Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Antara Pak Harto dan Pak Jokowi

Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group
01/7/2022 05:00
Antara Pak Harto dan Pak Jokowi
Jaka Budi Santosa Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

SOAL nyali, pemimpin negeri ini boleh diuji. Nyali besar untuk menunjukkan solidaritas dan membawa pesan damai sebagai perwujudan amanah konstitusi ditunjukkan setidaknya oleh dua presiden.

Soeharto ialah presiden yang bernyali. Presiden ke-2 RI itu membuktikannya ketika mengunjungi Bosnia-Herzegovina pada 1995. Bosnia kala itu tengah terlibat perang dengan Serbia. Perang sungguhan, bukan perang-perangan.

Pak Harto bertandang untuk memberikan dukungan moral kepada rakyat Bosnia. Dia berkeras hati meski banyak yang melarang. Panglima pasukan PBB di sana pun tak mengizinkan karena risiko yang menghadang. Apalagi belum lama pesawat utusan PBB ditembak jatuh di udara Bosnia.

Namun, Pak Harto kekeh. Dalam buku Pak Harto: The Untold Stories, dikisahkan bahwa setelah berdebat, PBB akhirnya mempersilakan Pak Harto ke Sarajevo. Syaratnya, dia menandatangani surat pernyataan bahwa risiko ditanggung sendiri. Pak Harto melakukan misi kontrak mati.

Tepatnya pada 13 Maret 1995, Pak Harto berangkat dari Kroasia ke Sarajevo. Pak Harto sungguh nekat. Dia bahkan menolak mengenakan helm setelah mendarat. Dia lebih memilih memakai peci hitam sebagai penutup kepala. Dia juga tak ingin menggunakan rompi antipeluru. Padahal, siapa pun sangat rentan menjadi bidikan sniper, penembak jitu.

“Pak Harto turun dari pesawat dan berjalan dengan tenang. Melihat Pak Harto begitu tenang, moral, dan kepercayaan diri, kami sebagai pengawalnya pun ikut kuat, tenang, dan mantap. Presiden saja berani, mengapa kami harus gelisah,” tutur Sjafrie Sjamsoeddin, Komandan Grup A Paspampres kala itu yang mendampingi Soeharto.

Sejarah ditorehkan. Pak Harto menemui Presiden Bosnia-Herzegovina Alija Izetbegovic di istana kepresidenan yang kondisinya sangat memprihatinkan. Alija betul-betul senang Pak Harto benar-benar datang. Pak Harto juga senang bisa menjenguk sahabat yang sedang kesusahan.

Sejarah terulang. Kisah serupa kembali dituliskan presiden kita. Kali ini oleh Jokowi. Beda ruang dan waktu, Jokowi menunjukkan keberanian luar biasa pula.

Jokowi baru saja melakukan lawatan bersejarah. Lawatan dengan risiko supertinggi. Dia mengunjungi Ukraina, negara paling berbahaya di dunia saat ini. Negara yang sejak 24 Februari lalu porak-poranda, luluh lantak diserang habis-habisan oleh Rusia.

Ukraina dan Rusia sedang terlibat perang. Perang betulan. Bukan sekadar perang kata-kata, bukan perang diplomasi, melainkan perang adu senjata nan mematikan.

Siapa pun yang 'waras' tentu tak ingin datang ke daerah yang sedang diamuk perang. Namun, kiranya Jokowi bukan termasuk yang 'waras' itu. Dia nekat datang ke Ukraina, lalu ke Rusia. Perjalanannya tidak mengenakkan, apalagi bagi seorang kepala negara. Dia harus naik kereta api dari Polandia selama 11 jam.

Belum lagi risiko yang mesti dihadapi. Di zona perang, kemungkinan terburuk bisa terjadi setiap saat di setiap tempat. April lalu, misalnya, serangan rudal Rusia ke Kyiv mewarnai kunjungan Sekjen PBB Antonio Guterres ke ibu kota Ukraina itu.

Akan tetapi, sekali lagi, Jokowi unjuk nyali. Sama seperti Pak Harto dulu, tak tampak rompi antipeluru dikenakan. Hanya kemeja putih, cuma jaket biru yang melapisi tubuhnya. Tak terlihat pula helm pelindung kepala.

Ketika bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Istana Maryinsky, Kyiv, penampilan Jokowi juga biasa saja. Seperti biasa, ia memakai sneakers, sepatu kesayangannya. Kalau ada pengawalan ekstra ketat, itu sudah sewajarnya. Sudah semestinya.

Kalau Pak Harto berani datang ke medan perang di Bosnia, dia sudah terbiasa berperang. Pak Harto merupakan serdadu yang punya pengalaman panjang di medan laga. Dia sudah terbiasa menghadapi senjata.

Beda dengan Jokowi. Dia memang juga akrab dengan senjata, tapi bukan semacam bedil, meriam, granat, rudal, tank. Jokowi hanya intim dengan pahat, gergaji, mesin serut, paku, dan semacamnya yang merupakan senjata tukang kayu saat dia menjadi pengusaha mebel dulu.

Bu Iriana Joko Widodo juga patut dipuji. Sebagai seorang istri, sebagai Ibu Negara, dia berani mendampingi sang suami, kepala negara, menempuh marabahaya. "Dengan bismillah, saya mendampingi Bapak, moga-moga peperangan ini segera berakhir karena sangat merinding saya lihatnya," ucap Iriana. Merinding pula kita mendengarnya.

Bu Jokowi kiranya bukan sekadar pentas keberanian seorang perempuan dan kesetiaan seorang istri. Lebih dari itu, keikutsertaannya ke Ukraina merupakan bentuk totalitas dukungan dan komitmen Indonesia untuk menghadirkan perdamaian di Ukraina.

Jokowi ialah kepala negara di Asia pertama yang menyambangi Ukraina selama perang kontra Rusia. Iriana pun menjadi ibu negara pertama yang berani ke sana. Sebagai anak-anaknya, patutlah kita berbangga.

Kita boleh berharap kunjungan Pak Jokowi dan Bu Iriana bisa melunakkan kerasnya kepala para pemimpin Rusia dan Ukraina. Kita layak merenda asa mereka segera merajut lagi ikatan perdamaian agar bencana kemanusiaan di sana tak berkepanjangan.

Namun, kalau misi berani Pak Jokowi belum juga membuahkan hasil, kita tetap angkat topi. Kita senang hati karena punya pemimpin-pemimpin yang punya nyali, yang punya komitmen tinggi untuk aktif membangun dunia yang damai.



Berita Lainnya
  • Jokowi dan Agenda Besar

    18/7/2025 05:00

    PAK Jokowi, sapaan populer Joko Widodo, tampaknya memang selalu akrab dengan 'agenda besar'.

  • Obral Komisaris

    17/7/2025 05:00

    SANG fajar belum juga merekah sepenuhnya ketika ratusan orang memadati pelataran salah satu toko ritel di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (14/7).

  • Uni Eropa, Kami Datang...

    16/7/2025 05:00

    Bagi kita, kesepakatan itu juga bisa menjadi jembatan emas menuju kebangkitan ekonomi baru.

  • Aura Dika

    15/7/2025 05:00

    TUBUHNYA kecil, tapi berdiri gagah seperti panglima perang yang memimpin pasukan dari ujung perahu yang melaju kencang di atas sungai.

  • Gibran Tuju Papua Damai

    14/7/2025 05:00

    KESIGAPAN Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka patut diacungi dua jempol. Ia menyatakan kesiapannya untuk berkantor di Papua sesuai dengan instruksi Presiden Prabowo Subianto.  

  • Negosiasi Vietnam

    12/7/2025 05:00

    DIPLOMASI itu bukan cuma soal politik. Pun, diplomasi atau negosiasi dagang tidak melulu ihwal ekonomi. Diplomasi dan negosiasi juga soal sejarah, kebudayaan, dan bahkan seni.

  • Akhirnya Komisaris

    11/7/2025 05:00

    PENUNJUKAN seseorang menjadi petinggi badan usaha milik negara alias BUMN tak jarang memantik pertanyaan.

  • Tiga Musuh Bansos

    10/7/2025 05:00

    BANTUAN sosial atau bansos pada dasarnya merupakan insiatif yang mulia. Itu ialah instrumen negara untuk melindungi ketahanan sosial ekonomi masyarakat.

  • Senjata Majal Investasi

    09/7/2025 05:00

    ADA pernyataan menggemparkan dari Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Todotua Pasaribu, pekan lalu.

  • Beban Prabowo

    08/7/2025 05:00

    Kunci dari pemulihan kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan memperkuat etika sesuai TAP MPR Nomor VI/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa.

  • Senja Kala Peran Manusia

    07/7/2025 05:00

    SAYA terperangah ketika mengikuti orasi ilmiah Ulani Yunus. Pidato pengukuhan guru besarnya pada Kamis (3/7) sangat relevan dengan fenomena kekinian, yaitu senja kala dominasi manusia.

  • Dokter Marwan

    05/7/2025 05:00

    "DIA terus melawan. Hingga detik terakhir, saat-saat terakhir, ia melawan. Semoga Tuhan memberi kita kesabaran dan semoga Tuhan mengasihani para martir kita."  

  • Dilahap Korupsi

    04/7/2025 05:00

    MEMBICARAKAN korupsi di negara ini tak pernah ada habisnya. Korupsi selalu menawarkan banyak angle, banyak point of view, banyak sisi yang bisa diberitakan dan dicakapkan.

  • Museum Koruptor

    03/7/2025 05:00

    “NAMA Zarof Ricar paling nyolok. Terima suap biar hukuman ringan. Hukum ternyata soal harga, bukan keadilan.”

  • Deindustrialisasi Dini

    02/7/2025 05:00

    Salah satu penyebab deindustrialisasi dini terjadi, kata sejumlah analis, ialah Indonesia sempat terjangkit oleh penyakit dutch disease ringan.

  • Menanti Bobby

    01/7/2025 05:00

    WAJAHNYA tetap semringah meski selama 7 jam sejak pagi hingga sore menghadiri koordinasi pencegahan korupsi di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi pada akhir April lalu.