Headline
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.
NEGERI ini kerap heboh saat menyikapi azan. Pernah suatu ketika terjadi ketegangan tingkat tinggi tersebab suara azan via pelantang suara dianggap kelewat melengking. Seorang warga yang terusik dan merasa keberisikan oleh suara muazin via pelantang suara melabrak pengurus masjid.
Suhu kian mendidih saat Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyikapi peristiwa itu dengan membuat analogi yang oleh sebagian kalangan dinilai offside. Lengkingan suara yang teramat keras (termasuk suara azan), kata Menag, bisa membuat orang terusik. "Bayangkan kalau ada dari kita yang mendengar lolongan anjing tetangga dalam waktu lama, pasti kita terganggu," kata Menag.
Perbandingan lengkingan keras suara azan lewat pelantang suara dengan lolongan anjing tetangga itulah yang disoal. Tidak pantas suara azan disepadankan dengan lolongan anjing tetangga. Suara azan itu sakral, sedangkan lolongan anjing tetangga itu profan.
Menteri Agama memilih diam. Tapi, diam-diam, ia menyiapkan aturan. Lalu, muncullah surat edaran Menteri Agama Gus Yaqut yang mengatur volume pelantang suara masjid dan surau. Aturan ini tertuang dalam Surat Edaran Menteri Agama No SE 05 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala.
Aturan ini, tulis surat edaran itu, diterbitkan salah satunya untuk meningkatkan ketenteraman, ketertiban, dan keharmonisan antarwarga. Demi menciptakan hal-hal itu, maka salah satu isi di surat edaran tersebut ialah mengatur tentang volume pelantang suara (banyak juga yang menyebut pengeras suara) paling besar 100 dB (seratus desibel).
Menaikkan volume pelantang suara untuk azan, bacaan Al-Quran, dan lain-lain di atas 100 dB dianggap melanggar. Maka, pelanggar surat edaran akan ditegur, diperingatkan, atau bisa saja dilakukan pencabutan pelantang suara luar dari masjid dan musala.
Ada beragam respons dari publik atas surat edaran itu. Ada yang menganggap negara telah menghalang-halangi warganya untuk menjalankan ibadah sesuai keyakinannya. Tapi, banyak pula yang menyambut poisitif surat edaran itu dan menyebutnya sebagai bentuk kehadiran negara.
Untungnya, pro-kontra itu tidak berlarut. Boleh jadi karena memang surat edaran itu efektif. Bisa juga banyak yang mulai 'kebal' dan tidak mempersoalkan lagi kelantangan suara azan. Untuk sejenak, kegaduhan di ranah publik soal azan meredup.
Hingga, dalam beberapa hari terakhir, publik kembali dibuat gaduh oleh kehadiran sesosok politikus berambut putih muncul dalam tayangan azan magrib di televisi MNC Group milik Hary Tanoesoedibjo, Ketua Umum Partai Perindo. Politikus berambut putih itu ialah Ganjar Pranowo, bakal capres yang dideklarasikan PDI Perjuangan dan didukung Partai Perindo.
Banyak yang menilai pemunculan Ganjar sebagai 'model' di tayangan azan magrib itu sebagai iklan terselubung. Tidak sedikit pula yang menganggap itu sebagai bentuk politik identitas, menunggangi azan untuk kepentingan politik. Tapi, di kalangan pendukung Ganjar, itu bukan politik identitas, melainkan potret dari keseharian Ganjar yang menurut mereka memang religius. Jadi, "Itu urusan privat seseorang yang kebetulan bernama Ganjar Pranowo," kata politikus PDI Perjuangan Kapita Ampera.
Tapi, bagi para pengamat, tampilnya Ganjar dalam tayangan azan magrib di televisi milik parpol pendukungnya sulit untuk disebut sebagai sekadar ekspresi religiositas seorang manusia. "Frekuensi televisi itu milik publik. Berarti, tayangan itu ditujukan kepada publik. Jadi, wajar kalau itu menjadi urusan publik. Dan, kemunculan Ganjar di tayangan itu jelas-jelas iklan. Menggunakan tayangan azan untuk iklan itu dilarang," kata pengamat komunikasi yang juga politikus PSI, Ade Armando.
Meletakkan azan yang sakral, untuk tujuan sakral, dalam bingkai yang sakral, kiranya bukan perkara gampang. Kesakralan azan mestinya terbebas dari tujuan mengusik orang lain oleh lantangan suara yang kelewat memekikkan. Begitu pun tayangan azan, mestinya tidak boleh dicampuri oleh tujuan politik.
Saya sepakat dengan pandangan Afaf Nasher, Direktur Eksekutif Dewan Hubungan Amerika-Islam cabang New York, yang mengatakan, "Suara azan bukan sekadar azan. Ini adalah seruan untuk persatuan, refleksi, dan komunitas."
Nasher merespons positif keputusan Wali Kota New York Eric Adams yang mengizinkan umat Islam mengumandangkan azan dengan lebih bebas setiap Jumat dan waktu magrib selama bulan suci Ramadan. Aturan itu mulai berlaku di New York, awal bulan ini.
Kalau New York yang mayoritas penduduknya, juga pemimpinnya, nonmuslim saja bisa menghormati sakralitas azan, logikanya di negeri ini, yang mayoritas penduduk dan pemimpinnya muslim, lebih bisa terjadi. Dalam sakralitas itu mestinya tidak ada politisasi atau 'gayaisasi' azan.
DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.
PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.
BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.
ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.
Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.
"DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."
MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.
“NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”
Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.
WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.
VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.
SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.
ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.
HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.
PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved