Headline

Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.

Psikologi Resesi

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
23/7/2022 05:00
Psikologi Resesi
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

EKONOMI Sri Lanka ambruk. Pakistan, India, Brasil, Argentina, Afrika Selatan, dan 20 negara lainnya berada dalam bayang-bayang kebangkrutan. Kejutan-kejutan besar ekonomi itu memicu imajinasi sebagian orang untuk membawanya ke situasi di Indonesia.

Survei dari lembaga kajian ekonomi, Visual Capitalist, melaporkan sebanyak 25 negara di dunia terancam mengalami kebangkrutan. Mereka kesulitan keuangan untuk menambal cadangan devisa dan membayar utang. Inflasi yang mencekik leher buah dari terkereknya harga pangan dan energi kian menambah runyam keadaan.

Sri Lanka apalagi. Krisis bahan bakar minyak terjadi karena negara berpenduduk 22 juta jiwa itu tidak memiliki cukup mata uang asing untuk membayar impor barang-barang pokok, termasuk bensin dan solar. Kekurangan bahan makanan dan bahan bakar menyebabkan harga melambung tinggi. Inflasi mencapai 30%.

Depresi ekonomi pun terjadi. Pemadaman listrik dan kurangnya obat-obatan membawa sistem kesehatan ke ambang kehancuran. Cadangan mata uang asing hampir habis. Pada Mei 2022, Sri Lanka gagal membayar utang luar negeri untuk kali pertama sepanjang sejarah.

Banyak ahli mengatakan penyebab krisis Sri Lanka sebenarnya ialah salah urus ekonomi. Bermula dari akhir perang saudara 2009, saat Sri Lanka memilih lebih fokus menyediakan barang untuk pasar domestik daripada mencoba memasoknya ke luar negeri. Jadi, pendapatan dari ekspor tetap rendah, sedangkan tagihan impor terus bertambah.

Sri Lanka sekarang mengimpor US$3 miliar (Rp45 triliun), lebih banyak daripada ekspornya setiap tahun. Alhasil, Sri Lanka bangkrut karena kehabisan mata uang asing. Pada akhir 2019, Sri Lanka memiliki cadangan mata uang asing US$7,6 miliar (Rp114 triliun). Pada Maret 2020 turun menjadi US$1,93 miliar (sekitar Rp29 triliun). Lalu, baru-baru ini pemerintah mengatakan hanya memiliki sisa cadangan US$50 juta (Rp750 miliar).

Pemerintah Sri Lanka juga memiliki utang besar dengan negara-negara lain, termasuk Tiongkok, untuk mendanai proyek infrastruktur yang menurut para kritikus dinilai tidak perlu. Pemerintah Sri Lanka memiliki utang luar negeri US$51 miliar (Rp764 triliun). Tahun ini, Sri Lanka diminta membayar US$7 miliar (Rp105 triliun) dan jumlah yang sama untuk tahun-tahun mendatang.

Fakta-fakta itulah yang menyebabkan sebagian orang mengaitkan ambruknya ekonomi Sri Lanka dan ancaman kebangkrutan ekonomi 25 negara lainnya. Apalagi, beberapa negara yang berada dalam bayang-bayang kebangkrutan tersebut memiliki skala ekonomi yang tidak jauh berbeda daripada Indonesia (Brasil, India, Argentina, Afrika Selatan, dan Pakistan).

Walaupun berkali-kali Menteri Keuangan Sri Mulyani menangkis dengan menyebut bahwa Indonesia aman dari kebangkrutan ekonomi, toh bayang-bayang kengerian resesi selalu saja dihadirkan sejumlah orang. Fakta naiknya harga kebutuhan pokok, penaikan harga BBM nonsubsidi, dan ancaman krisis pangan, membuat sebagian orang menyangsikan ketahanan ekonomi kita.

Namun, lihatlah statistik kita. "Angka berbicara," kata seorang analis dalam grup pertukaran pesan. Perhitungan sementara, pertumbuhan ekonomi kita di kuartal kedua 2022 mencapai 5,1%. Inflasi sampai akhir tahun diperkirakan di kisaran 4,5% year on year. Tingkat inflasi tersebut lebih tinggi daripada target di 3%-4%. Namun, melesetnya tidak terlalu jauh. Masih dalam rentang kendali.

Kondisi APBN kita juga oke. Ada tambahan penerimaan Rp420 triliun. Rasio utang terhadap produk domestik bruto juga turun, dari 41% ke 39%. Rasio utang di APBN 2022 juga turun, dari yang direncanakan 4,85% menjadi 4,5%.

Kinerja keuangan Indonesia juga jauh lebih keren jika dibandingkan dengan Sri Lanka. Tidak mengherankan jika Bloomberg menyebut risiko resesi di Indonesia pada 2023 hanya 3% lebih rendah daripada Malaysia 10%. Bahkan, Jepang dan Korsel memiliki risiko 25%, Selandia Baru 33%.

Namun, beragam peringatan dan sikap kritis tersebut tidak boleh diabaikan begitu saja. Karena faktanya, kita masih menghadapi kesenjangan ekonomi yang menganga. Kita juga masih memiliki jutaan orang hidup dalam kemiskinan ekstrem. Yang harus kira dahulukan ialah kewaspadaan sebab badai bisa datang tiba-tiba. Angin bisa berubah kapan saja. Semuanya serbatidak terduga.

Tahun lalu kita sudah mengalami resesi. Kita sudah punya pengalaman. Asal jangan jemawa dan meremehkan psikologi tentang resesi.



Berita Lainnya
  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.

  • Tom Lembong

    24/7/2025 05:00

    VONIS untuk Thomas Trikasih Lembong dalam kasus korupsi importasi gula disikapi secara berbeda.

  • Tamparan Sahdan

    23/7/2025 05:00

    BANYAK yang bangga dengan Sahdan Arya Maulana, termasuk saya. Di usianya yang masih amat muda, 19, ia berani menolak pemberian uang yang bagi dia kurang pas untuk diterima

  • Keabadian Mahaguru

    22/7/2025 05:00

    IBARAT bunga layu sebelum berkembang, itulah sikap Rektor Universitas Gadjah Mada 2002-2007 Profesor Sofian Effendi terkait dengan dugaan ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo.