Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Iriana

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
02/7/2022 05:00
Iriana
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

SAYA dibuat takjub oleh Ibu Negara, Iriana Jokowi. Bukan semata karena keberaniannya mendampingi Presiden Joko Widodo berkunjung ke medan laga Ukraina. Saya berdecak kagum juga karena ketulusannya meratapi kepedihan akibat perang berkepanjangan.

Di layar kaca saya saksikan mata Ibu Negara Iriana Jokowi berkaca-kaca. Suaranya agak tercekat setelah ia berkata 'semoga perang segera berakhir'. Iriana tidak tahan melihat korban perang Rusia-Ukraina telah kehilangan segala-galanya.

Ibu Negara pun memeluk hangat beberapa perempuan korban perang di rumah sakit di Kiev. Itulah pelukan tulus seorang ibu, seorang perempuan, seorang manusia dengan dimensi kemanusiaannya yang terdalam.

Ia mendampingi Presiden Jokowi, menjadikannya sebagai ibu negara pertama di dunia yang berkunjung di wilayah perang. Ia menyaksikan reruntuhan gedung di Kota Irpin dengan tekad dan nyali sama persis dengan sang suami. Iriana punya tekad. "Bismillah," katanya saat menjelaskan ihwal tekadnya untuk mendampingi Presiden di Kiev.

Di kota itu, di depan reruntuhan, Iriana menyaksikan nyaris tidak ada yang patut dikenang secara indah. Saat memeluk perempuan korban perang di sebuah rumah sakit di Kiev, ia hanya mendengar tangis kepedihan dan kisah getir buah dari perang.

Tidak ada tawa yang tersisa akibat kecamuk perang itu. Kalaupun ada tawa, tentulah tawa yang getir. Seperti kata novelis Rusia kelahiran Ukraina, Nikolai Vasilevich Gogol, atau dikenal dengan Nikolai Gogol: 'dan aku akan tertawa dengan tawa yang pahit'. Kata-kata itu dipahat di batu nisan Gogol.

Tawa yang pahit itu kini dialami saudara sebangsa Nikolai Gogol, Ukraina dan Rusia. Perang, bagaimanapun, ialah manifestasi keserakahan paling telanjang. Untuk itu, tidak mengherankan bila para korban keserakahan tidak mudah melupakan trauma itu dalam kurun tertentu.

Perang juga menyemai kebencian. Saking bencinya, jejak sejarah penting bisa dihapus seketika. Tidak butuh waktu lama untuk melakukan itu. Hanya sebulan setelah serangan Rusia ke Ukraina, terjadilah proses 'derusifikasi' (penghapusan hal-hal berbau Rusia) di sejumlah bagian negara yang dipimpin Volodymyr Zelensky itu.

 

Sejumlah kota berencana memulai proses mengganti nama yang berkaitan dengan Moskow di berbagai lokasi, termasuk jalan dan monumen. Pembongkaran monumen besar dari era Soviet yang melambangkan persahabatan antara Rusia dan Ukraina di Kiev, menjadi awal proses derusifikasi yang diikuti sejumlah kota di Ukraina.

Dewan Kota Kiev mengatakan mereka telah menyusun daftar 467 lokasi yang dapat dipertimbangkan untuk diganti namanya akibat serangan Rusia ke negara itu. Wali Kota Kharkiv Ihor Terekhov mengatakan segera setelah perang dengan Rusia berakhir, ia akan mengajukan rancangan undang-undang kepada dewan kota untuk mengganti sejumlah nama tempat yang terafiliasi dengan Rusia.

"Bahkan, tanpa nama-nama ini, akan ada terlalu banyak bekas luka yang akan mengingatkan kita untuk waktu yang lama tentang tetangga seperti apa yang berada di luar perbatasan timur dan utara kita," tulis Terekhov.

Sejumlah kota di Ukraina juga berencana memulai proses penggantian nama jalan. Penghapusan hal-hal berbau Rusia juga menyasar penggantian nama alun-alun yang dinamai penulis abad ke-19 Leo Tolstoy dan jalan bernama Danau Baikal Rusia. Selain itu, sebuah jalan yang dinamai Minsk, ibu kota sekutu dekat Rusia, Belarus, juga masuk daftar hapus.

Terlalu dalam luka ditorehkan perang. Terlalu dalam pula kocek dirogoh untuk perlombaan kejayaan semu itu. Rusia butuh rata-rata Rp4 triliun per hari untuk keperluan memerangi Ukraina. Sementara itu, Ukraina butuh lebih dari Rp10 triliun (bahkan akan terus membengkak) untuk membangun kembali infrastruktur yang hancur.

Di Kiev, pesan dari seorang Ibu Negara bernama Iriana yang sederhana, dengan pesan tulus tapi menusuk, mengajak kita untuk mengakhiri itu semua. Agar derita tidak berkepanjangan. Supaya tawa tidak lagi pahit. "Merinding saya. Semoga perang segera berakhir," Iriana berharap.



Berita Lainnya
  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.

  • Cakar-cakaran Anak Buah Presiden

    30/6/2025 05:00

    VOX audita perit, littera scripta manet. Peribahasa Latin itu berarti 'suara yang terdengar itu hilang, sementara kalimat yang tertulis tetap tinggal'.

  • Zohran Mamdani

    28/6/2025 05:00

    SELANGKAH lagi, sejarah demokrasi akan dipahat di New York, Amerika Serikat.

  • Memuliakan yang (tidak) Mulia

    26/6/2025 05:00

    ACAP kali ada pejabat yang terlibat korupsi, saat itu pula muncul reaksi instan; naikkan saja gaji mereka.

  • Daya Tahan Iran

    25/6/2025 05:00

    HAMPIR tak ada negara setabah Iran. Dikepung sanksi ekonomi dari berbagai arah mata angin selama berbilang dekade, 'Negeri para Mullah' itu tetap kukuh.

  • Dunia kian Lara

    24/6/2025 05:00

    PADA dasarnya manusia ialah makhluk yang tak pernah puas. Ketidakpuasan disebabkan memiliki ambisi yang sering kali melampaui akal sehat sebagai manusia.

Opini
Kolom Pakar
BenihBaik