Headline

Bansos harus menjadi pilihan terakhir.

Petaka Beras

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
02/8/2023 05:00
Petaka Beras
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

ANTREAN orang untuk memborong beras mengular pada akhir pekan lalu. Komoditas pangan itu pun raib dari rak-rak di sejumlah supermarket di berbagai wilayah. Mereka, yang panik dan takut harga beras bakal terus membubung, rela berdesak-desakan memburu belasan karung berisi beras untuk setok beberapa waktu ke depan.

Jangan salah, situasi di atas bukan terjadi di negeri ini. Kondisi itu, kini melanda Amerika Serikat, negeri dengan skala ekonomi terbesar di kolong langit. Situasi panik melanda 'Negeri Paman Sam' itu setelah India mengumumkan menyetop ekspor beras nonbasmati ke seluruh penjuru dunia, mulai dua pekan lalu. Padahal, India ialah salah satu pemasok beras terbesar di seluruh dunia dengan pasokan 25% dari total kebutuhan beras dunia.

Maka, terjadilah 'kiamat' beras di sejumlah tempat. Di Texas, sebagaimana dilaporkan NBC, konsumen tiba-tiba membeli beras dalam jumlah besar untuk menghindari kekurangan pasokan dan potensi kenaikan harga (inflasi). Di toko-toko di Dallas-Fort Worth, pelanggan memborong beras hingga mengosongkan rak dan menunggu dalam antrean panjang untuk menimbun beras.

Mereka sangat ingin membeli 10, 12, 15 tas beras. Sang pemilik toko menggambarkan situasi tersebut sebagai 'benar-benar gila'. Sejumlah analis memperkirakan, dalam dua hingga tiga bulan ke depan, akan terjadi kelangkaan beras di AS. Apalagi, negeri itu amat bergantung pada beras dari India. Bahkan, di New Mexico, sejumlah kelangkaan malah sudah terjadi.

Rasa waswas juga mulai merembet ke Singapura. Apalagi, negeri tetangga Indonesia itu menggantungkan 40% kebutuhan berasnya (termasuk 17% beras nonbasmati) dari India. Otoritas Singapura pun kian gencar melobi India agar memberi perlakuan khusus kepada Singapura. Namun, sejauh ini, upaya itu belum membuahkan hasil.

India ialah pengekspor beras terbesar di dunia. Negara itu telah melarang beberapa penjualan beras nonbasmati, yang menyumbang sekitar 25% ekspor utamanya, ke luar negeri sejak awal pekan lalu. Kementerian Urusan Konsumen dan Makanan India mengatakan larangan ekspor ditempuh untuk memastikan ketersediaan pangan di dalam negeri dan untuk menahan laju inflasi.

Petaka beras kian nyata mengancam bumi setelah sejumlah negara mulai mengikuti langkah India. Akhir pekan lalu, Uni Emirat Arab dan Rusia telah melarang ekspor semua varietas beras selama beberapa bulan ke depan, termasuk beras asal India.

Perusahaan UEA yang ingin mengekspor atau mengekspor kembali beras harus meminta izin Kementerian Perekonomian. Rusia juga akan melarang ekspor beras dan menir hingga 31 Desember 2023. Alasannya, untuk menjaga stabilitas di pasar domestik. Proporsi UEA dan Rusia dalam ekspor beras dunia memang tidak begitu signifikan jika dibandingkan dengan India, tetapi tetap bisa menambah parah petaka. 'Negeri Hindustan' itu ialah eksportir beras nomor satu, disusul Thailand dan Vietnam.

Kekurangan pasokan beras dunia mestinya bisa diisi oleh Indonesia. Namun, sayang seribu sayang, jangankan untuk memasok kebutuhan dunia, untuk kebutuhan dalam negeri saja kita kerap kekurangan. Benar bahwa beberapa kali kita pernah mencapai swasembada beras. Namun, dalam beberapa dasawarsa terakhir, kita kerap mengimpor beras karena pasokan beras di Tanah Air tidak sanggup memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan tingkat konsumsi beras kita, baik untuk kebutuhan orang per orang maupun untuk industri, rata-rata lebih dari 35 juta ton per tahun. Angka itu menempatkan Indonesia sebagai konsumen beras terbesar keempat di dunia setelah Tiongkok, India, dan Bangladesh.

Padahal, produksi beras kita tidak sampai 35 juta ton dalam setahun. Namun, produksi sebesar itu bisa dicapai dalam situasi tidak terlalu banyak bencana yang berdampak pada naiknya tingkat gagal panen.

Dalam kondisi ancaman bencana, produksi beras kita sangat berat untuk bisa mencapai 33 juta ton, apalagi 35 juta ton. Belum lagi, mulai bulan ini hingga bulan depan, sebagaimana peringatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, kita bakal terkena puncak El Nino. Itu ialah bencana kekeringan hebat, yang dampaknya lebih dahsyat daripada kekeringan serupa yang pernah terjadi di 2019.

Situasi seperti itu bukan mustahil bakal memicu kelangkaan beras di dalam negeri. Bila sampai kekurangan pasokan beras dunia kian menjadi-jadi dan 'bersekutu' dengan El Nino, ancaman petaka beras di negeri ini bukanlah isapan jempol belaka. Bukan tidak mungkin, kita akan berebut beras dalam beberapa bulan ke depan karena susah mendapatkan beras di pasar global, juga karena paceklik beras di negeri sendiri.

Beras ialah komoditas pokok amat sensitif di sejumlah negara, lebih-lebih di Indonesia. Komoditas pangan ini bisa saja bersalin rupa menjadi komoditas politik bila kelangkaan yang diikuti lonjakan harga terjadi. Karena itu, wahai pemerintah, cawe-cawelah, waspadalah. ***



Berita Lainnya
  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.

  • Macan Kertas Pertimbangan MK

    21/7/2025 05:00

    ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.