Headline
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.
BENARKAH pemeriksaan Cak Imin dalam kasus pengadaan sistem proteksi tenaga kerja Indonesia di Kementerian Ketenagakerjaan dan Transmigrasi kental dengan pengaruh politik? Jika KPK yang ditanya, pasti jawabnya tidak. Sebaliknya, kalau pihak Cak Imin atau bahkan beberapa pihak lain yang dimintai pendapat, balasannya bisa iya.
Cak Imin tengah jadi pusat perhatian. Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) bernama komplet Abdul Muhaimin Iskandar itu baru saja dideklarasikan sebagai bakal cawapres pendamping Anies Baswedan. Keduanya diusung Partai NasDem dan PKB, sementara PKS komit tetap mendukung Anies, tapi masih menunggu keputusan Majelis Syuro terkait posisi Cak Imin.
Anies dan Cak Imin atau Amin dideklarasikan di tempat yang sarat sejarah perjuangan, Hotel Majapahit, Surabaya, Sabtu (2/9). Cak Imin pun kian menjadi atensi karena pada waktu yang beriringan dia tiba-tiba harus berurusan dengan Komisi Pemberantasan Korupsi.
Cak Imin disangkutpautkan dengan kasus rasuah yang kalau diotak-atik gathuk, kalau ditimbang-timbang dengan penuh perenungan, memang sulit untuk mengatakan bahwa pemeriksaannya sebagai saksi, kemarin, cuma kebetulan. Coba kita runut. Proyek pengadaan sistem proteksi TKI di Kemenaker itu terjadi pada 2012. Sudah 11 tahun lalu.
Dirjen yang membawahi proyek saat itu, Reyna Usman, juga elite PKB. Reyna sudah menjadi tersangka. Dalam perkembangannya, nama Cak Imin ikut tersangkut dalam kapasitasnya sebagai menaker dan transmigrasi kala itu. Kata KPK, sejak Juli 2023, mereka telah mengumpulkan barang bukti. Lalu, surat perintah penyidikan keluar sebulan kemudian.
Dari urutan waktu, sepertinya KPK tak sengaja membidik Cak Imin lantaran sprindik sudah ada sebelum deklarasi di Majapahit. Betulkah tidak ada kesengajaan? Benarkah penanganan kasus itu murni penegakan hukum? Tidak adakah upaya menelikung Cak Imin dengan perkara hukum yang berarti pula menggagalkan pencalonkan Anies?
Tentu setiap pihak punya dalih pembenaran sendiri-sendiri. Jika betul, tak mungkinlah KPK berterus terang bahwa ada intervensi politik dalam penanganan perkara. Pihak Cak Imin kiranya juga wajar jika menduga-duga, menebak-nebak, bahkan yakin, haqul yakin, ada yang tidak beres. Usia perkara yang sudah 11 tahun menjadi pertanyaan pokok. Kenapa baru sekarang kasus itu diteruskan setelah lebih dari satu dekade terjadi? Kata KPK sih, pihaknya bertindak karena ada laporan dari masyarakat. Percaya? Boleh tidak, iya juga enggak apa-apa. Terserah Anda.
Intervensi politik terhadap hukum seperti ada dan tiada. Ia ada, tapi sangat sulit membuktikannya. Ia, maaf, ibarat buang angin. Bau busuknya tajam menusuk ke mana-mana, tetapi kita tak tahu siapa pelakunya. Ia selalu berada di ruang gelap, tidak pernah terang-terangan, tapi gampang dirasakan.
Masih ingat dinamika Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu? Ketika itu Sylviana Murni tetiba harus menjalani pemeriksaan Polri terkait dugaan korupsi pengelolaan dana bansos Pemprov DKI di Kwarda Gerakan Pramuka DKI tahun anggaran 2014 dan 2015. Mpok Sylvi ialah cawagub pendamping cagub Agus Harimurti Yudhoyono.
Banyak yang bersuara, pemeriksaan itu sangat politis, terlebih dilakukan ketika pencoblosan tak lama lagi. Aroma politik semakin tajam ketika kasusnya tiba-tiba lenyap, tak jelas ending-nya, setelah Mpok Sylvi kalah.
Di tengah hiruk-pikuk persiapan Pilkada Kota Surabaya 2015, calon wali kota petahana Tri Rismaharini sekonyong-konyong dikabarkan telah ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan penyalahgunaan wewenang terkait pemindahan kios di Pasar Turi. Status itu mengemuka setelah Kejati Jawa Timur mengaku menerima surat perintah dimulainya penyidikan dari Polda Jatim sejak 30 September 2015.
Politisi ramai, publik heboh. Namun, ujug-ujug pula, pada 26 Oktober 2015, Polda Jatim menerbitkan surat perintah penghentian penyidikan atas nama Risma. Statu tersangkanya gugur, Risma melenggang dan menang telak dalam pilkada.
Kecuali koruptor dan calon koruptor, kita semua pasti sepakat korupsi ialah musuh besar yang mesti dihabisi. Siapa pun dia, apa pun jabatan dan statusnya, pantang dibiarkan semena-mena berlaku korup. Itulah penegakan hukum yang seharusnya, yang semata berpijak pada keadilan, bukan pada kepentingan lain, apalagi politik. Terlalu idealis, ya?
Publik, setidaknya saya, berharap KPK masih tegak lurus pada hukum. Rakyat, paling tidak saya, perlu bukti bahwa KPK tak di bawah ketek politik. Kalau KPK bersemangat memeriksa Cak Imin, gagah nian jika mereka juga gigih menghidupkan lagi kasus-kasus lama yang melibatkan orang-orang berkuasa. Perkara KTP-E, umpamanya. Berani?
KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.
DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.
PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.
BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.
ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.
Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.
SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.
"DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."
MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.
“NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”
Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.
WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.
VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.
SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.
ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.
HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved