklaim sebagai simbol salah satu pasangan calon. Ampun dah.



Berita Lainnya
  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik