Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
ATMOSFER politik negeri ini disesaki oleh aktivitas partai politik. Aktivitasnya itu menjadi barometer kualitas demokrasi. Kata Schattschneider, demokrasi tidak dapat hidup dengan baik dan layak tanpa kehadiran partai politik.
Partai politik itu, menurut Max Weber, ialah anak kandung demokrasi. Ada dua kegiatan partai yang menyedot perhatian publik saat ini. Pertama, rekrutmen calon anggota legislatif dari tingkat pusat sampai kabupaten/kota. Kedua, rekrutmen bakal calon presiden dan wakil presiden. Tidak ada seorang pun mengisi kedua posisi itu tanpa melalui partai politik.
Terdapat 9.919 orang masuk ke daftar calon sementara yang diumumkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 19 Agustus 2023. Akan tetapi, calon anggota legislatif yang diajukan 18 partai politik itu kalah pamor jika dibandingkan dengan capres-cawapres.
Capres-cawapres menjadi topik paling menarik didiskusikan dari tingkat elite sampai warung kopi. Meski demikian, setelah ada kepastian nama bakal capres, perhatian publik pun bergeser kepada bakal cawapres yang selama ini dikenal sebagai ban serep.
Bakal cawapres yang resmi dideklarasikan ialah Muhaimin Iskandar untuk mendampingi bakal capres Anies Baswedan. Keduanya dideklarasikan oleh Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) di Hotel Majapahit, Surabaya, Sabtu (2/9/). Dua bakal capres lainnya masih jomblo, yaitu Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.
Jabatan wapres disebut sebagai ban serep. Ibarat ban serep mobil, wapres berfungsi ketika presiden berhalangan. Ban serep itu tetap diletakkan pada tempatnya sepanjang ban utama masih berfungsi dengan baik.
Meski berfungsi sebagai ban serep, posisi cawapres tetap dikejar sampai melampaui akal sehat. Ketika bakal capres dan bakal cawapres masih sejalan, mereka saling memuji. Tatkala berpisah jalan, muncul tudingan pengkhianatan. Itu namanya politik poco-poco, maju memuji mundur mengumpat.
Posisi bakal akan menentuan kemenangan dalam Pemilu 2024 karena elektabilitas bakal calon presiden yang terekam dalam berbagai survei masih beda-beda tipis.
Faktor-faktor yang menjadi penentu seseorang dilamar menjadi bakal cawapres ialah elektabilitas, dukungan partai politik, kesiapan logistik, dan kecocokan pribadi antara bakal capres dan bakal cawapres.
Bakal cawapres diharapkan menjadi penentu kemenangan di daerah dengan jumlah pemilih terbanyak. KPU menetapkan daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2024 sebanyak 204.807.222 orang pada 2 Juli 2023.
Dari DPT yang telah ditetapkan, pemilih di enam provinsi di Pulau Jawa mencapai 56,33% dari total pemilih nasional. Rinciannya, pemilih di Jawa Barat 35.714.901 pemilih, Jawa Timur 31.402.838, Jawa Tengah 28.289.413, Banten 8.842.646, DKI Jakarta 8.252.897, dan DI Yogyakarta 2.870.974. Provinsi di luar Pulau Jawa yang memiliki jumlah pemilih masuk lima besar ialah Sumatra Utara dengan 10.853.940 pemilih.
Sebaran data pemilih itu mengonfirmasikan bahwa Jawa masih menjadi penentu kemenangan. Siapa pun capres-cawapres yang menguasai Jawa akan berpotensi besar memenangi Pilpres 2024.
Elok nian bila partai politik tidak hanya mengedepankan fungsi rekrutmen. Peran lain yan mestinya dijalankan secara saksama ialah sebagai sarana pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Selain itu, partai politik hendaknya tetap tegak lurus atas perannya sebagai penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat.
Pendidikan politik dan perekat kebangsaan sangat dibutuhkan saat ini tatakala menjelang Pemilu 2024, politik identitas masih digunakan secara vulgar. Kata Donald L Morowitz, politik identitas merupakan suatu pemberian label atau garis yang tegas untuk siapa yang akan dipilih atau siapa yang akan ditolak.
Harus tegas dikatakan bahwa politik identitas itu telah menegasikan hakikat politik sebagai jalan kemuliaan untuk menghadirkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat.
Polarisasi masyarakat masih dirasakan dalam label cebong dan kamparet. Mestinya, tugas partai politik untuk menolak pembelahan dengan mengatakan selamat tinggal cebong dan kampret.
Dalam perspektif itulah, patut diapresiasi pidato politik Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh saat deklarasi Anies-Muhaimin. ”Hari ini, kita ucapkan selamat tinggal pada politik cebong dan kampret yang memang mengadu domba, memecah belah, dan merusak semua sistem nilai kebangsaan. Tentunya selamat datang politik kebinekaan yang mempersatukan semua elemen secara kukuh di negeri tercinta ini,” kata Surya Paloh.
KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.
PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future
USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.
BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.
PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.
KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,
ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.
TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.
FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.
JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.
SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.
'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.
VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.
BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima
IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.
ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved