Headline

Presiden sebut negara butuh kepolisian tangguh, unggul, bersih, dan dicintai rakyat.

Fokus

Puncak gunung-gunung di Jawa Tengah menyimpan kekayaan dan keindahan alam yang luar biasa.

Sang Intelektual Sejati Menuju Keabadian

Ade Alawi Dewan Redaksi Media Group
20/9/2022 05:00
Sang Intelektual Sejati Menuju Keabadian
Ade Alawi Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

PADA periode 1993-1998 sebuah kementerian membuat kebijakan baru. Di atas kertas bagus, tetapi dalam pelaksanaannya kocar-kacir karena sistemnya tidak siap. Kebijakan tersebut diimplementasikan tergesa-gesa tanpa uji coba yang matang. Ibarat pepatah, jauh panggang dari api kebijakan itu, padahal menyangkut hajat hidup orang banyak.

Di sejumlah daerah kebijakan tersebut menimbulkan permasalahan karena sistemnya baru. Suara-suara protes dari masyarakat pengguna menguar.

Media Indonesia langsung menyambar informasi tersebut menjadi berita utama di halaman 1 (headline). Sang menteri berang meskipun berita tersebut cover both side dari fakta di lapangan (pengguna) dan seorang dirjen yang membawahi proyek tersebut. Beberapa kali Media Indonesia memburu sang menteri berlatar belakang militer untuk diminta konfirmasi selalu ditolak. Pak Menteri emoh diwawancarai Media Indonesia.

Tiba-tiba redaktur saya di edisi Minggu meminta saya untuk mewawancarai menteri yang berkacamata itu untuk mengisi rubrik wawancara yang berisi narasumber yang menjadi buah bibir (news maker). "Dek, kau kejar menteri itu. Aku enggak mau tahu kau harus dapat. Tak ada alternatif narasumber untuk tampil 1/2 halaman di koran edisi Minggu besok. Hanya dia. Kau harus dapat meski sebelumnya jurnalis kita yang ngepos di kementeriannya selalu ditolak," ujar redakturku yang ganteng dan berambut kribo itu.

Menghadapi redakturku yang satu itu tidak ada alasan ngeles, apalagi ‘menyerah sebelum bertanding’. "Oke, Bang, siap," kataku percaya diri, padahal belum tahu bagaimana caranya menembus sang menteri.

Perintah redakturku datang pada Kamis, sementara tenggat (deadline) pada Sabtu siang pukul 12.00 WIB. Jadi, hanya punya waktu sehari (Jumat) untuk memburu sang menteri.

Sehabis salat Jumat di Istiqlal saya merapat ke kementerian yang berkantor di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, itu. Dengan kebingungan bagaimana cara menembusnya karena sebelumnya sang menteri menyatakan tak bisa menerima wawancara Media Indonesia (banned) gara-gara sang menteri merasa kecewa dengan pemberitaan tersebut.

Gusti Allah Maha Penyayang. Tiba-tiba saya bertemu dengan Prof Dr Azyumardi Azra, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 1998-2006, di lobi kementerian. "Hai, Dek, ngapain di sini?" tanyanya heran karena baru pertama kali ketemu di kementerian tersebut. Sebelumnya biasa bertemu di Kampus UIN di Ciputat, Tangerang Selatan. "Kak Edi, tolong bantu wawancara Pak Menteri secara eksklusif karena sebelumnya rekan saya dari Media Indonesia ditolak," kataku. 

Aku menyapa Guru Besar Ilmu Sejarah UIN Jakarta yang pada 2022 menjadi Ketua Dewan Pers itu dengan panggilan ‘Kak Edi’ karena semua juniornya di kampus pembaharu menyapanya dengan panggilan akrab tersebut.

Setelah kujelaskan permasalahannya tanpa ba bi bu lagi aku dibawa ke lantai 2 ruangan menteri berkantor. "Tunggu bentar, Dek, saya masuk ke ruangan Pak Menteri," pintanya.

Hanya 5 menit di dalam tokoh pluralis yang mendapat penghargaan Commander of the Most Excellent Order of the British Empire (CBE) dari Kerajaan Britania Raya (2010) keluar. "Dek, masuk!" katanya. "Saya bebas tanya apa saja seputar masalah itu, ya, Kak," kataku. "Iya, bebas. Tanya apa saja," katanya sambil mempersilakan saya masuk. Setelah itu, senior yang kukagumi itu keluar dari ruangan menteri.

Ternyata minta tolong ke tokoh yang dinobatkan sebagai penulis paling produktif dari Penerbit Mizan (2002) itu tidak sia-sia. Jalan lapang terbentang. "Oh, kamu adiknya Prof Azra, ya. Mau tanya apa?" kata Pak Menteri menyambut duluan dengan ramah. Wawancara pun lancar jaya ditemani secangkir teh manis. Pak Menteri dengan lantang menjawab. Tak terasa wawancara berlangsung sejam lebih. "Alhamdulillah ya Allah berhasil," kataku dalam hati seusai meninggalkan ruangan menteri menuju musala di kompleks kementerian untuk menunaikan salat Asar.

Kak Edi ialah sumur keteladanan. Gagasan besarnya tentang keislaman, kebangsaan, dan keindonesiaan melintas batas. Begitu pula kritik tajamnya pada kekuasaan tak sungkan dia sampaikan. Peneliti senior Burhanuddin Muhtadi menyebut Prof Azra sebagai ‘intelektual paripurna’. Haqqul yakin beliau memang intelektual paripurna. Intelektual sejati yang memiliki integritas. Antara kata dan perbuatan seiring dan sejalan. Kini, tokoh transformasi UIN Jakarta itu berpulang. Selamat jalan, Kak Edi. Bangsa dan dunia ini menyayangimu, tapi Sang Khaliq, penguasa langit dan bumi, lebih menyayangimu. Sang profesor menuju keabadian dengan kemuliaan dan pemikiran besar yang ditinggalkannya. Insya Allah husnulkhatimah. Tabik!



Berita Lainnya
  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

  • Presiden bukan Jabatan Ilmiah

    22/6/2025 05:00

    PEMBICARAAN seputar syarat calon presiden (capres) bergelar sarjana terus bergulir liar.

  • Bersaing Minus Daya Saing

    21/6/2025 05:00

    Lee sempat cemas. Namun, ia tak mau larut dalam kegalauan.

  • Sedikit-Sedikit Presiden

    20/6/2025 05:00

    SEKITAR enam bulan lalu, pada pengujung 2024, Presiden Prabowo Subianto memutuskan untuk membatalkan penaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% untuk mayoritas barang dan jasa.

  • Jokowi bukan Nabi

    19/6/2025 05:00

    DI mata pendukungnya, Jokowi sungguh luar biasa. Buat mereka, Presiden Ke-7 RI itu ialah pemimpin terbaik, tersukses, terhebat, dan ter ter lainnya.

  • Wahabi Lingkungan

    18/6/2025 05:00

    SEORANG teman bilang, ‘bukan Gus Ulil namanya bila tidak menyampaikan pernyataan kontroversial’.

  • Sejarah Zonk

    17/6/2025 05:00

    ORANG boleh pandai setinggi langit, kata Pramoedya Ananta Toer, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  

  • Tanah Airku Tambang Nikel

    16/6/2025 05:00

    IBU Sud dengan nama asli Saridjah Niung menciptakan lagu Tanah Airku pada 1927. Syairnya punya kekuatan magis, 'Tanah airku tidak kulupakan / ’kan terkenang selama hidupku'.

  • Keyakinan yang Merapuh

    14/6/2025 05:00

    PEKAN lalu, saya menyimak cerita dari dua pedagang mobil bekas dalam kesempatan berbeda.

  • Lebih Enak Jadi Wamen

    13/6/2025 05:00

    LEBIH enak mana, jadi menteri atau cukup wakil menteri (wamen)? Menjadi menteri mungkin tampak lebih keren dan mentereng karena ia menjadi orang nomor satu di kementerian.

  • Enaknya Pejabat Kita

    12/6/2025 05:00

    "TUGAS utama kami adalah mewakili rakyat, jadi tak pantas rasanya jika kami diistimewakan atau mendapatkan banyak fasilitas atau gaji tinggi.''

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik