Headline

Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.

Pulih, tapi Inklusif

Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group
11/6/2022 05:00
Pulih, tapi Inklusif
Abdul Kohar Dewan Redaksi Media Group(MI/Ebet)

DUNIA sedang berbenah. Kita, Indonesia, juga terus berbenah. Bencana covid-19 memberikan dua pesan benderang. Pertama, betapa mahapentingnya investasi kesehatan. Kedua, betapa mendesaknya inklusivitas pembangunan.

Investasi di bidang kesehatan akan mengantarkan kita kepada keandalan. Pandemi korona menunjukkan bahwa kita masih rapuh di bidang kesehatan. Namun, kita tidak sendiri. Semua negara juga mengalami situasi yang sama: kerapuhan.

Pandemi covid-19 ialah contoh sempurna bagaimana kesehatan merupakan modal yang amat penting. Ketika kesehatan terganggu karena pandemi, ekonomi pun limbung.

Covid-19 mestinya menyadarkan semuanya bahwa investasi dalam kesehatan masyarakat, terutama kelompok rentan, ialah faktor amat penting. Ke depan, sejumlah negara mulai memantapkan riset di bidang kesehatan. Penelitian kesehatan mulai dikembangkan menuju menu utama. Itu karena mereka sadar, bahwa tanpa investasi bidang kesehatan yang memadai, kemajuan ekonomi bakal kian susah dicapai.

Pada saat bersamaan, pemulihan ekonomi pascapandemi covid-19 menuntut inklusivitas pembangunan. Mengapa? Karena pandemi telah memunculkan sejumlah persoalan besar: ketimpangan pendapatan, risiko memburuknya kualitas modal manusia (pendidikan dan kesehatan), dan ketimpangan gender.

Perekonomian memang berangsur membaik. Ini dibuktikan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi di kisaran 5% lebih dalam dua kuartal terakhir (kuartal keempat 2021 dan kuartal pertama 2022). Namun, ada risiko pemulihan yang timpang. Ada yang naik, tetapi masih banyak yang turun seperti huruf K (K-shape recovery).

Perusahaan di bidang teknologi digital, kesehatan, atau mereka yang memiliki tabungan, bisa langsung berlari kencang. Namun, UMKM, pekerja sektor informal, mereka yang tak punya tabungan, masih tercecer di belakang. Bahkan, kini mereka roboh lagi karena kenaikan harga-harga kebutuhan pokok. Mereka tak punya tabungan.

Data Survei Konsumen Bank Indonesia akhir tahun lalu menunjukkan penurunan porsi tabungan terhadap total pendapatan yang paling dalam terjadi pada kelompok pengeluaran Rp3 juta ke bawah. Sebaliknya, tabungan untuk kelompok menengah atas (pengeluaran Rp5 juta ke atas) justru meningkat (data September 2020-Oktober 2021).

Data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) juga menunjukkan pertumbuhan dana pihak ketiga tertinggi terjadi pada kelompok tabungan Rp5 miliar ke atas. Kelompok menengah atas mampu bertahan karena punya tabungan dan memiliki akses digital. Di sisi lain, kesejahteraan kelompok menengah ke bawah berisiko menurun akibat tabungan yang terkuras dan terbatasnya akses digital.

Dampak buruk covid-19 yang lebih dalam juga dialami kaum perempuan. Itu karena banyak dari mereka bekerja di sektor informal. Survei dari McKinsey menunjukkan lebih dari separuh mereka yang kehilangan pekerjaan di dunia ialah perempuan. Pandemi meninggalkan luka teramat menganga bagi kesejahteraan kelompok rentan.

Itu sebabnya pembangunan pascapandemi harus bersifat inklusif. Harus memberi akses untuk masyarakat luas. Ada resep khusus yang pernah disampaikan mantan Menteri Keuangan M Chatib Basri soal bagaimana mewujudkan pembangunan inklusif itu.

Kata dia, inklusivitas pembangunan hanya bisa terwujud jika ekonomi tidak melulu fokus pada pertumbuhan, tetapi juga pembangunan institusi, termasuk akses kesehatan, pendidikan, dan kesetaraan gender. "Institusi hukum dan demokrasi harus dipastikan bekerja untuk itu," kata dia.

Dalam istilah peraih Nobel Ekonomi 1998 Amartya Sen, kesejahteraan harus dilihat dalam konteks kemampuan seseorang untuk jadi sesuatu (being) atau melakukan sesuatu yang diinginkan (doing). Being's dan doing's inilah, tandas Amartya Sen, yang membuat hidup bernilai. Contohnya, bekerja, menjadi melek huruf, menjadi sehat, menjadi dihormati, dan sebagainya.

Kiranya pemerintah tidak punya cukup waktu untuk berleha-leha. Saya amat sepakat bahwa mewujudkan pembangunan inklusif sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi. Maka, setiap pengumuman statistik tentang capaian pertumbuhan ekonomi, selain disyukuri, mesti dibarengi pertanyaan: sudahkah pertumbuhan positif itu mulai mampu mengikis kesenjangan?

Jika belum, tidak tega rasanya untuk terlalu bergembira. Simpan dulu kegembiraan dan selebrasi itu karena kita menghendaki pertumbuhan yang inklusif, tumbuh untuk semua, bukan eksklusif untuk segelintir orang.



Berita Lainnya
  • Ambalat dalam Sekam

    12/8/2025 05:00

    BERBICARA penuh semangat, menggebu-gebu, Presiden Prabowo Subianto menegaskan akan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

  • Blokir Rekening di Ujung Lidah

    11/8/2025 05:00

    KEGUNDAHAN Ustaz Das’ad Latif bisa dipahami. Ia gundah karena rekeningnya diblokir.

  • Resonansi dari Pati

    09/8/2025 05:00

    Pemimpin dianggap berhasil bila ia mampu memainkan peran sebagai pelayan bagi rakyat.

  • Semakin Dilarang semakin Berkibar

    08/8/2025 05:00

    FENOMENA bendera Jolly Roger yang diambil dari anime One Piece sungguh menarik dan kiranya layak dijadikan kajian.

  • Menerungku Silfester

    07/8/2025 05:00

    KATANYA di negeri ini setiap warga negara sama kedudukannya di depan hukum.

  • Harapan dalam Angka

    06/8/2025 05:00

    PEOPLE use all available information to form rational expectations about the future 

  • Ampun Dah

    05/8/2025 05:00

    USIA 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia sebentar lagi kita rayakan. Sebagian besar rakyat Indonesia menyambutnya dengan sukacita.

  • Amnesti tanpa Amnesia

    04/8/2025 05:00

    BISIK-BISIK tentang orang kuat di pasar gelap peradilan semakin santer.  

  • Abolisi, Amnesti, Rekonsiliasi

    02/8/2025 05:00

    PENGUASA juga manusia. Karena itu, watak kemanusiaan akan muncul seiring dengan berjalannya waktu.

  • Belajar dari Vietnam

    01/8/2025 05:00

    KEKALAHAN tim nasional U-23 dari Vietnam pada laga final Piala AFF U-23 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta,

  • Insinuasi Jokowi

    31/7/2025 05:00

    ENGKAU yang berinsinuasi, engkau yang sibuk mengklarifikasi. Kau yang melempar tuduhan, kau pula yang repot melakukan bantahan.

  • Masih Rojali-Rohana

    30/7/2025 05:00

    TULISAN saya di rubrik Podium edisi Sabtu, 26 Juli 2025, berjudul Rojali-Rohana, memantik sejumlah tanya dari beberapa kawan dan kerabat.

  • Gurita Serakahnomics

    29/7/2025 05:00

    FENOMENA keserakahan dalam menjarah sumber daya ekonomi atau hajat hidup orang banyak sebenarnya bukan perkara baru di Tanah Air.

  • Destinasi Wisata Proyek Mangkrak

    28/7/2025 05:00

    JIKA melintasi Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, hingga Jalan Asia-Afrika, Jakarta Pusat, Anda akan menemukan tiang beton. Terdapat 90 tiang beton yang dibangun sejak 2004.

  • Rojali-Rohana

    26/7/2025 05:00

    SAYA tak bermaksud pesimistis tentang soal yang satu ini. Saya cuma ingin bersikap realistis.

  • Superman Sungguhan

    25/7/2025 05:00

    'Apakah artinya kesenian, bila terpisah dari derita lingkungan. Apakah artinya berpikir, bila terpisah dari masalah kehidupan'.