Headline
Bansos harus menjadi pilihan terakhir.
JUDUL tulisan ini tidak hendak memperbandingkan dua infrastruktur berskala besar tersebut. Karena itu, yang dipilih ialah kata 'dan', bukan 'atau', 'versus', atau diksi lainnya yang maknanya perbandingan karena sesungguhnya Jakarta International Stadium (JIS) di Jakarta Utara dan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati di Majalengka memiliki nasib yang hampir sama.
Kita mulai dari BIJB Kertajati. Secara teknis bandara itu tidak ada kurang-kurangnya. Dengan luas lahan hingga 1.800 hektare, ia diyakini menjadi bandara terbesar kedua di Indonesia setelah Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Belum lagi ditambah landasan pacu yang panjangnya mencapai 3.000 meter. Pesawat berbadan lebar seperti Boeing 777 atau Airbus A380 kiranya tak sulit mendarat dan mengudara dari situ.
Desainnya modern, tapi tidak lupa mengadopsi kearifan budaya lokal dalam porsi besar. Di terminal utama yang memiliki luas 121.000 meter persegi, atap dengan bentuk burung merak begitu mendominasi pandangan. Selain itu, elemen-elemen budaya Jawa Barat disematkan dalam konsep desain interior terminal penumpang. Pokoke jos tenan, kalau kata orang Jawa.
Namun, semua keunggulan dan kemegahan Bandara Kertajati itu seolah tenggelam selama lima tahun ini. Sejak diresmikan pada 24 Mei 2018 hingga saat ini, praktis nyaris tidak ada aktivitas penerbangan besar, terutama komersial, di bandara tersebut. Barangkali, penerbangan untuk mengangkut jemaah haji 2023 beberapa waktu lalu ialah satu-satunya 'prestasi' besar lapangan terbang itu.
Sebagai bandara yang diproyeksikan untuk menggantikan fungsi Bandara Husein Sastranegara, Bandung, ia terkendala oleh akses. Jarak Kota Bandung ke Kertajati kurang lebih 180 km. Kalau tanpa akses langsung, jarak itu akan memakan waktu tempuh sekitar 2,5 jam. Hampir mustahil untuk menggiring warga Bandung dan sekitarnya mau berlelah-lelah di jalan selama 2,5 jam hanya untuk menuju bandara.
Nasib serupa dialami JIS. Dengan lahan seluas 26 hektare dan kapasitas kursi penonton hingga 82 ribu orang, menurut situs Tfcstadiums.com, JIS ialah stadion terbesar kelima di Asia saat ini. Di Indonesia, secara kapasitas ia bahkan mengalahkan Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) Senayan, Jakarta.
Tak cuma besar, JIS megah, modern, dan ditunjang beragam fasilitas bertaraf internasional. JIS menjadi stadion pertama di Indonesia yang menggunakan rumput hybrid turf. Atap stadion canggih, bisa dibuka tutup sehingga dapat digunakan dalam cuaca apa pun. Ia sudah serupa dengan beberapa stadion elite di Eropa dan Asia, seperti Amsterdam Arena (Johan Cruyff Arena) di Belanda, Millenium Stadium di Wales, dan Sappooro Dome di Jepang.
Karena itu, agak aneh ketika tempo hari ada yang menyebut dirinya ahli rumput memberikan rekomendasi ke pemerintah agar mengganti atap JIS. Menurut dia, atap JIS yang terlalu menjorok menghalangi sinar matahari masuk ke stadion sehingga mengganggu pertumbuhan rumput. Ya, mudah-mudahan itu cuma rekomendasi guyon-guyonan sehingga tak perlu ditanggapi sama sekali.
Kembali ke nasib JIS. Dengan segala kemegahan dan kecanggihan teknologi itu, seperti Kertajati, JIS juga hampir saja 'terbengkalai'. Memang baru berumur jelang setahun, sih, JIS diresmikan pada 25 Juli 2022. Namun, naga-naga bahwa stadion itu dipinggirkan sudah tampak sejak awal. PSSI, misalnya, tampak betul seperti alergi dengan JIS.
Entahlah, meski saya tak ingin membahasnya lebih jauh, aroma politik memang sangat kentara mewarnai 'penolakan' terhadap JIS. Tentu ada persoalan lain seperti beberapa hal teknis minor di dalam stadion dan pembangunan kawasan di luar stadion serta akses menuju stadion yang belum optimal. Namun, faktor-faktor itu kiranya tidak sebesar faktor politisnya. Alhasil, seperti saya katakan di atas, JIS hampir saja dibiarkan terbengkalai.
Namun, JIS pada akhirnya mendapat momentum baik, tahun ini. Dengan segala polemiknya, stadion itu disebut telah dicalonkan sebagai salah satu venue untuk penyelenggaraan Piala Dunia U-17, Oktober-November 2023. Artinya, kalau nanti FIFA menyetujui, JIS akan benar-benar 'menjalankan fungsinya' sebagai arena pertandingan sepak bola, bukan lagi sebagai arena pertarungan kepentingan politik antara yang pro-JIS dan anti-JIS.
Pada saat yang sama, BIJB Kertajati juga menemukan momentum setelah Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) diresmikan Presiden Jokowi, Selasa (11/7) lalu. Tol itulah yang akan memperpendek waktu tempuh Bandung-Kertajati dari semula 2,5 jam menjadi cukup 1-1,5 jam. Karena alasan itu, Presiden sudah menginstruksikan BIJB Kertajati mulai beroperasi menggantikan Bandara Husein Sastranegara pada Oktober 2023.
Dua karya hebat anak bangsa, yang tadinya sempat dikhawatirkan bakal teronggok, salah satunya karena polemik yang tak jelas, sebentar lagi akan beroperasi sesuai dengan fungsi mereka. Apakah setelah ini polemik masih perlu diperpanjang? Itu pilihan. Saya justru tak sabar menunggu bisa menikmati kecanggihan dan kelengkapan fasilitas dua infrastruktur megah itu.
KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.
PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future
USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.
BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.
PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.
KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,
ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.
TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.
FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.
JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.
SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.
'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.
VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.
BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima
IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.
ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved