Headline

Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.

Pemilu Kok Coba-Coba

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
15/6/2022 05:00
Pemilu Kok Coba-Coba
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Seno)

BAGAIMANA nasib demokrasi kita ke depan? Bagi saya, jawaban atas pertanyaan soal cerah buramnya demokrasi kita ke depan amat bergantung pada tiga hal: disikapi penuh optimisme, dicemaskan, atau malah dikeluhkan.

Jika banyak orang bersikap optimistis terhadap demokrasi, jika instrumen-instrumen demokrasi bekerja secara baik dan benar, jika demokrasi diisi para petarung sejati, pemerintahan yang demokratis akan mengantarkan negeri ini pada barisan negara maju. Segera tiba masanya kita menjadi negara sejahtera.

Mengapa bisa begitu? Karena sejatinya demokrasi yang dijalankan dengan sistem yang baik dan benar itu akan mempercepat kemakmuran. Demokrasi akan menjamin partisipasi publik. Demokrasi (yang baik dan benar) akan mengawasi dan mengoreksi segala upaya pembelokan jalan pembangunan ekonomi ke arah 'sekadar untuk kepentingan sekelompok orang'.

Namun, hingga kini demokrasi kita masih dicemaskan. Mereka yang cemas umumnya khawatir bahwa demokrasi kita sudah 'dibajak' elite yang ingin meraih sukses kekuasaan lewat jalan pintas. Jalan terabas itu 'disediakan' lewat politik identitas dan politik uang.

Politik identitas mengaduk-aduk emosi pemilih melalui simbol-simbol keagamaan atau primordialitas asal-usul. Dulu, diyakini politik identitas ini hanya bisa menyasar orang-orang berpendidikan rendah. Kini, faktanya, politik identitas juga gampang merasuki kalangan berpendidikan tinggi, tidak terkecuali profesor sekalipun.

Kecemasan lainnya ialah politik uang, transaksional, politik wani piro. Praktik tersebut bahkan diyakini sudah berlangsung secara terstruktur, sistematis, dan masif. Tidak mengherankan bila output dan out come dari politik transaksional itu ialah elite korup. Praktik politik wani piro itu membuat korupsi langgeng. Seperti lingkaran setan, mata rantainya tidak kunjung bisa tuntas diputus.

Sebetulnya politik uang bisa dikikis dengan komitmen keras yang dimulai dari elite politik. Gerakan 'politik tanpa mahar' yang digagas dan dipraktikkan Partai NasDem sudah seyogianya menjadi kabar baik bagi demokrasi. Sayangnya, alih-alih menjadikan gerakan bersama, 'politik tanpa mahar' masih pula dicibir.

Sikap yang juga ikut menentukan warna demokrasi kita ke depan ialah masih banyaknya keluhan. Sikap keluhan terhadap demokrasi itu banyak berasal dari pejabat dan elite pemerintahan. Bahasa yang kerap muncul ialah demokrasi itu 'biang kegaduhan', 'pemicu instabilitas', 'berbiaya mahal', dan 'bertele-tele'.

Imbas dari keluhan itu ialah 'godaan' untuk memangkas jalan demokrasi. Itu terlihat, misalnya, dari sejumlah undang-undang yang proses kelahirannya dianggap mengabaikan partisipasi publik. Muncul pula godaan memperpanjang masa jabatan atau tiga periode dengan alasan kelangsungan pembangunan. Pendek kata, sistem mesti menuruti orang, bukan orang taat asas pada sistem.

Maka itu, sejumlah survei menunjukkan ada penurunan kualitas demokrasi di Indonesia. Data dari The Varieties of Democracy (V-Dem) menunjukkan indeks demokrasi negeri ini sempat mengalami tren membaik sejak reformasi hingga mencapai puncaknya pada 2006. Namun, sayangnya, setelah 2006 hingga sekarang, indeks tersebut justru menurun.

Akan tetapi, saya percaya bahwa pemilihan umum bisa menjadi momentum untuk mereparasi itu semua. Pemilu yang berkualitas akan membersihkan kerak fan residu yang mendompleng dan menempel dalam demokrasi kita. Pemilu menjadi indikator penting untuk melihat sampai di mana praktik demokrasi kita.

Dalam pandangan ilmuwan politik Robert Dahl, pemilu sesungguhnya merupakan gambaran ideal dan maksimal bagi pemerintahan demokrasi pada zaman modern. Dengan demikian, pemilu menjadi instrumen yang sangat penting bagi keberlangsungan demokrasi di sebuah negara. Kesuksesan penyelenggaraan pemilu yang berkualitas dan demokratis akan berpengaruh besar terhadap kesuksesan demokrasi.

Kick-off Pemilu 2024 sudah dimulai, kemarin. Kiranya, penting untuk direnungkan pernyataan Andrew Reynolds, ahli politik, yang menyebut bahwa pemilu merupakan sarana amat penting untuk memilih wakil rakyat yang bekerja dalam proses pembuatan kebijakan negara. Karena itu, agar pemilu memantik optimisme terhadap kelangsungan demokrasi, berikhtiarlah sekeras-kerasnya mewujudkan pemilu berkualitas. Jangan seperti iklan, 'pemilu kok coba-coba'.



Berita Lainnya
  • Ambalat dalam Sekam

    12/8/2025 05:00

    BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.