Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
DI antara sekian banyak pemain politik di Republik ini, kiranya ada empat politikus yang sedang gelisah. Di antara 270 juta penduduk negeri ini, barangkali ada empat orang yang terus berharap-harap cemas.
Keempat orang politikus itu bolehlah kita sebut Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Puan Maharani, dan Airlangga Hartarto. Mereka gelisah, harap-harap cemas, karena menunggu kepastian sikap Joko Widodo. Sikap bukan sembarang sikap karena terkait dengan kesempatan mereka untuk berkompetisi di Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2024.
Jokowi memang tak bisa lagi berkontestasi. Dia sudah dua periode menjadi presiden. Konstitusi yang direvisi sebagai amanah reformasi jelas dan tegas menggariskan, presiden hanya boleh berkuasa maksimal dua kali masa jabatan. Tidak boleh lebih barang semenit pun.
Namun, suka tidak suka mesti diamini, posisi Jokowi masih tinggi. Jokowi memang tak bisa lagi menjadi orang nomor satu, tetapi dia punya kekuatan besar untuk mengkreasi pengganti dirinya. Istilah kerennya king maker.
Dalam Pilpres 2019, Jokowi yang berpasangan dengan Ma'ruf Amin meraup 85.607.362 atau 55,50% suara. Jumlah itu banyak, sangat banyak. Hasil sigi sejumlah lembaga survei juga menunjukkan, jika masih bisa maju di Pilpres 2024, Jokowi paling berpeluang menang. Elektabilitasnya masih yang terdepan kendati tingkat kepuasan publik terhadapnya menurun.
Karena itu, wajar, sangat wajar, jika restu Jokowi sangat dinanti.
Dukungannya amat ditunggu, dan mereka yang tengah menunggu restu dan dukungan itu utamanya ialah Prabowo, Ganjar, Puan, dan Airlangga. Meski bukan satu-satunya, faktor Jokowi ikut menentukan jadi tidaknya mereka nyalon atau menang kalahnya di pilpres. Tak mengherankan jika mereka sering caper, cari perhatian, kepada Jokowi.
Prabowo yang menjabat Menteri Pertahanan berulang kali memuji setinggi langit eks rivalnya di Pilpres 2014 dan 2019 itu. "Saya jadi saksi, saya lihat beliau salah satu pimpinan Indonesia yang paling keras kerjanya," begitu salah satu sanjungan Prabowo kepada Jokowi.
Pun dengan Ganjar. ‘Salah satu yang membuat saya dan mungkin yang lainnya tidak merasa kikuk atau berjarak dengan Presiden @jokowi adalah penampilan beliau yang sederhana. Penampilan seperti kita-kita ini. Kemeja putih, celana hitam. Ibu Iriana juga demikian. Benar-benar santai’, cicitnya suatu kala. "Namun, kalau soal kerja, wah, jangan ditanya. Penginnya gas terus," kata Ganjar.
Airlangga setali tiga uang. Barangkali yang tak terlalu sering memuji Jokowi hanya Puan.
Sah-sah saja mereka menebar daya pikat. Boleh-boleh saja mereka merayu Jokowi dengan beragam kiat. Pertanyaannya, siapa yang akan direstui dan didukung Jokowi? Itulah yang jadi soal.
Hingga kini, Jokowi belum menjatuhkan pilihan hatinya. Dia masih sekadar menyalakan sinyal, baru sebatas memberikan kode. Itu pun masih samar, malah berubah-ubah. Pada Rakernas V Pro Jokowi (Projo) di Borobudur, Magelang, 21 Mei 2022, sinyal dan kode dukungan diarahkan untuk Ganjar.
“Urusan politik? Ojo kesusu sik. Jangan tergesa-gesa,” kata Jokowi ketika itu. Lalu disambung, “Meskipun..meskipun mungkin yang kita dukung ada di sini.” Ganjar hadir di acara itu. Kata 'kita' yang diucapkan Jokowi berarti termasuk dirinya. Apakah itu berarti Jokowi mendukung Ganjar? Bolehlah hati Ganjar berbunga-bunga. Tak cuma sekali Jokowi memberikan kode yang dipersepsikan sebagai dukungan untuk Ganjar.
Persoalannya, sinyal dukungan dihidupkan pula buat Prabowo, Puan, dan Airlangga. Tak cuma sekali, juga berulang kali. Bahkan, baru-baru ini Jokowi menyebut Pilpres 2024 jatah Prabowo. Kode keras itu disampaikan Jokowi di HUT Perindo, Senin (7/11). "Saya ini dua kali wali kota di Solo menang, kemudian ditarik ke Jakarta, gubernur sekali menang. Kemudian, dua kali di pemilu presiden juga menang. Mohon maaf, Pak Prabowo. Kelihatannya setelah ini jatahnya Pak Prabowo," ujar Jokowi. Kali ini, bolehlah Prabowo yang bungah.
Akan tetapi, sekali lagi, semua itu baru isyarat. Dia boleh jadi ingin menyenangkan semua orang. Karena itu, kiranya Prabowo, Ganjar, Puan, dan Airlangga tak perlu terlalu ge er, gede rasa, ketika mendapat kode dari Jokowi. Ge er tidak selamanya baik. Lebih baik biasa saja.
Mereka tak perlu pula baper, bawa perasaan, ketika sinyal dukungan diberikan Jokowi untuk yang lain. Baper bisa berdampak negatif, hanya buang-buang waktu, gampang berprasangka buruk, dan bisa makan hati. Hati ayam sih enak, tapi kalau hati sendiri siapa yang doyan?
Untuk Pak Jokowi, dukungan Bapak memang akan sangat berarti. Namun, apakah tidak lebih baik Bapak memberikan restu kepada semua kandidat, bahkan Anies Baswedan sekalipun? Sebagai presiden, bersikap netral lebih elok, lebih arif, dan lebih terhormat.
SBY pernah mencontohkan hal itu di Pilpres 2014. Dia tak mendukung Prabowo atau Jokowi, kendati partainya, Partai Demokrat, mengusung Prabowo-Hatta Rajasa. Dia ingin mengantarkan transisi kekuasaan sedemokratis dan sedamai mungkin.
Perbedaan antara politikus dan negarawan ialah politikus hanya memikirkan pemilihan umum, sedangkan negarawan memikirkan generasi akan datang. Begitu penulis Amerika James Freeman Clarke bilang, “Saya tidak tahu apakah Pak Jokowi ingin mengakhiri kepemimpinannya sebagai politikus atau negarawan.”
KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,
ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.
TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.
FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.
JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.
SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.
'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.
VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.
BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima
IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.
ANDAI pemohon tidak meninggal dunia, kontroversi soal boleh-tidak wakil menteri (wamen) merangkap jabatan komisaris, termasuk merangkap pendapatan, bisa segera diakhiri.
MANA yang benar: keputusan Amerika Serikat (AS) mengurangi tarif pajak resiprokal kepada Indonesia dengan sejumlah syarat merupakan keberhasilan atau petaka?
PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.
SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).
Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.
TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved